Gara-gara Turun Ranjang
"Menikahlah dengan Mas Evan! Mbak mohon sama kamu, Ran! Mbak merasa jika waktu Mbak tidak akan lama lagi. Mbak sudah nggak kuat!" ucap seorang wanita yang sedang terbaring lemah dengan berbagai peralatan medis dipasang pada tubuhnya.
"Nggak, Mbak. Mbak Rina harus sembuh. Mbak Rina harus kuat!" sahut Rania sang adik yang selalu mendampingi kakaknya yang dirawat di rumah sakit karena kanker payudara.
Hari itu, Rina meminta bertemu dengan adik kembarnya untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting. Ternyata, Rina meminta kepada Rania untuk menggantikan dirinya sebagai istri dari seorang pria bernama Evan Anthoni. Mereka adalah pasangan suami istri yang memiliki seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun.
Namun sayang, takdir berkata lain. Rina harus menjalani operasi pengangkatan payudara karena sel kanker itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Sehingga membuat Rina menyerah dengan penyakitnya.
Semua keluarga berkumpul saat Rina berbicara kepada adik kembarnya. Begitu juga dengan sang suami, Evan. Pria itu tampak bersedih dan tidak tega melihat kondisi istrinya yang teramat pucat.
"Mas, tolong penuhi permintaanku yang terakhir kalinya. Aku ingin pergi dengan tenang. Kamu dan putra kita adalah kebahagiaanku dan aku sangat mempercayakan kepada adikku untuk merawat kalian berdua. Karena aku sudah tidak mungkin lagi bisa bertahan," ucap Rina yang diikuti tangis semua keluarga.
"Enggak, kamu nggak boleh pergi, Sayang. Jangan tinggalkan aku! Bagaimana dengan Junior? Dia masih kecil. Dia masih butuh kasih sayang darimu," sahut Evan sambil mengusap puncak kepala sang istri.
Rina tidak menjawabnya. Karena nafasnya semakin terasa sesak. Dengan gerakan lemah Rina meraih tangan adiknya dan tangan sang suami. Kemudian Rina menyatukan kedua tangan itu di atas perutnya.
Tentu saja Rania dan Evan terkejut. Bagaimana bisa Rina melakukan hal itu. Sedangkan Rania dan Evan sendiri tidak pernah akur. Keduanya selalu berselisih dan bertengkar, apalagi Evan dan Rania tidak pernah akur.
Mereka sebenarnya adalah musuh sejak SMA. Evan kerap bertengkar dengan Rania karena sifat tomboi Rania yang tidak disukai oleh Evan. Anehnya, justru Evan mencintai saudara kembar Rania yakni Rina yang memiliki sifat lebih lembut.
Hingga akhirnya, Evan memutuskan untuk menikahi Rina dan mereka sudah memiliki seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun.
"Sayang, apa-apaan ini! Kamu tidak akan pergi kemanapun. Kamu akan tetap menjadi istriku," seru Evan merengek kepada istrinya.
"A-aku minta maaf kepada kalian. Aku tidak bisa bertahan lebih lama. Aku nggak kuat lagi, aku menyerah dengan rasa sakit ini. Rania, Mbak minta satu permohonan kepadamu sebelum Mbak pergi," ucap Rina yang benar-benar membuat Rania tidak bisa menahan rasa sedihnya.
"Apa, Mbak?" tanya gadis itu dengan suara yang bergetar.
"Berjanjilah padaku, bahwa kamu akan menjaga Junior untukku. Anggap dia seperti putramu sendiri. Dan juga jaga Mas Evan. Mereka berdua adalah harta Mbak yang paling berharga. Kedua harta itu aku serahkan padamu, Ran. Jaga mereka untuk Mbak! Hanya kamu yang Mbak percaya, berjanjilah! Mbak mohon!!" rengek Rina sambil menggenggam tangan adiknya. Adik kembarnya yang bagaikan pinang dibelah dua. Namun, mereka memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Rina yang kalem dan tidak banyak bicara sedangkan Rania yang tomboi dan ceplas-ceplos.
Rania tak mampu menahan tangisnya. Wajah cantik sang kakak kini menjadi pucat pasi, semakin membuat Rania bersedih. Ia menoleh ke arah kedua orang tuanya dan juga orang tua Evan. Seolah Rania meminta pendapat kepada mereka untuk memutuskan masalah ini.
Mereka, orang tua dan mertua Rina menganggukkan kepalanya dan mengiyakan permintaan Rina kepada adik kembarnya. Setelah itu Rania melihat ke arah sang kakak ipar yang tampak menangis di hadapan istrinya. Meskipun Rania tidak suka dengan pria yang sudah menikahi kakaknya itu. Namun, bagaimanapun juga saat ini Evan dalam kesedihan yang mendalam.
Rania juga melihat sang keponakan, Junior. Yang saat itu sedang dipeluk oleh sang nenek. Bocah turun dari melepaskan pelukan neneknya dan menghampiri Rania yang sedang duduk di samping ibunya.
"Tante, kenapa Tante dan semuanya menangis? Mama juga menangis, Ada apa sih sebenarnya?" tanya bocah polos itu.
"Tidak apa-apa, Sayang! Mama cuma butuh istirahat!" balas Rania sambil mendekap sang keponakan yang masih belum mengerti jika ibunya sedang kritis.
Setelah itu, Junior memeluk sang mama sambil mencium keningnya. "Mama, mama cepat sembuh ya! Junior ingin main sama Mama lagi, sama Papa juga sama Tante Rani. Kita nanti main sama-sama lagi ya, Ma!"
Rina tersenyum menatap wajah putranya. Sambil mengusap wajah Junior. Rina berkata dengan suara yang hampir habis. "Junior! Junior sayang kan sama Mama?"
Junior menganggukkan kepalanya dengan cepat. Kemudian Rina kembali melanjutkan kata-katanya. "Jika Junior sayang sama Mama? Mama pamit mau pulang!"
"Mama mau pulang kemana? Rumah mama sama kita, kan?" sahut bocah itu.
"Tidak, Sayang! Rumah mama tidak di sini lagi. Mama mau pulang ke surga. Kamu di rumah baik-baik sama papa dan Tante ya!"
"Junior ikut, Ma! Di surga kan enak, Ma!"
"Jangan, Nak! Anak-anak dilarang ikut! Allah ingin bertemu dengan Mama. Jadi, kamu tidak boleh ikut. Junior bersama papa, tante, kakek dan nenek saja ya! Junior harus sekolah yang pintar. Katanya Junior ingin jadi seorang hafidz? Nanti, jika Junior berhasil menjadi hafiz pasti Junior bisa bertemu dengan mama lagi." pesan Rina kepada putra semata wayangnya.
"Oh gitu ya, Ma. Iya deh! Junior pingin ketemu mama di surga. Junior harus banyak hafal Al-Qur'an biar bisa berkumpul bersama mama di surga nantinya!"
Sementara Rina sedang berbicara dengan sang anak. Justru semuanya menangis mendengar percakapan ibu dan anak itu. Apalagi Evan yang tidak kuat melihat istrinya berkata seperti itu kepada putranya.
Pria itu memilih untuk sedikit menjauh dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Bukan cuma Evan, kedua orang tua Rina dan Evan juga tidak bisa menahan air mata. Seolah pesan itu teramat menyayat hati. Apalagi Junior yang mengikhlaskan permintaan ibu kandungnya untuk pergi untuk selamanya.
"Junior, kamu janji sama mama ya! Kamu harus jadi anak pintar dan soleh." ucap Rani yang mulai merasakan dadanya semakin sesak.
"Iya, Ma. Junior akan jadi anak yang pintar. Junior janji sama mama!" jawab bocah itu tanpa ada drama.
"Jangan bicara seperti itu, Mbak. Kamu pasti sembuh! Kita semua pasti bisa berkumpul bersama lagi seperti dulu!" sahut Rania yang tidak bisa lagi menahan tangisnya.
"Tidak, Ran. Waktuku sudah dekat. Aku tidak punya banyak waktu lagi di dunia ini. Tolong! Penuhi permintaan Mbak untuk terakhir kalinya. Jika kamu sayang sama Mbak dan Junior. Kamu pasti mau melakukannya. Mbak mohon, Ran!"
Rania memejamkan kedua matanya dengan air mata yang terus membanjiri pipinya. Tidak bisa dipungkiri jika Junior sangat membutuhkan kasih sayang ibunya dan ibunya sudah menyerahkan tanggung jawab kepada sang adik kandung.
Rania menghela nafas panjang dan akhirnya demi sang keponakan ia pun menyetujui permintaan sang kakak dalam pesan terakhirnya.
"Baiklah jika itu yang Mbak inginkan. Aku pasti menjaga Junior dengan baik. Mbak Rina tidak perlu khawatir. Junior akan selalu mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Dia tidak akan kekurangan kasih sayang ibu. Aku yang akan menjadi Ibunya," ucap Rania dengan suara yang terbata-bata. Tentu saja air matanya tidak berhenti mengiringi ucapannya yang terdengar begitu memilukan.
Spontan, Evan menoleh ke arah Rania dengan tatapan nanar. Mereka berdua memang saudara ipar. Tapi keduanya tidak pernah saling menyapa karena Rania dan Evan tidak pernah akur sedari dulu.
"Terima kasih adikku. Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang. Jaga mereka berdua untukku!" kata terakhir dari bibir Rina sebelum wanita itu menutup kedua matanya untuk selamanya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yuli Yuli
knpa Evan diem aja 😭😭😭
2024-03-05
1
Metro Kdw
🤧😭
2024-01-19
0
Nuryati Yati
mampir kak thor..
bab pertama bikin nyesek 😭
2023-12-27
0