Siapa yang tidak kalap saat istrinya dicium paksa oleh laki-laki lain? Walaupun itu hanya sekedar akting untuk sebuah film. Begitu pun dengan Juna. Melihat secara langsung Rico memegang tangan Freya saja sudah membuat darah Juna mendidih. Apalagi harus menyaksikan laki-laki itu mencium dengan brutal bibir istrinya. Darahnya tidak hanya mendidih, tetapi sudah menguap, mengembun bahkan sampai menyublim sekarang.
Sehingga dengan tanpa pikir panjang lagi, Juna langsung menghajar protagonis pria itu. Sejak tadi tangannya sudah gatal butuh pelampiasan, dan sekarang ia sudah menemukan target maka ia tak ingin menyia-nyiakan targetnya.
"Cari mati kamu!" Juna terus melayangkan pvkulannya pada Rico.
"Hahahaha," Rico tertawa. Meski ia sudah tersungkur, terperosok dan terjengkang berulang kali, tetapi ia tak sedikitpun merasa takut. Sakit di sekujur tubuhnya pun tak ia rasakan. "Walaupun aku tak bisa memiliki Freya seutuhnya, setidaknya aku pernah merasakan bibir manisnya. Hmmm.. rasa bibir istrimu sangatlah manis, Tuan Juna. Sangat membuat candu. Hahaha.." Rico tertawa penuh kemenangan.
Juna yang sekalipun belum pernah menyentuh bibir Freya setelah menikah, merasa semakin murka mendengar apa yang baru saja dikatakan Rico. Ia pun melayangkan kepalan tangannya kembali tepat di wajah sang aktor.
"Ahhhhh…" Jeritan Rico menggema bersamaan bunyi hidungnya yang patah.
"Juna, berhenti. Tolong berhenti.!" Freya berteriak panik.
Freya sudah merasa sangat syok saat Rico tiba-tiba menciumnya tadi, dan semakin syok melihat Juna menghajar Rico hingga babak belur. Sungguh Freya paling takut jika melihat adegan perkelahian secara nyata seperti itu. Ini lebih menyeramkan daripada menonton film horor bagi Freya.
"Juna, sudah, berhenti! Kamu bisa membuatnya mati nanti." Freya berteriak hingga frustasi. Orang-orang yang berniat melerai pun urung saat menyadari orang yang menghajar Rico adalah Juna, suami Freya sendiri. Mereka malah ikut menonton karena merasa geram juga ada aktor yang kelewat batas dan melanggar konteks yang tertera dalam naskah.
Mendengar kata mati, Juna menghentikan gerakan tangannya yang hampir mengenai wajah Rico yang sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Semarah-marahnya dia, Juna tak ingin jadi seorang pembunuh.
"Bawalah ke rumah sakit, semua biaya perawatannya aku yang tanggung." titah Juna pada orang-orang di sekitarnya.
Juna mendekati Freya yang terduduk lesu.
"Ayo kita pulang." Juna membopong tubuh Freya menuju ke mobil. Wanita itu masih belum sadar sepenuhnya dari rasa terkejutnya.
***
Suasana di dalam mobil sungguh mencekam. Juna masih diliputi amarah yang membara di dalam dada. Walaupun ia sudah memukuli Rico, tetap saja dadanya terasa panas karena masih penuh rasa marah. Apalagi melihat Freya yang hanya diam saja sejak dari lokasi syuting tadi. Entah kenapa hati Juna terasa seperti terbakar.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. Juna yang niatnya ingin langsung membawa Freya pulang ke rumah pun malah membelokkan mobilnya masuk ke dalam sebuah hotel bintang lima yang juga milik keluarga Davinson di kota itu. Lihat, bahkan Juna sudah menghentikan mobilnya di parkiran hotel tetapi wanita itu masih saja diam.
"Kenapa, apa kamu menyesal dan sedih karena aku menghajar b*jingan itu?" tanya Juna parau melihat wajah Freya yang di selimuti awan mendung.
Freya tersentak mendengar suara Juna yang sangat dekat. Ia terkejut melihat wajah Juna sudah sangat dekat dengan wajahnya.
"Kamu menangisi Rico? Apa kamu juga sangat ingin dicium dia?" melihat Freya berkaca-kaca malah membuat api di dada Juna kian membara.
"Juna , apa maksudmu? Siapa yang memikirkan Rico?" Freya tak terima dituduh seperti itu oleh Juna. Sejak tadi dia memang memikirkan kejadian yang membuat syok itu. Tetapi bukan karena ia menyukai Rico ataupun ciumannya. Ia sangat terkejut karena Rico sudah berani melebihi batas. Padahal selama ini Freya selalu menjaga diri untuk tak terlibat dalam adegan-adegan seperti itu.
Juna menatap dalam mata cantik istrinya, egonya sangat terluka karena kejadian tadi. "Aku selalu menahan diri untuk tak menyentuhmu melewati batas. Tapi malah ada orang lain yang berani mendahuluiku menikmati bibirmu. Cukup sampai di sini aku menahan diri. Aku tak akan menahannya lagi," Juna keluar dari mobil dengan membanting pintu membuat Freya terlonjak kaget. Tapi lebih kaget lagi saat Juna membuka pintu di dekatnya dan langsung membopong tubuhnya ke dalam hotel.
"Juna, apa yang kamu lakukan? Cepat turunkan aku!" Freya berteriak panik di sepanjang jalan. Ia sangat malu karena beberapa orang terus menatap aneh padanya dan Juna.
Tetapi Juna tak memperdulikan Freya yang berontak. Ia memberikan kartu VVIPnya pada resepsionis hotel itu. Setelah mendapatkan key card kamar President suite, Juna bergegas menuju ke sana.
Freya panik setengah mati saat Juna sudah berhasil membuka pintu kamar president suite. Apalagi saat Juna langsung melemparkan tubuhnya dengan sedikit kasar ke atas ranjang yang sangat besar di kamar itu. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.
"Jangan begini Juna, kumohon," pinta Freya saat Juna mengungkung tubuhnya yang ramping dan tampak kerdil di bawah tubuh besar milik Juna.
"Aku akan menghapus jejak bibir milik laki-laki b*jingan itu. Biarkan hanya jejak bibirku yang tersisa di bibirmu juga di ingatanmu. Jangan lagi memikirkan laki-laki ba*gsat itu." geram Juna.
Tanpa menunggu persetujuan Freya, Juna langsung memagut bibir mungil menggoda milik istrinya. Mengingat istrinya dicium pria lain membuat Juna semakin menggila. Juna terus menyesap bibir Freya semakin dalam, tak memberi sedikitpun kesempatan untuk Freya memberontak. Ia tak sadar jika air mata Freya mulai meleleh membasahi telinganya.
" Aku ingin memilikimu seutuhnya malam ini, sayang." Juna berbisik dengan suara seraknya. Mendapati Freya yang tak lagi berontak, Juna mulai melucuti pakaian yang dikenakan sang istri. Tadinya oa hanya ingin menghapus jejak di bibir Freya, tapi hasratnya sudah membara dan butuh dituntaskan.
Freya memejamkan mata merasakan sentuhan bibir Juna yang menjelajahi lehernya setelah berhasil melepaskan seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya. Hati Freya sangat tak karuan rasanya. Perlakuan Juna yang seperti itu malah membangkitkan ingatan tentang malam panas enam tahun lalu yang sedang berusaha Freya kubur jauh di dalam ingatannya.
Saat itu Juna menelepon Freya minta di jemput di salah satu klub besar. Juna sudah dalam keadaan kacau saat Freya sampai di tempat itu. Tapi pria itu ngotot untuk menyetir dan malah membawa Freya ke sebuah hotel. Juna dengan beringas menerkam dirinya dan merenggut paksa kesuciannya.
"Hentikan Juna! Tidak, jangan! Kamu jahat Juna, aku membencimu, Huhuuu.." tangis Freya akhirnya pecah saat Juna sudah membuka bra merah yang ia pakai dan bersiap membuka celana dalamnya juga Ketakutan datang menghampiri Freya, menguasai seluruh isi hati dan kepala Freya. Badan Freya bergetar hebat saat rasa sakit di seluruh badannya menghantui pikirannya.
Rasa sakit yang amat luar biasa saat enam tahun lalu Juna dengan sangat kasar merenggut kesuciannya sangat membekas di dalam ingatan Freya. Rasa sakit yang masih bisa diingat dengan sangat jelas. Menyisakan trauma tersendiri di dalam hati Freya.
Juna mematung melihat tubuh Freya menggigil saat wanita itu menangis. Ia seakan baru tersadar jika sejak tadi telah menyakiti istrinya sendiri.
"Sayang, maafkan aku. Akhhh.. apa yang aku lakukan?" Juna mengusap wajahnya dengan kasar. Apalagi melihat tubuhnya sendiri yang sudah sangat polos. Ia bahkan seperti tak sadar kapan melucuti pakaiannya sendiri.
"Tolong maafkan aku Frey, aku tak bermaksud menyakitimu. Aku khilaf," ucap Juna sambil memunguti pakaiannya sendiri. Setelah selesai memakai bajunya, barulah Juna memberikan pakaian Freya yang tadi teronggok di lantai.
"Pakailah, aku keluar sebentar." Juna buru-buru keluar dari kamar itu, meninggalkan Freya yang masih belum berhenti menangis.
Freya membungkus tubuhnya dengan selimut, membawa pakaiannya ke dalam kamar mandi. Ia menyalakan shower, membiarkan air dingin mengguyur seluruh tubuhnya. Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam kepalanya. Dia merasa bersalah karena belum bisa melayani Juna di ranjang, merasa frustasi karena rasa takut itu ternyata masih terpatri dengan jelas di kepalanya. Ada rasa sedih yang menghantui pikirannya, ada rasa takut untuk ditinggalkan lagi oleh Juna, seperti kejadian enam tahun yang lalu. Laki-laki itu bahkan sudah tak ada di hotel saat ia membuka mata dulu. Tanpa meninggalkan pesan apapun untuknya. Freya membiarkan air matanya tumpah di bawah guyuran air shower. Hingga hatinya sedikit tenang barulah ia memakai baju dan keluar dari kamar mandi.
Freya terkejut mendapati Juna sudah ada di kamar, sedang duduk di sofa pojok kamar.
"Aku membelikanmu susu hangat, sini minum dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments