Saat bangun tidur keesokan harinya, Freya sudah berpindah ke kasur besar, tak lagi ada di sofa. Dan lagi-lagi Freya kesulitan bergerak karena tangan dan kaki Juna dengan posesif melingkar di tubuhnya. Freya menahan nafas, tak berani bergerak sedikitpun karena wajah Juna berada sangat dekat dengan wajahnya. Sedikit saja dia bergerak, hidung mancung pria itu akan menyentuh wajahnya.
"Dasar Juna licik," umpat Freya pelan. Ia masih ingat betul kalau semalam tidur di sofa dan ia sangat yakin kalau Juna yang memindahkannya kemari. Freya benar-benar merasa tak aman lagi sekamar berdua dengan Juna.
Apalagi hatinya. Sangat tidak aman karena masih pagi begini sudah harus berdebar-debar saat hembusan nafas lembut dan hangat Juna mengenai kulit pipinya. Freya merasa merinding di sekujur badan.
"Juna.. Jun.. Bangun Juna.." Freya mengguncang tangan Juna dengan kencang karena tangan itu tak bisa di pindahkan dari tubuhnya. Freya ingin bangun dan membantu Rain bersiap ke sekolah, tapi sekarang ia tak bisa bergerak sedikitpun.
"Juna, bangun dulu. Aku kebelet boker nih." Freya sudah setengah berteriak dan tak henti mengguncang lengan Juna, tapi pria itu tidur seperti orang pingsan.
"Juna, kamu tidur apa pingsan sih? JUNAA…" Freya sampai berteriak beneran sekarang. Tubuhnya sangat pegal karena tak bisa bergerak bebas.
"Ahaaa… aku punya ide." Freya tersenyum sebelum akhirnya melancarkan jurus jitu untuk membangunkan Juna.
"Awwww… Freya, kenapa digigit sih?" Juna yang sedang tidur pulas terbangun kaget karena merasakan tangannya yang sakit, dan ternyata Freya sedang menggigit tangannya.
"Siapa suruh tidur kaya orang mati begitu." kesal Freya sambil menghempaskan kaki Juna yang masih menindih tubuhnya. Ia segera turun dari ranjang sebelum pria licik itu berbuat hal lain.
"Jangan digigit juga lah Frey bangunin nya. Mending kalau yang digigit tempat lain. Lhah ini, tangan digigit. Nggak enak banget." gerutu Juna sambil mengusap-usap tangannya yang kena gigitan.
"Oh,lain kali kalau kamu seenaknya peluk aku nggak cuma tanganmu yang aku gigit, biar sekalian ginjalmu yang aku gigit." ketus Freya sambil berkacak pinggang.
"Hahaha," Juna terpingkal-pingkal melihat tingkah judes Freya. "Istriku galak banget sih."
"Au ah, besok-besok aku nggak mau tidur di kamar ini lagi. Kamu modus mulu cari-cari kesempatan."
"Hey, siapa yang modus? Semalam kamu sendiri yang tiba-tiba pindah ke sini ya. Kamu pasti nggak sadar kan berjalan sambil tidur? Kenapa jadi aku yang dituduh modus?" elak Juna.
Freya memutar mata dengan malas. "Kamu pikir aku anak kecil yang mudah kamu bohongi dengan akal bulusmu? Jangan samakan aku dengan Rain ya."
Freya dengan kesal keluar dari kamar, meninggalkan Juna yang cengar-cengir tanpa rasa bersalah. Ia membantu Rain bersiap ke sekolah. Hari ini dia masih cuti. Jadi Rain akan berangkat bersama Juna saja nanti.
Karena tak tau harus ngapain lagi setelah membantu Rain, Freya kini malah membantu para pelayan menata makanan untuk sarapan di meja makan. Ia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, jadi kalau harus diam saja malah merasa bosan. Freya akhirnya selesai menata semua lauk dengan rapi saat melihat Juna berjalan menuruni tangga sambil memainkan dasi di tangannya.
"Sayang, tolong bantu ikatkan dasi," pinta Juna sambil mendekati Freya lalu mengulurkan dasi pada istrinya.
Freya menggeleng. "Aku nggak pernah ngikat dasi. Aku nggak bisa Juna. Pakai aja sendiri." tolak Freya.
"Bohong. Aku liat di film apa dulu itu kamu ngikat dasinya si Rico."
"Kamu nonton film romantis seperti itu juga?" Freya menatap Juna tak percaya. Pasalnya orang sesibuk Juna harusnya tak punya waktu buat nonton film anak remaja seperti itu.
"Iya aku nonton. Film genre apa saja aku tonton asal ada kamu yang peranin."
"Ckkk dasar gombal."
"Nggak gombal sayang, serius aku selalu nonton film-film kamu. Nah karena aku udah jujur kalau aku penggemar setiamu, sekarang pasangkan dasiku ya." rayu Juna.
"Nggak mau. Pasang aja sendiri. Biasanya juga sendiri."
Rain yang sudah standby di kursinya sampai melongo menyaksikan perdebatan kedua orang tuanya. "Mammy, kenapa Mammy menolak membantu Papi memasang dasi? Buruan bantu Papi, Mammy. Nanti kita terlambat berangkat kalau kalian terus berdebat," protes Rain.
"Nah betul sekali sayang, nanti kita bisa terlambat. Ayo cepat pasangkan dasiku," Juna tersenyum penuh kemenangan.
"Huhhh.. okey aku pasangkan duduklah." Freya menunjuk kursi di belakang Juna.
"Memangnya kamu mau memasang dasiku sambil duduk dipangkuanku Frey?" goda Juna. Meskipun begitu dia tetap duduk sesuai perintah Freya.
"Yaampun, pikiranmu Junaa.."
***
"Kamu masih libur ya sayang?" tanya Priscila sembari duduk di samping Freya. Setelah Rain dan Juna berangkat tadi, Freya memilih duduk-duduk di samping rumah sambil mempelajari naskah film terbarunya.
"Iya Mom. Dua hari lagi baru aku ada syuting." Freya terdiam kemudian. Ia ingat belum memberitahu Juna jika dua hari lagi ia harus ke kota sebelah untuk syuting film terbarunya.
"Pergunakan waktu libur kamu dengan baik ya Frey. Istirahatlah yang cukup. Mommy yakin kalau kamu udah mulai syuting kamu kurang waktu buat istirahat."
Freya mengangguk, "tentu Mom."
"Oh ya , apa Rain beneran suka makan kue? Semalam dia bilang kalau sangat suka kue almond. Beneran nggak tuh Frey?"tanya Priscila.
"Ya bener Mom. Sebenernya dia suka semua kue, tapi yang paling favorit memang kue almond." jawab Freya.
"Sungguh? Gimana kalau sekarang kita bikin kue bareng, Rain pasti sangat senang nanti." ajak Priscila dengan semangat.
"Boleh Mom. Ayo kita bikin kue bareng." Sambut Freya dengan tak kalah semangat. Kebetulan sudah sangat lama dia tak berkutat dengan adonan kue.
Setelah menyimpan naskah filmnya kembali di kamar, Freya segera menuju ke dapur. Disana sudah ada Priscila tang sedang menyiapkan bahan-bahan kue dibantu dengan beberapa pelayan.
"Kalian keejakan saja pekerjaan yang lain. Biar aku sama Freya saja yang membuat kue." perintah Priscila pada pelayan-pelayannya.
"Baik Nyonya." para pelayan segera menyingkir dari dapur karena sudah paham jika Nyonyanya ingin membuat kue sendiri bersama menantunya.
"Kamu juga pintar bikin kue juga Frey, siapa yang ngajarin? Apa ibumu Emira?" tanya Priscila yang melihat Freya begitu luwes dan terampil membuat adonan kue
"Tidak Mom, aku belajar sendiri dari youtube saat masih jadi figuran dulu." Ibunya memang sangat pintar dan suka membuat kue-kue enak, tapi Freya yang seorang putri kesayangan dulu tak pernah terfikir untuk belajar dari ibunya cara membuat kue enak. Barulah setelah ibunya pergi dan Freya merindukan kue bikinan ibunya, Freya mulai belajar membuat kue untuk mengisi waktu luangnya dulu. Dulu sekali saat ia masih jadi figuran dan belum punya jadwal syuting yang padat.
"Aku pikir Emira yang ngajarin kamu. Dulu ibumu sangat pintar membuat kue, Frey. Kue buatan ibumu selalu enak apapun bentuknya." Puji Priscila.
"Apa Mommy mengenal ibuku dulu?" Tubuh Freya selalu menegang tiap kali mengingat ibunya.
"Tentu. Aku sangat mengenalnya. Dulu kami sahabat saat kuliah, tapi setelah sama-sama menikah kami jarang bertemu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya ibumu, Frey. Aku juga sangat kehilangan Emira," ucap Priscila dengan sedih mengingat Emira yang dinyatakan telah meninggal dunia sembilan belas tahun yang lalu.
Freya menggeleng dengan kuat, "ibuku belum meninggal." Meski ibunya sudah dinyatakan meninggal dunia oleh pihak kepolisian, tapi Freya tak pernah percaya. Karena Freya tak pernah diizinkan melihat jasad ibunya sebelum dikuburkan dengan alasan tubuh ibunya sudah hancur karena kecelakaan. Bahkan meskipun ayahnya memberi bukti gelang milik ibunya yang ditemukan di lokasi kecelakaan, Freya tetap tak dapat menerima kenyataan itu.
"Eh, maksudmu apa Frey?" Priscila kaget melihat reaksi Freya yang seperti sangat percaya saat mengatakan ibunya belum meninggal.
"Ah, maksudku, terimakasih atas perhatian Mommy. Eh itu kuenya udah mateng sepertinya Mom. Udah dua puluh menit kan?" Freya menunjuk oven untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Ah, iya. Lupa." Priscila segera mengeluarkan kue dari dalam oven.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya, akhirnya mereka selesai membuat banyak sekali kue-kue cantik. Priscila pun memisahkan kue untuk Raymon, Juna dan juga Rain. Juga untuk Freya dan dirinya sendiri. Sisanya Priscila memberikannya pada pelayan untuk di bagi-bagi. Bahkan sekuriti juga tukang kebun mendapat bagian juga saking banyaknya kue yang dibuat.
"Ini untuk Daddymu, nanti mau Mommy antar ke kantornya setelah jemput Rain. Sekalian ajak Rain ke kantor Opanya nggak papa kan Frey?" tanya Priscila sembari memasukkan kue ke dalam kardus kue.
"No Problem Mom."
"Oh ya, tolong yang kue brownies itu kamu masukkan ke dalam kardus yang itu. Nanti kamu antarkan ke kantornya Juna ya sayang. Biasanya dia sibuk sampai lupa makan siang."
"Ke kantor Juna Mom?" tanya Freya tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments