Freya sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Rain. Sandwich dengan isian daging panggang dan segelas susu hangat. Khusus untuk Freya adalah susu jahe. Freya menyukai minumann itu di pagi hari. Saat ini mereka sudah duduk di meja makan untuk sarapan setelah selesai mandi dan bersiap.
"Selamat makan Mammy," ucap Rain sebelum makan.
"Selamat makan juga Rain," Freya tersenyum senang setiap melihat Rain yang semangat saat akan ke sekolah.
Tingtong… tingtong…
Freya dan Rain saling tatap mendengar bel berbunyi. Tak biasanya ada yang datang pagi-pagi begini.
"Mammy buka pintu dulu." Freya beranjak menuju pintu depan untuk membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat penampakan wajah Juna merenges setelah pintu di buka.
"Ada apa?" tanya Freya heran.
Juna tersenyum, "aku antar kalian ya."
"Tapi kami baru sarapan."
"Kebetulan, aku juga belum sarapan." jawab Juna senang. Ia memang sengaja datang lebih pagi supaya bisa sarapan bareng Rain dan Freya. Ia sengaja tak sarapan di rumah tadi.
"Tapi aku cuma punya sandwich aja, mau?"
"Tak masalah, seadanya saja." jawab Juna santai.
Freya menghela nafas, tak ada alasan untuk menolak Juna lagi. Freya pun membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan Juna masuk ke dalam rumah. Juna sudah tahu letak ruang makan Freya, jadi dia langsung ke sana untuk bertemu Rain. Sedangkan Freya segera membuatkan Juna sarapan.
"Papi, kamu ke sini lagi." Mata Rain langsung bersinar cerah melihat kedatangan Juna.
"Iya, papi ingin sarapan bareng Rain, boleh kan?"
"Boleh banget." Rain mengangguk dengan antusias, membuat Juna tersenyum hangat. "Kalau begitu aku tunggu makanan papi datang, dan kita makan sama-sama," Rain meletakkan kembali sandwichnya. Ia ingin makan sama-sama papi dan mammmy nya nanti.
"Hari ini ke sekolah bareng Papi mau?" tanya Juna sembari menatap wajah kecil yang merupakan miniatur dirinya itu. Wajah kecil tampan dengan mata yang bersinar.
"Mau Pi. Mammy bagaimana? Apa bareng kita juga?"
"Tentu, setelah mengantar kamu ke sekolah, Papi antar Mammy ke studio. Baru papi akan ke kantor," jelas Juna.
"Oke Papi. Terimakasih, Mammy pasti senang karena Papi akan mengantarnya, jadi Mammy nggak berangkat kerja sendiri lagi." jawab Rain dengan penuh keyakinan. Ia slalu berfikir jika Mammynya kesepian karena harus kemana-mana sendirian.
Juna tertawa mendengar apa yang disampaikan Rain. Bagaimana bisa bocah sekecil itu sangat perhatian pada ibunya? Juna jadi berharap ingin diperhatikan Rain juga. "Kalau begitu Papi akan selalu mengantar Mammy, karena Papi juga kesepian… "
"Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?" Freya menyela perkataan Juna. "Cepat makan dan kita segera berangkat." Freya meletakkan piring berisi sandwich juga segelas susu hangat untuk Juna.
"Hehehe… Terimakasih sayang," ucap Juna yang langsung mendapat tatapan tajam dari Freya. "Freya…"
"Apa?" tanya Freya.
"Kamu cantik hari ini," Juna tersenyum manis. Melihat Freya yang galak bin jutek tak menyurutkan semangat Juna untuk terus menggodanya.
Freya memasang senyuman yang tak kalah manis, "sepertinya anda tak benar-benar lapar ya Tuan Juna.." ucap Freya menahan geram, lalu menggigit sandwichnya dan mengunyah dengan keras-keras, seolah yang ia makan adalah Juna.
Juna tak menggoda lagi dan langsung memakan sarapannya dalam diam, Rain pun begitu. Ia dengan santai memakan makanannya tak peduli dengan dua manusia dewasa yang bersitegang. Setelah selesai sarapan barulah mereka berangkat bersama-sama.
"Papi ganti mobil lagi?" Rain keget melihat mobil yang terparkir di depan rumah bukan mobil Juna yang kemaren. Hari ini Juna membawa mobil sport warna biru tua. Juna hanya mengangguk dan tersenyum melihat Rain yang takjub pada mobilnya. "Mobil papi sangat keren, seperti mobil mainan. Apakah papi punya banyak mobil seperti ini?" tanya Rain lagi.
"Ya, papi punya banyak yang seperti ini. Lain kali papi akan memakai mobil dengan warna yang lain." jawab Juna sembari membuka pintu dan membantu Rain naik.
"Berapa yang Papi punya? Mammy hanya punya satu yang bagus seperti ini."
"Berapa ya?" Juna tampak berpikir, tapi ia tak mengingat berapa mobil yang ia punya. "Entahlah, papi lupa karena tak sempat menghitung."
"Besok aku bantu papi menghitungnya biar tidak lupa," ucap Rain membuat Juna gemas hingga mengacak rambutnya.
"Okey."
Juna menahan pintu untuk Freya, "silakan masuk nona cantik." goda Juna. Freya sedikit tersenyum dan segera masuk ke dalam mobil.
"Papi, aku sangat senang kalau tiap hari berangkat sekolah dengan papi. Apalagi naik mobil bagus seperti ini." ungkap Rain di perjalanan menuju sekolah. Freya tak berkomentar apapun. Rain memang anak yang ekspresif.
"Okey, kita akan berangkat bersama setiap hari kalau Rain suka," jawab Juna santai.
"Jangan memberi janji palsu sama Rain," Freya langsung memperingatkan Juna. Meski dengan suara yang sangat lembut namun penuh dengan penekanan. Ia tak mau jika Rain terlalu berharap pada sesuatu yang belum tentu bisa didapatkan.
"Aku nggak lagi memberi janji palsu, Frey. Aku bisa kok antar kalian tiap hari. Serius," jawab Juna tulus.
Freya memalingkan wajahnya. Entah kenapa perasaannya tak nyaman jika Rain menggantungkan harapan pada orang lain. Juna menghela nafas saat melihat Freya hanya diam saja. Entahlah, Freya yang ada di depannya saat ini sangatlah berbeda dengan Freya yang ia kenal enam tahun yang lalu. Freya yang sekarang sangatlah menutup diri.
Setelah mengantar Rain ke sekolah, kini Juna mengantar Freya ke studio Garuda tv. Freya ada jadwal syuting pagi. Untungnya sekolah Rain, studio Garuda tv dan kantor Juna searah.
Freya mengernyit heran saat ia tak bisa membuka pintu mobil. Ia ingin cepat-cepat turun karena sangat canggung berduaan dengan Juna di dalam mobil. Tapi ternyata pintu mobil tak bisa di buka karena Juna masih menguncinya. Freya pun menatap Juna sengit.
"Juna, cepat buka pintunya!" pinta Freya tak sabar.
Juna berbalik dan menghadap Freya, tersenyum memandangi wajah cemberut calon istrinya itu. "Mintalah dengan benar, baru aku bukakan." goda Juna lagi.
Freya menghela nafas, mengumpulkan segenap kesabaran yang sudah tercerai berai sejak tadi. Lalu dengan suara yang dibuat sehalus, selembut dan semerdu mungkin ia berkata, "Tuan Juna yang baik hati, tolong bukakan pintu mobilnya. Aku ingin turun, se-ka-rang." Tak lupa seulas senyum ia sertakan.
Juna tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Ia sangat puas membuat Freya jengkel di pagi hari begini. "Baiklah, aku bukakan, tunggu sebentar."
Freya hanya menatap Juna yang langsung keluar dari mobil, lalu secepat kilat membukakan pintu untuknya. Freya pun menepuk jidat, tak habis pikir dengan tingkah Juna.
"Silahkan, Nona Freya yang paling cantik dan paling imut sedunia," Juna mempersilahkan Freya turun dengan sikap yang begitu hormat. Walaupun sempat jengkel tapi Freya tak dapat menahan untuk tak tersenyum karenanya. Ia sangat penasaran Juna dapat ilmu konyol seperti itu dari mana. Freya pun segera turun perlahan dari mobil.
Cuppp…
Kecupan dari bibir Juna mendarat tepat di kening Freya saat wanita itu baru saja berdiri dengan sempurna. Membuat Freya melotot seketika.
"Juna….!" Freya sudah siap mengeluarkan segala omelannya, tapi Juna cepat-cepat meletakkan jari telunjuk di bibirnya, menyuruhnya untuk diam.
"Ssstt… banyak yang liatin kita." Juna memperingatkan. Seketika Freya tersadar jika banyak pasang mata yang tengah memperhatikan mereka. Jam-jam segini memang sedang ramai-ramainya orang berdatangan, Freya pun hanya bisa menahan umpatannya.
Juna tersenyum karena Freya tak akan bisa berbuat apapun jika di depan umum begini. Karenanya Juna sengaja mencari-cari kesempatan untuk mencium Freya. "Selamat bekerja sayang, nanti pulangnya aku jemput ya."
"Baiklah," Freya tersenyum. Ia tahu jika di depan umum harus menunjukkan sikap romantis dengan Juna, supaya tak ada berita miring lagi tentangnya.
Cuppppp..
Seketika senyum Freya luntur karena Juna kembali mencium keningnya. Tanpa berkata-kata Freya langsung berjalan meninggalkan Juna yang tersenyum sangat manis, sebelum Juna semakin mencari keuntungan dalam kesempitan.
Tapi kemudian Freya teringat sesuatu dan berbalik. Ia segera memanggil Juna karena laki-laki itu sudah bersiap masuk ke dalam mobil.
"Juna..!"
Mendengar panggilan Freya, Juna berbalik. Ia tersenyum melihat Freya yang berjalan cepat ke arahnya. "Ada apa sayang? Apakah ciumannya kurang? Atau kamu ingin gantian cium aku ?" goda Juna.
"Nih…" Freya memberikan sebuah map merah tepat di depan wajah Juna. "Surat perjanjian pranikah, segera tanda tangani karena aku akan menyerahkan pada pengacara sebelum kita menikah." Freya langsung pergi meninggalkan Juna yang membeku di tempat.
"Freya…. Kak Freya…"
Freya baru saja mendaratkan tubuhnya di depan meja rias tapi sudah di kerubungi oleh artis-artis muda yang saat ini akan syuting bersamanya. Freya menatap malas pada mereka.
"Ada apa dengan kalian?" tanya Freya heran.
"Kak Freya, itu tadi Tuan Juna kan? Yaampun, ternyata co cweet banget ya dia sama kak Freya," puji Dara.
"Iya ih kak Freya, beruntung banget kak Freya dapat suami Tuan Muda Juna. Sudah tampan, mapan, rupawan, dan romantis begitu." Nayla ikut-ikutan nimbrung.
"Kak Freya pasti nanti kalau punya anak cakep-cakep semua nih, secaraa, papanya ganteng, mamanya cantik banget. Duhhh… cepet-cepet bikin anak yang banyak dong kak," goda Merry.
"Nikah juga belum jadi, udah lo suruh bikin anak lagi. Gak bener nih ya otak lo ya Cilll.." Freya yang gemas menoyor pelan kepala Merry hingga gadis itu tertawa dan yang lainnya pun ikut-ikutan menoyor kepala Merry. Merry pun menggerutu karena menjadi korban toyoran banyak orang hingga rambut emasnya awut-awutan.
"Jangan lupa kirim undangan untuk kami lho Frey, awas ya kalau tidak," ancam Miranda.
"Iya-iya tenang aja bakal gue kasih undangannya buat semua, jadi tolong jangan lupa siapkan kado yang gede, okey?" canda Freya.
"Siap kak Freya. Besok gue bungkusin anak gajah deh buat kadonya," jawab Dara.
"Hahaha .." semua langsung tertawa mendengar jawaban Dara.
"Hey kelen semua, cepat siap-siap dong kita mau make up kelen nih," pada akhirnya para MUA pada sewot karena para artisnya malah asyik ngerumpi.
***
"Selamat pagi Tuan Juna" sapa Roy yang sudah menunggu kedatangan Juna di lobi. Jika Roy tidak menjemput Juna, dia selalu menunggu Juna di sini.
"Hmmm.. Pagi Roy."
Roy mengikuti Juna menunju ruangannya. Juna merasa heran karena beberapa karyawan yang bertemu dengannya menatapnya dengan aneh.
"Kenapa mereka? Apa Roy udah kasih pengumuman tentang peraturan terbaru kemarin ya?" batin Juna. Dia tak tahu jika dirinya diam-diam sudah menjadi bahan ghibah semua karyawan di perusahaannya karena dianggap menghalu punya istri Freya.
"Bodo amatlah," gumam Juna semakin mempercepat jalannya karena sudah tak sabar untuk melihat surat perjanjian pranikah yang Freya berikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments