Freya berada dalam mobil Juna sekarang. Mereka meninggalkan apartemen menuju rumah utama keluarga Davinson.
"Apa Rain dan Mommy juga Daddy sudah kembali ke rumah sekarang?" tanya Freya memecah keheningan.
"Iya, tadi Mommy sudah kasih kabar kalau sekarang sudah ada di rumah." Juna yang sedang menyetir sesekali menengok ke arah Freya. Ia pun ikut tersenyum melihat wajah ceria Freya. Sepertinya mood wanita itu membaik setelah Juna kasih liat koleksi tas dan sepatu yang Juna siapkan di rumah.
"Baguslah," Freya terus tersenyum sambil melihat-lihat pemandangan yang dilewati.
"Frey.." panggil Juna pelan.
"Hmm?"
"Cantik banget sih istriku," ucap Juna setelah Freya menoleh.
"Ckk.. gombal mulu tiap hari," jawab Freya kembali berpaling, tapi diam-diam ia tersenyum.
"Beneran ih nggak gombal."
"Iya tau, kalau aku nggak cantik nggak bakalan laku jadi artis." jawab Freya datar.
Juna tertawa, "kalau nggak laku jadi artis, jadi istriku aja cukup. Aku sanggup kok nanggung semua kebutuhan kamu dan anak-anak kita."
"Anak-anak?" Freya memicingkan mata mendengar kata anak-anak.
"Iya anak-anak kita. Rain dan juga adik-adiknya nanti."
"Wah, memangnya berapa uang bulanan yang bakal kamu kasih ke aku kalau aku berhenti bekerja, pak Juna?" sindir Freya.
"Berapapun yang kamu minta, aku kasih. Bahkan kalau kamu meminta seluruh hartaku juga aku kasih semua ke kamu," jawab Juna serius.
"Serius? Anda bisa mendadak miskin nanti pak Juna," Freya tertawa.
"Hmmm.. Frey.."
"Kenapa sih?" Freya heran melihat wajah Juna menjadi aneh.
"Jantungku mendadak berdetak sangat kencang saat kamu panggil aku pak Juna, kenapa ya?" tanya Juna dengan wajah serius.
Bibir Freya langsung mencebik," dasar tukang gombal."
"Hahaha.."
***
"Selamat datang di keluarga Davinson, Freya," semua keluarga Juna berkumpul di depan pintu utama dan serempak menyambut kedatangan Freya.
Freya terpaku di tempat. Ia melirik Juna untuk bertanya. "Juna, ini…"
Juna mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu apa-apa."
Raymon sebagai pentolan keluarga Davinson mendekat ke arah Freya lalu menyerahkan buket bunga indah warna warni, "Selamat datang di keluarga kami, anak menantuku. Sekarang dan selamanya kamu adalah bagian dari keluarga kami. Jangan sungkan untuk berbagi keluh kesah karena mulai sekarang kita semua keluarga."
"Terima kasih Dad, terima kasih semua," Freya membungkuk hormat kepada semua orang. Sesekali Freya menyeka air mata yang menetes lembut dipipinya. Sambutan hangat dari keluarga Juna sungguh menyentuh sisi terdalam hatinya yang sudah lama membeku. Ia merasa dihargai dan diterima.
Disisi Freya, Juna mengusap lembut punggung istrinya untuk memberi ketenangan. Ia memang belum begitu mengenal kehidupan pribadi Freya dan keluarganya, tetapi semua orang tahu jika hubungan Freya dan ayahnya tak baik. Padahal Freya adalah anak tertua di keluarga Jodi Redcliver. Juna sangat terenyuh melihat istrinya menahan tangis haru.
Priscila pun mendekat dan memeluk hangat Freya. "Selamat datang, sayang. Aku bahagia sekarang kamu menjadi bagian keluarga kami. Kamu anakku sekarang," Priscila pun merasa terharu karena anak perempuannya bertambah kini. Matanya sampai berkaca-kaca. Sedangkan Freya sudah tak mampu berkata-kata lagi. Ia hanya dapat mengangguk.
"Ayo Mommy perkenalkan kamu secara resmi kepada semua pelayan di sini." Priscila menuntun Freya ke hadapan para pelayan, sekuriti, tukang kebun, dan juga koki di rumah itu yang sudah berbaris sangat rapi dan tertib.
"Perhatian semuanya, tolong diperhatikan. Sekarang Freya sudah sah menjadi istri Putra saya Juna. Oleh karena itu, mulai sekarang Freya adalah Nyonya muda Davinson. Saya berharap kalian berperilaku baik pada Freya. Kalian paham?" tegas Priscila.
"Paham, Nyonya." mereka menjawab serentak.
"Halo semua, salam kenal. Aku Freya, senang bertemu dengan kalian." sapa Freya pada barisan pelayan itu.
"Selamat datang Nyonya muda Freya," mereka membalas dengan mengangguk hormat.
Freya tersentuh. Sudah sangat lama Freya diperlakukan sangat hormat oleh pelayan-pelayan di rumah keluarga Redcliver. Sejak kepergian ibunya dan posisi Nyonya Redcliver berpindah pada Anastasya semua pelayan senior di rumah itu di ganti. Tak ada lagi pelayan-pelayan yang menghormati Freya. Semua pelayan bertindak sesuai arahan Anastasya.
"Mammy… Mammy…" Rain memanggil Freya dengan suara cemprengnya sambil menggoyang-goyangkan tangan sang Mammy.
"Rain…" Entah dari mana bocah itu datangnya, sekarang tiba-tiba saja sudah ada di dekat Freya.
"Mammy, ayo ikut aku. Aku mau kasih liat Mammy kamar baruku. Bagus banget Mammy." celoteh Rain.
"Wah, benarkah?"
"Hu'um" Rain mengangguk-angguk.
Freya pun mengikuti Rain setelah berpamitan pada semua orang. Rain sangat tak sabar memperlihatkan kamar barunya pada Freya. Bocah laki-laki itu berlari sambil menarik tangan Freya.
"Hati-hati Rain, pelan-pelan saja," Freya sampai ngos-ngosan mengimbangi langkah kaki Rain yang pendek-pendek tapi sangat cepat.
"Nah, ini dia Mammy, lihatlah kamar baruku, keren kan?" Rain membuka pintu kamarnya lebar-lebar dan mendorong Mammynya untuk masuk dan melihat-lihat.
Freya memindai setiap sudut kamar yang berada di lantai satu itu. Kamar dengan dinding berwarna biru juga putih itu memiliki jendela yang lebar, di dekat jendela terdapat meja belajar dengan banyak buku anak-anak yang tertata dengan sangat rapi. Freya tertarik untuk melihat buku apa saja yang ada. Ternyata ada beragam jenis buku seperti buku cerita anak-anak, buku pelajaran membaca dan berhitung, buku menggambar, buku mewarnai, dan lain-lain. Freya cukup puas karena Juna menyediakan semua itu untuk Rain tanpa di minta.
Freya beralih ke lemari pakaian anak-anak bergambar kartun boboi boy warna biru. Freya membukanya dan mendapati pakaian-pakaian baru untuk Rain yang tertata rapi. Setelah menutup kembali pintu lemari, Freya beralih ke kamar mandi di dalam kamar itu. Freya tersenyum melihat kamar mandi yang di desain serba rendah khusus untuk anak-anak.
"Mammy, lihat ke sana yuk. Disana banyak mainan keren-keren." ajak Rain sambil menunjuk ke arah pintu lain di sudut kamar.
Freya pun mengikuti Rain menuju ke sana. Freya tercengang melihat banyaknya mainan yang tertata rapi di dalam ruangan itu. Rupanya itu ruangan khusus bermain anak-anak.
"Lihat Mammy, Papi membelikan banyak mainan untukku. Lihat, ini robot keluaran terbaru, sangat keren. Ini mobil-mobilan bisa dinaiki beneran Mammy. Nanti aku mau naik mobil ini di halaman yang luas. Yang ini mobil-mobilan kecil. Ada kereta-keretaan juga." Rain berlari kesana kemari untuk menunjukkan setiap mainan baru yang dia punya. Anak itu terlihat sangat senang dengan semua yang dia miliki.
"Rain senang? Rain suka kamar barunya?"
"Sangat suka Mammy. Papi sangat sangat baik." Rain mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum lebar. Freya mengusap lembut kepala anaknya.
"Kalau gitu Rain harus mengucapkan terima kasih sama Papi," Freya ikut tersenyum melihat binar bahagia di wajah anaknya. Keputusannya membawa Rain ke sini tidak salah. Hidup Rain akan menjadi lebih berwarna sekarang dengan adanya ayah juga kakek neneknya.
"Sayang, kalian di sini rupanya."
Rain dan Freya sama-sama menoleh dan mendapati Juna berdiri di ambang pintu.
"Papi, aku baru saja kasih liat Mammy kamar baruku. Juga semua mainan yang Papi belikan." Rain langsung menghambur ke dalam pelukan Juna yang sudah berjongkok. Juna lalu menggendongnya.
"Rain suka tidak kamar baru dan mainan-mainannya?" tanya Juna.
Rain mengangguk kencang. "Sangat suka Papi. Terima kasih, Papi yang terbaik dari yang baik," puji Rain yang langsung membuat Juna tersenyum lebar. Apalagi saat Rain tiba-tiba mencium pipi Juna. Juna mematung. Ini pertama kalinya Rain menciumnya sebagai ucapan terima kasih. Hatinya terasa begitu bahagia.
Freya malah mencebikkan bibir. Rain sangat manja pada Juna. Padahal selama ini anak itu paling ingin terlihat mandiri di depan Freya.
"Syukurlah kalau Rain suka. Sekarang Papi mau kasih liat kamar baru untuk Mammy. Rain mau ikut?" tanya Juna.
Rain menggeleng, "nggak mau. Paling isi kamarnya Mammy tas sama sepatu dan baju semua. Aku bosan liatnya, nggak ada yang seru. Aku mau main di sini saja, Pi." tolak Rain.
"Hahaha, baiklah." Juna menurunkan Rain dan bocah itu langsung mengambil robot untuk dimainkan.
"Ago sayang, kita lihat koleksi tas dan sepatu untukmu."
"Okey," jawab Freya dengan datar. Padahal jantungnya sudah melompat-lompat tak sabar untuk melihat tas dan sepatu yang sudah seperti toko di dalam foto ponsel Juna.
Mereka menaiki tangga karena kamar tidur untuk Freya dan Juna ada di lantai dua. Lagi-lagi Freya termangu melihat betapa luas, indah, dan juga mewah yang malah mengingatkannya pada kamar cantiknya di kediaman Redcliver saat kecil dulu, saat dirinya masih menjadi kesayangan Jodi dan ibunya masih ada.
Freya menggeleng, mengenyahkan pikirannya yang terus mengelana ke masa lalu. Dia mengikuti Juna masuk ke dalam kamar mereka.
"Ayo ke sini." Juna membimbing Freya masuk ke dalam ruangan yang terbentuk oleh wardrobe yang berjejer rapi. Di sanalah barisan sepatu-sepatu dan tas-tas mewah juga pakaian khusus ubtuk Freya. Ada juga sebagian milik Juna.
"Percaya kan sekarang kalau aku nggak bohong?"
Freya tersenyum sambil berkeliling melihat-lihat semua benda mewah yang tersusun seperti di toko itu. Semua yang ada di sana adalah koleksi terbaru dari brand ternama dunia yang harganya sangat fantastis. Dan Juna membelinya dalam sekali waktu. Freya akui Juna sangat luar biasa.
"Bagaimana, suka nggak?" tanya Juna memastikan, walaupun kalau diliat dari wajah ceria Freya bisa ditebak jika wanita itu sangat menyukai barang-barang yang ia siapkan.
"Suka banget. Tau aja seleraku. Makasih, Juna," ucap Freya tulus sembari tersenyum. Juna terpaku menatap wajah Freya yang sangat cantik dengan senyum yang sangat manis
"Masa bilang makasih doang? Rain aja tadi cium pipi aku lho." rajuk Juna.
"Trus?" Freya memicing.
"Ya maksudku kamu nggak mau berterimakasih dengan cium aku juga?"
Freya melotot, tapi kemudian menyuruh Juna mendekat. "Mau dicium? Sini!" titah Freya.
Dengan senang hati Juna mendekati Freya.
"Tutup mata kamu," perintah Freya.
Juna menutup matanya sambil memonyongkan bibir menunggu Freya menciumnya. "Merunduk, Juna! Aku nggak nyampek." Lagi, Juna menuruti perintah Freya. Jantungnya sungguh berdebar sangat kencang menantikan momen Freya menciumnya.
"Cupp."
Dalam sedetik Freya mencium Juna, bukan di bibirnya yang sudah monyong-monyong tetapi di pipi pria itu. Dan Freya langsung kabur meninggalkan Juna yang shock di tempatnya.
"God, Freca cium aku beneran," pekik Juna lalu melompat-lompat kegirangan bagai orang gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments