Roy membukakan pintu mobil untuk Juna. "Selamat pagi Tuan Juna," sapanya saat Juna mendekat dan masuk ke dalam mobil.
"Pagi juga Roy."
Roy mengernyit menyadari ada sesuatu yang berbeda dari tuannya pagi itu. Ia buru-buru menutup pintu mobil, lalu masuk ke bagian kemudi. Di sepanjang jalan Roy terus melirik Juna melalui kaca spion, dan dia baru sadar jika Juna sering senyum-senyum tak jelas.
"Anda sehat Tuan?" tanya Roy heran.
"Sehatlah. Kamu nggak lihat aku sehat begini?"
"Bukan begitu maksud saya Tuan. Anda dari tadi terus tersenyum sendiri, saya pikir kurang sehat."
Juna melotot mendengarnya. "Kamu pikir aku gila gitu?"
"Hahaha.. Wajah anda sangat bersinar pagi ini tuan, bahkan matahari saja kalah bersinar dengan wajah anda," sindir Roy.
"Iyalah, kan memang lagi mendung di luar Roy." jawab Juna gemas. Bagaimana mau bersinar kalau ketutup awan mendung, dasar si Roy. Juna kembali tersenyum mengingat nanti dia akan mendaftarkan pernikahan dengan Freya. Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat menikah dan tinggal seatap dengan Freya dan Rain. Baru membayangkan saja sudah membuat Juna berbunga-bunga.
Roy tak menanggapi ucapan Juna. Ia fokus kembali ke jalanan di depannya.
"Selamat pagi Tuan," sapa beberapa orang karyawati yang berpapasan dengan Juna pagi itu.
"Ya, selamat pagi," jawab Juna santai sambil berlalu. Beberapa karyawan itu pun heboh karena sapaan mereka dibalas Juna, bos yang terkenal sangat cuek dan pendiam.
"Kalian dengar tadi Pak Juna membalas sapaan kita kan?" tanya seorang perempuan berambut merah dengan tak percaya.
"Iya dengar. Yaampun, mimpi apa aku semalam. Mana pakai senyum lagi tadi Pak Juna." jawab temannya yang berambut sebahu.
"Iya. Walaupun senyumnya hanya sedikit, tapi bikin pak Juna tambah ganteng ya." timpal yang lainnya dengan heboh.
Mereka selama ini selalu mengagumi ketampanan Juna, walaupun tak pernah melihat Juna tersenyum. Dan ini pertama kalinya mereka melihat Juna tersenyum, suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Juna tak peduli pada pembicaraan di belakangnya dan terus melenggang menuju lift khusus eksekutif, tapi langkahnya terhenti kala mendengar obrolan beberapa karyawan yang bergerombol di sebuah meja. Sekarang memang masih pagi, belum jam masuk kantor sehingga beberapa karyawan masih mengobrol.
"Ada masalah Tuan?" tanya Roy heran melihat Juna tiba-tiba berhenti.
"Sssst…" Juna meletakkan telunjuk di depan bibirnya, menyuruh Roy untuk diam. Roy pun tak bersuara lagi, hanya mengikuti arah tatapan mata Juna pada segerombol karyawan yang tak sadar jika sedang diperhatikan.
"Lihat, ini foto terbaru Freya, cantik banget ya?" ucap salah seorang karyawan.
"Wooowww imutnya. Gak nyangka kalau dia udah punya anak umur lima tahun." timpal yang lainnya.
"Iya, badannya masih bagus banget. Mama muda idaman nih."
"Gue kalau diminta menikahi dia mau banget, walaupun udah punya satu anak," ucap laki-laki berbadan pendek dengan bangganya, langsung disoraki yang lain.
"Huuuu… mana mau Freya nikah sama kamu. Ngaca woy.. ngaca. Dia maunya kan sama aku." sela laki-laki yang merasa dirinya lebih tampan dari yang lainnya.
"Huuu lo sama aja lah," seseorang langsung menoyor kepalanya dan disambut tawa yang lainnya.
"Ekhekheeemmmmm….ekhmmmm.." Juna merasa kupingnya semakin memanas mendengar mereka membicarakan Freya. Dia berdehem dengan sangat kencang sampai merasa tenggorokannya sedikit sakit.
Segerombol karyawan itu kompak menoleh ke arah Juna, dan terkejut karena melihat Boss sudah ada di sana.
"Eh selamat pagi Pak Boss Juna," sapa salah satunya dengan sungkan.
"Selamat pagi boss, tumben sudah datang." seru yang lainnya.
Juna bersedekap dan menatap tajam pada mereka, membuat mereka semua menunduk takut.
"Apa yang kalian lihat dan bicarakan? Kedengeran asyik banget?"
"Eh, ini kita cuma lihat foto artis cantik yang sedang sangat populer pak Boss, Freya Redcliver, apa pak bos tahu?" jawab karyawan bertubuh pendek gugup. Ia sangat takut melihat tatapan tajam Juna.
"Mana fotonya? Bawa sini ponsel kamu!" titah Juna.
Karyawan bernama Nono itu pun berjalan mendekati Juna dan menyerahkan ponselnya dengan gemetar. Secepat kilat Juna mengambil ponsel itu, lalu melihat foto yang menjadi bahan ghibah para buaya darat itu. Tampak sebuah foto Freya yang mengenakan gaun panjang tanpa lengan, menampilkan kulit bahu putihnya. Freya memang terlihat sangat imut dan seksi secara bersamaan, membuat Juna meradang.
" Mulai sekarang jangan ada lagi yang ngliatin foto Freya begini! Saya tidak suka. Nih ponsel kamu. Awas kalau kamu screenshoot atau download foto tadi, aku tendang kamu dari perusahaanku," ancam Juna sambil mengembalikan ponsel Nono.
"Loh, kenapa kami nggak boleh liat foto Freya , pak Bos? Kami ini fans garis keras Freya loh." protes yang lain tak terima larangan yang Juna berikan.
"Iya nih pak Boss nggak asyik. Freya kan penyemangat kami kerja. Sehari saja nggak lihat foto Freya, rasanya tulang kami meleleh seperti jelly." timpal yang lain.
"Bodo amat. Pokoknya nggak ada yang boleh ngefans Freya lagi kalau masih ingin kerja di sini! Kalau kalian melanggar, siap-siap saya cutat dari sini!" teriak Juna emosi.
"Ih pak Boss kenapa sih, masa ngefans sama artis aja nggak boleh," sindir Toby, karyawan yang merasa paling ganteng se kantor..
"Sekali nggak boleh ya tetap nggak boleh. Kalian boleh ngefans artis yang lain, tapi jangan Freya. Karena…." Juna menatap satu-satu para karyawan pria di sana dengan tatapan penuh ancaman. Mereka pun menatap Juna untuk mendengar apa yang akan Juna katakan setelahnya. "Karena Freya calon istriku," lanjut Juna dengan bangga.
Singggg……. semua orang terdiam dengan ekspresi yang sulit di jelaskan. Dan Juna mengartikan diamnya mereka karena sudah mengerti perintahnya. Juna pun mengajak Roy segera ke ruangannya.
"Hahahaa…. hahaha .. hihihi..
hohoho……."
Tawa segerombol karyawan tadi pecah saat melihat Juna sudah menghilang ke dalam lift khusus eksekutif.
"Hahaha… duhh parah… pak Boss halunya benar-benar kelewatan. Bisa-bisanya ngehalu Freya calon istrinya." ledek Nono tak bisa berhenti tertawa.
"Hahaha… benar tuh, kelamaan jomblo kali pak Boss, halunya jadi ketinggian."
"Gue kira kenapa pak Boss ngelarang kita ngefans ama Freya, ternyata dia juga fans fanatik Freya. Hohoho."
"Hahaha.. gengsi dia ngaku fansnya Freya."
Mereka tertawa terbahak-bahak mengingat Juna mengatakan Freya calon istrinya tadi. Tak ada yang percaya dengan perkataan Juna tentunya, karena mereka tak pernah melihat kedekatan Juna dengan Freya selama ini. Bagi mereka, Juna hanyalah tukang halu sama dengan mereka.
"Jangan lupa tambahkan peraturan baru Roy, tak ada karyawan yang boleh ngefans sama Freya, apalagi menyimpan foto Freya. Kalau ada yang melanggar, kasih surat peringatan. Kalau masih ngeyel, keluarkan dari sini!" perintah Juna dengan serius.
Roy yang berdiri di samping Juna di dalam lift hanya garuk-garuk kepala sambil geleng-geleng, tak menjawab perintah Juna yang sangat tak masuk akal itu.
"Kenapa mukamu gitu? Jangan bilang kamu juga salah satu fans Freya?" tanya Juna dengan jengkel karena Roy tak menjawab ucapannya.
"Eh bukan gitu Tuan," jawab Roy gelagapan. Ia mana mau mengaku kalau sebenarnya ia juga ngefans Freya, dan menyimpan beberapa foto Freya yang terlihat cantik dan imut. " Bagi artis, fans itu sangat berpengaruh dan penting Tuan. Artis tanpa fans itu ibarat sayur tanpa garam dan msg, hambar rasanya," jelas Roy.
"Huhhh, kamu nggak bakal ngerti gimana rasanya calon istri kamu dibicarakan dan jadi bahan halu karyawanmu sendiri. Aku nggak mau tau, pokonya tambahkan peraturan baru yang aku katakan tadi." perintah Juna.
"Baik Tuan," Roy hanya bisa menyanggupi, walaupun entah kapan akan ia realisasikan.
***
"Ke sekolah Rain dulu Roy, baru kita ke studio garuda tv jemput Freya. Setelah itu antarkan Rain ke rumah Daddy dan kita langsung ke Catatan Sipil!" titah Juna pada Roy yang mengikutinya berjalan dari ruang rapat.
"Baik Tuan." jawab Roy. Sekarang sudah jam sepuluh pagi, sudah waktunya Rain pulang sekolah.
Sesuai perintah Juna, Roy mengendarai mobil menuju sekolah Rain. Mereka sampai di sekolah Rain bersamaan dengan orang tua murid yang lainnya yang juga menjemput anaknya.
"Tunggu di sini dulu Roy! Biarkan yang lain pulang dulu!" Juna tak ingin menjadi bahan keroyokan ibu-ibu yanh menjemput anaknya, ia baru turun dari mobil setelah semua pulang.
"Papiiii.." Rain sangat senang melihat Juna menjemputnya. Ia pun segera berpamitan pada Miss Rere dan beberapa guru yang lain.
"Miss Rere, aku pulang dulu. Papi sudah menjemputku." pamit Rain dengan tak sabar menyalami guru-guru di sana.
"Itu papi Rain?" tanya Miss Rere tak percaya.
"Iya Miss Rere, dia papi aku. Bukankah wajah kami mirip?" tanya Rain.
Miss Rere dan guru-guru lainnya ikut memperhatikan Juna yang mendekat.
"Halo, saya papinya Rain. Saya menjemput Rain karena Mammynya masih ada pemotretan." jelas Juna.
"Ah jadi benar Papinya Rain? Wah, Miss nggak nyangka papinya Rain sekeren ini," kata miss Rere sambil memperhatikan Juna dengan takjub. Begitu juga dengan guru yang lain. Mereka seperti melihat salah satu anggota boyband korea yang terkenal.
"Hehe iya Miss. Jadi apakah Rain boleh saya bawa pulang?" tanya Juna meminta ijin.
"Oh tentu Tuan, silahkan. Hati-hati di jalan."
"Dadah Miss Rere." Rain melambaikan tangannya pada Miss Rere lalu mengikuti Juna masuk ke mobil. Perlahan-lahan mobil Juna pun melaju meninggalkan sekolah Rain.
"Tuan, anak buah saya baru saja melaporkan jika Nona Freya sudah meninggalkan studio Garuda Tv dan menuju rumah kediaman Redcliver." lapor Roy di tengah perjalanan menuju Garuda tv.
"Ikuti Freya ke kediaman Redcliver. Aku juga perlu bicara dengan Tuan Jodi." perintah Juna.
"Siap Tuan." Roy pun segera membawa mobil ke arah kediaman Redcliver.
"Papi, Apa kita akan menjemput Mammy?" tanya Rain sambil memakan roti sobek yang baru saja Juna berikan.
"Iya Rain, tapi kita jemput Mammy di tempat Ayahnya Mammy." jawab Juna.
"Ayah Mammy?" tanya Rain kebingungan. Ia tak pernah tahu keluarga Freya, taunya Mammynya hanya punya dirinya dan Luna saja.
Alis Juna mengerut mendengar pertanyaan Rain. Apakah Freya juga menyembunyikan Rain dari keluarganya? Tanya Juna dalam hati.
"Ehmmm… Rain pernah diajak ke tempat kerja Mammy belum?" tanya Juna mengalihkan pembicaraan.
"Belum Papi. Mammy kan nggak mau aku difoto banyak wartawan." jawab Rain. Juna mengagumi Rain yang begitu memahami Freya di usianya yang masih balita.
"Kapan-kapan papi ajak Rain melihat mammy kerja mau?" tawar Juna.
"Mau Pi. Yeeey aku mau lihat Mammy kerja." jawab Rain dengan semangat membuat Juna tersenyum senang.
***
Freya mengemudi mobilnya ke kediaman Redcliver. Jantung Freya tak henti-hentinya berdegub kencang selama di perjalanan. Ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi keluarga ayahnya, Jodi Redcliver nanti. Terutama Anastasya Redcliver yang selalu mencari-cari kesalahannya untuk menjatuhkannya.
Freya menghela nafas, mencoba tak terlalu memikirkan keluarga ayahnya. Ia mengingat-ingat bagaimana hebohnya teman-temannya tadi saat ia datang di studio. Mereka tak percaya dengan berita yang beredar jika Freya akan dinikahi Herjuna Davinson, putra tertua dari Raymon Davinson raja bisnis di negeri ini. Apalagi ternyata anak yang disembunyikan Freya ternyata adalah anak Juna.
"Sejak kapan kamu punya hubungan dengan Herjuna Davinson Frey, wahhhh, kamu luar biasa." komentar Melly, seorang penyanyi dangdut yang kebetulan ada syuting hari itu.
"Iyah nih Freya, nggak nyangka diam-diam menyembunyikan telur emas milik Juna."
Freya tersenyum mengingat sanjungan-sanjungan yang diucapkan teman-temannya. Apalagi mengingat ekspresi shock Salsa saat menginterogasinya tadi. Wajahnya sungguh lucu.
"Heh kamu menjebak Juna ya? Pasti kamu kasih obat perangsang hingga mau bercinta dengan kamu." cecar Salsa. Hahhh, artis satu itu memang selalu iri dengan apa yang Freya miliki. Freya sudah tak kaget.
Dua puluh menit berlalu dan Freya sampai di kediaman Redcliver. Memasuki halaman rumah yang luas, Freya menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama. Freya turun dari mobil dan tanpa melepas kacamata hitamnya melenggang menuju pintu utama.
"Selamat datang, Nona Freya. Tuan besar sudah menunggu anda di dalam. Mari saya antar." seorang pelayan berusia lebih tua dari Freya menyambut Freya dan membawanya ke ruang tamu. Freya tersenyum kecut, ia tadi sudah mengirimkan pesan pada ayahnya. Rupanya laki-laki itu tak mau menyambut kedatangannya, malah meminta pelayan yang menunggu. Harga diri Freya benar-benar terkoyak.
Saat memasuki ruang tamu, pemandangan yang Freya lihat adalah satu keluarga sudah berkumpul di sana, ayah, ibu tiri serta dua adik tiri Freya. Seang mengobrol dengan begitu bahagia. Ada yang sakit di dalam relung hati Freya melihat pemandangan itu. Harusnya ia yang ada di sana, duduk bersama ayah dan ibunya, tapi sekarang posisinya malah digantikan orang lain.
"Tuan, saya membawa nona Freya," ucap pelayan yang mengantar Freya. Setelah mendengar ucapan pelayan barulah empat orang itu menengok ke arah Freya. Freya berdecih pelan. Bahkan pelayan saja lebih dihargai daripada dirinya. Freya yakin jika mereka hanya pura-pura tak menyadari kedatangan Freya karena Freya sengaja berjalan dengan kencang hingga bunyi sepatunya terdengar cukup keras.
"Nah, anak nakal yang kita tunggu-tunggu sudah datang rupanya." sinis Tasya, ibu tiri Freya, diikuti tatapan sinis dua adik tiri Freya.
"Duduklah." titah Jodi sambil menunjuk sebuah kursi yang cukup jauh dari mereka.
Freya mengabaikan ucapan Tasya, ia memilih langsung duduk saja. Daripada kursi yang ditunjuk Jodi, Freya lebih memilih kursi yang paling jauh dari mereka.
"Perusahaan keluarga kita dalam masalah sekarang. Para investor mulai menarik saham mereka, ini pasti karena berita buruk tentangmu. Bagaimana bisa kamu berbuat begitu memalukan?" cecar Jodi beberapa detik setelah Freya duduk.
Freya tersenyum. Memang apa yang ia harapkan dari ayahnya kalau bukan cercaan seperti ini? Berharap orang tua itu menanyakan kabarnya? Dalam mimpi pun Freya tak mau berharap.
"Kenapa anda menyalahkanku? Aku tak ada hubungan apa-apa dengan perusahaan anda. Jangan seenaknya melemparkan kotoran pada orang lain." jawab Freya berusaha santai.
"Jelas ada hubungan dengan kamu anak bodoh! Seandainya kamu nggak berbuat onar, perusahaan kita akan baik-baik saja." jelas Tasya dengan geram.
"Iya ini gara-gara kamu. Kelihatannya saja kamu gadis baik-baik. Tak menyangka sampai hamil di luar nikah." timpal Evan, adik laki-laki Freya. Adik tiri tentunya.
"Memangnya ada artis yang nggak jadi simpanan om-om, mimpi saja kak. Semua teman dia pasti juga kaya gitu." sindir Mila, adik Evan.
Freya sudah sangat geram ingin merobek mulut kakak beradik itu, tapi Freya tak mau mengotori tangannya. Ia memilih diam saja.
"Entah bandot tua mana yang menghamili kamu. Tapi kamu harus bertanggung jawab Frey. Kamu harus bisa menutup kekurangan dana perusahaan supaya tetap berjalan lancar." ucap Tasya dengan senyum licik.
Dalam hati Freya ingin tertawa keras. Jadi ini yang mereka mau? Memeras dirinya setelah ia dibuang dari keluarga Redcliver?
"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu hamil dulu? Seandainya kamu memberitahuku, aku pasti carikan solusi terbaik, sehingga keluarga kita tak perlu dipandang buruk begini." Jodi terlihat sangat frustasi menghadapi masalah perusahaannya saat ini. Sangat berbanding terbalik dengan Tasya dan dua anaknya yang terlihat santai saja.
"Solusi apa yang ingin anda berikan? Apakah menumbalkanku untuk pernikahan bisnis?" cibir Freya tersenyum mengejek.
"Anak kurang ajar!" teriak Jodi murka. "Kamu selalu berbuat seenaknya saja dari dulu, pernahkah kamu berfikir untuk membantu keluargamu?"
"Keluarga yang mana lagi yang anda maksud? Aku sudah tak punya keluarga." jawab Freya santai dengan tawa mengejek. "Kalian mau memerasku? Aku tak akan pernah mengeluarkan uang hasil jerih payahku untuk kalian." tegas Freya.
Enak saja mereka mau menikmati uangnya. Ayahnya saja sudah nggak pernah mau mengurusi biaya hidupnya setelah menikah lagi dengan Tasya. Dan sekarang mereka malah mau memerasnya? Jangan harap.
"Jangan keterlaluan kamu Freya. Kalau kamu tak mau terjadi apa-apa sama anakmu, turuti saja pemintaan ayahmu." ancam Tasya.
"Oh, lakukan saja semaumu Nyonya Redcliver. Sebentar lagi aku akan menikah dengan Herjuna Davinson. Lakukan jika kamu punya nyali menghadapi keluarga Davinson!" ejek Freya.
"Hahaha, omong kosong apa yang kamu bicarakan Freya?" Evan tertawa mendengar perkataan Freya.
"Apa kamu begitu tersudut sampai membual menikah dengan Herjuna Davinson?" Mila ikut mengejek, tertawa sampai matanya berair.
Tak ada yang sadar jika Juna sejak tadi menyaksikan semua sikap mereka pada Freya. Tak tahan melihat Freya di rundung, Juna pun segera mendekati Freya.
"Siapa yang membual? Kami memang akan segera menikah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sintia Dewi
awas nantik nangis kalian diksik udngan nikah boss kalian sn freya/Joyful/ kewatain aja dulu nangis ptah hati berjamaah blakangan kita tunggu/Joyful//Joyful//Joyful/
2024-11-13
0
Bastard_🗡️
roti sobek 😂😭
2024-02-05
0