Hari hampir petang kala Freya dan Rain sampai di rumah. Setelah menurunkan barang-barang miliknya dan Rain dari mobil, Freya langsung melabuhkan tubuhnya yang terasa lelah di sofa ruang keluarga.
"Mammy lelah ya? Mau minum jus mangga?" tanya Rain sembari ikut duduk di samping Freya. Tangannya memegang segelas besar jus mangga.
"Nanti saja Rain, Mammy akan ambil sendiri. Hahhhh… walaupun melelahkan tapi Mammy sangat bahagia bisa menghabiskan waktu seharian sama kamu Rain.." ucap Freya sembari mengacak-acak rambut Rain, membuat anak itu beringsut menjauh.
"Iss.. Mammy jangan gitu, nanti rambutku jadi keriting." protes Rain sambil merapikan kembali rambutnya.
"Haha biarin…"
Freya meraih remot di meja, lalu menyalakan tv digital besar di depannya. Jadwal syuting dan pemotretan yang padat akhir-akhir ini sungguh menyita waktunya, bahkan untuk sekedar menonton tv saja Freya tak sempat.
"Berita terpanas datang dari artis kesayangan kita Freya Redcliver. Hari ini video tentang artis Freya yang …"
Suara host yang menggebu-gebu seketika menyita perhatian Freya dan Rain. Kedua ibu dan anak itu terpaku menatap tv di depannya.
" Freya terlihat tengah menyuapi anak laki-laki kecil di sampingnya dengan penuh rasa sayang. Dan anak itu berkali-kali memanggil Freya dengan kata 'Mammy'. Ini sangatlah mengejutkan. Mungkinkah Freya diam-diam hamil dan melahirkan di luar pernikahan?"
Kemudian video tentang Freya yang tengah menyuapi Rain eskrim terpampang sangat jelas di tv. Bahkan suara keduanya juga terdengar dengan begitu jelas.
Freya dan Rain saling pandang, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Mammy, bukankah itu kita? Kenapa kita masuk tv? Siapa yang diam-diam mengambil video kita?" tanya Rain penasaran.
Freya yang masih syok hanya menggeleng. Ia pun tak menyadari jika seseorang sudah mengambil video tentangnya secara diam-diam. Freya lalu mengganti chanel tv, terus menggantinya dan yang ia lihat hanyalah berita tentang dirinya ada di mana-mana.
"Oh Rain… ini gawat. Kamu ketahuan…"
Freya merasa sangat lemas sekarang. Duduknya sampai merosot. Bagaimana tidak. Sudah selama lima tahun ini Freya mati-matian menyembunyikan keberadaan Rain dari publik. Tapi sekarang semua hanya sia-sia. Rain telah terekspos.
Freya dengan cepat menyambar tas kuning kesayangannya, lalu mengeluarkan ponsel. Jika di tv saja videonya sudah seheboh itu, pasti di dunia maya lebih heboh dari tv, pikirnya. Freya langsung menyalakan koneksi internet ponselnya yang seharian tadi ia matikan. Berpuluh-puluh notifikasi panggilan dan pesan dari Doni manajernya langsung muncul di layar ponselnya. Juga panggilan dari Rico, teman artis Freya tak kalah banyak.
Drttttt drttttt drrtttt… sebuah panggilan masuk, nama Doni muncul di layar. Freya langsung menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan Doni.
"Freya, kemana saja kamu? Kenapa dari siang ponsel kamu nggak aktif?"
Tanpa mengucap salam Doni langsung memberondong Freya dengan suara yang terdengar panik, kesal juga frustasi.
"Aku…"
"Kamu sudah lihat berita? Kamu viral, Fre. Oh God.. Aku tak percaya ini Fre. Siapa anak kecil itu? Benarkah itu anakmu?" tanya Doni menggebu-gebu.
"Maaf kak.." Freya tak tahu harus bicara bagaimana. Ia sendiri masih sangat terkejut.
"Kamu menyembunyikan rahasia begitu besar dariku. Kamu anggap aku apa Fre? Padahal aku selalu anggap kamu adikku sendiri, tapi kenapa kamu bahkan tak bisa percaya padaku?" tanya Doni jengkel.
"Aku akan jelaskan nanti Kak. Aku punya alasan." jawab Freya tak kalah frustasi.
"Baiklah aku tunggu penjelasanmu. Hubungi aku jika kami siap bercerita. Oh ya. Jadwal pemotretan diundur besok pagi. Jangan mangkir lagi."
Freya menghembuskan nafas dengan kasar setelah Doni mematikan panggilan. Ia lalu menjelajah beberapa akun media sosial miliknya. Ia semakin syok kala melihat semua postingannya diserbu netizen dengan kata-kata yang begitu menyakitkan. Video-video viral tentang dirinya dipenuhi dengan komentar hinaan dan hujatan. Mata Freya memanas. Bukan karena komentar-komentar sadis itu, tapi karena keberadaan Rain yang mungkin akan diketahui oleh orang-orang yang tak diinginkan.
"Are you okey, Mam?" tanya Rain khawatir melihat Freya hampir menangis.
Freya menatap Rain dengan gusar, ia mencoba untuk tersenyum supaya terlihat baik-baik saja.
"Mammy nggak papa Rain. Tapi Mammy khawatir padamu. Pasti setelah ini kamu dikejar-kejar wartawan."
"Mammy tenang saja. Aku akan lempar kepala mereka dengan kerikil sampai benjol jika mereka berani mengusik aku." jawab Rain dengan penuh percaya diri.
"Husss.. itu namanya kekerasan. Kemarilah Rain!" Freya membentangkan kedua tangannya, Rain mau tak mau masuk kedalam pelukan Mammynya. Jika biasanya ia tak mau dipeluk-peluk layaknya anak kecil, kali ini ia membiarkan Mammynya memeluknya. Ia tahu jika Mamminya sedang tak baik-baik saja.
"Mammy janji akan slalu bersamamu Rain, Mammy janji kita tak akan terpisahkan." ucap Freya sendu.
***
Di ruang rapat gedung Angkasa Mandiri Group, seorang pria muda berwajah tampan dengan hidung mancung tengah menatap ponselnya dengan tajam. Mata elang yang tajam terus menyorot video tentang Freya. Dia adalah Herjuna Davinson, putra tertua Raymon Davinson. Di depannya, perwakilan dari PT Gelora Sejahtera sedang membacakan presentasi, namun Juna tak mendengarkannya sama sekali. Ia terus mengulang-ulang video Freya, mengamati dengan teliti wajah anak kecil yang bersama dengan Freya.
Brakkkk… Suara gebrakan di meja menggema dalam ruangan yang sepi setelah pembacaan presentasi selesai. Semua orang terkejut melihat Juna yang menggebrak meja dengan begitu keras, tak terkecuali Roy, asisten Juna yang sedari tadi berdiri tegak di samping kursi tuannya.
"Kurang ajar…! Berani sekali mempermainkan aku..! " geram Juna dengan marah sambil memelototi ponselnya.
"A-a-apa ada yang salah dengan presentasinya tuan Juna?" tanya Agung, perwakilan dari PT Gelora Sejahtera.
Buggg…
Juna malah membanting ponselnya ke meja. Lalu tanpa berkata-kata meninggalkan ruang rapat, meninggalkan semua orang yang berwajah pucat pasi. Hanya Roy saja yang terlihat biasa saja, ia buru-buru meraih ponsel yang ditinggalkan Juna di meja. Matanya pun melotot sempurna setelah mengetahui hal-hal yang membuat tuannya sangat marah.
"Tuan Roy, apakah Tuan Juna tidak suka presentasi yang saya bawakan?" tanya Devan, laki-laki yang tadi membacakan presentasi dengan suara yang bergetar penuh ketakutan. Ia bisa saja langsung didepak oleh pimpinan Gelora Sejahtera jika gagal dalam misi meyakinkan Tuan Juna kali ini.
Roy menoleh, baru menyadari jika Devan mengira Juna marah padanya.
"Maaf pak Devan, kita akan mengatur ulang jadwal rapat lagi besok. Untuk saat ini Tuan Juna sedang dalam suasana hati yang buruk. Saya akan mengabari anda besok." papar Roy.
Ia membubarkan rapat , lalu setelah semua orang keluar dari ruang rapat, Roy buru-buru menuju ruangan Juna. Saat ia masuk , ia langsung mendapat tatapan setajam belati dari Juna. Membuat seluruh bulu kuduknya meremang.
"Bukankah sudah kusuruh untuk mengawasi Freya? Bagaimana bisa kamu kecolongan? Bahkan melewatkan hal yang begitu penting?" cecar Juna dengan setengah menggeram, menahan amarah yang bergejolak di dada.
"Maafkan saya, Tuan. Saya akan segera mencari tahu keberadaan anak lelaki anda." Roy menunduk dalam, tak berani menatap Tuannya yang sedang marah. Ia tahu ia telah melakukan kesalahan yang besar.
"Lakukan secepatnya. Jangan sampai gagal lagi, kau tahu akibatnya jika mengecewakan aku lagi!" perintah Juna.
"Baik Tuan," jawab Roy dengan hormat.
Juna menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Ia menghirup udara sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya secara kasar. Ia terlihat begitu frustasi sekarang.
Setelah Freya memutuskannya secara sepihak lima tahun lalu, Juna memutuskan untuk mengawasi gerak-gerik gadis itu secara diam-diam. Juna masih sangat menginginkan gadis itu, tapi nyatanya Freya sudah tak mau meladeni dirinya. Juna hanya bisa melihat gadis itu dalam diam, mengingat tatapan penuh amarah yang selalu Freya tunjukkan setiap mereka tak sengaja bertemu.
"Astaga…" Roy baru akan membuka pintu untuk keluar saat seseorang sudah mendorong pintu dengan kencang dari luar hingga menjeplak, Roy sontak mundur beberapa langkah ke belakang.
"Tuan besar…" Roy membungkuk hormat saat seorang pria paruh baya yang berjalan dengan bantuan sebuah tongkat di lengan kanannya melewati Roy.
"Hmmm," jawab laki-laki itu.
"Anda datang tanpa memberi kabar pak Tua?" Juna yang melihat kehadiran laki-laki itu lantas beranjak dari kursi kebesarannya, mendekati laki-laki itu lalu menuntunnya ke sofa.
"Sekali lagi kamu panggil pak Tua jangan salahkan aku jika kubuat kepalamu benjol." ancam laki-laki itu dengan geram.
"Hahaha, lagian ngapain Daddy capek-capek ke sini, bukannya istirahat dengan tenang di rumah."
"Huhh, kalau bukan karena ada hal penting yang ingin aku katakan padamu, aku juga malas kesini." Pria itu mendengus kesal.
Dia adalah Raymon Davinson, ayah Juna. Dia adalah tuan Besar Davinson yang dulu sangat menguasai segala sektor bisnis, sebelum akhirnya menyerahkan kekuasaannya pada Juna.
"Daddy cukup telepon aja kalau ada sesuatu yang perlu aku urus, tak perlu repot ke sini."
Juna menatap ayahnya dengan penuh kekhawatiran. Ayahnya belum sembuh total setelah kecelakaan parah enam tahun yang lalu. Bahkan untuk berjalan saja masih harus menggunakan bantuan tongkat, sudah seperti aki-aki saja.
Tak mengindahkan protes sang anak, Raymon justru menatap tajam pada Juna.
"Bisa-bisanya kamu menyembunyikan cucu dariku Jun. Kamu tahukan aku dan mommymu sangat ingin menimang cucu. Tapi kenapa kamu malah membiarkan cucuku hidup terlunta-lunta di luar sana?" cecar Raymon dengan marah.
"Apa maksud Daddy?" Juna sampai mengernyit saat tiba-tiba ayahnya membicarakan tentang cucu.
"Cepat nikahi Freya dan bawa cucuku ke rumah!" perintah Raymon tegas.
"Tidak usah planga-plongo begitu, aku tau kamu yang menghamili Freya, aku juga tahu kalian pernah pacaran secara diam-diam selama tiga bulan."
Juna menelan ludah kasar. Apalagi saat Raymon melemparkan beberapa lembar foto tepat di depan Juna.
"Aku yakin jika dia anakmu. Kamu mirip dengannya saat kecil. Cepat nikahi Freya dan bawa cucuku pulang, atau ibumu akan marah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Praised93
terima kasih
2024-01-08
0