Freya berdiri dengan cemas di teras rumahnya menunggu kedatangan Roy. Pagi tadi Juna memberitahunya lewat Wa jika nanti Roy yang akan menjemputnya ke hotel Merahputih tempat acara pernikahannya akan digelar. Sesekali Freya melirik Rain yang malah sibuk bermain mobil tank mainannya.
Detik demi detik berlalu begitu cepat hingga tak terasa sampai pada hari pernikahan Freya. Freya sungguh tak menyangka jika pada akhirnya ia akan sampai pada tahap ini, yaitu menikah dan menjadi istri dari seorang Herjuna Davinson. Jantung Freya tak berhenti berdebar sejak bangun tidur tadi pagi. Bahkan dia hanya tidur tiga jam saja semalam karena matanya sulit terpejam. Membayangkan sebentar lagi ia akan melepas masa lajangnya, Freya benar-benar gelisah dan gugup. Meskipun sebenarnya ini bukanlah pernikahan tang benar-benar ia dambakan.
"Rain," Freya tersenyum merasakan tangan kecil yang menggenggam tangannya. Ia bahkan tak sadar jika sudah sejak tadi Rain memperhatikan kegelisahannya.
"Mammy gugup ya?" tanya Rain sambil memandang wajah ibunya.
"Tidak Rain, kenapa bisa kamu bilang kalau Mammy gugup?" tanya Freya balik. Ia gengsi jika harus mengakui kegugupannya pada Rain.
"Tuh, kaki Mammy nggak berhenti bergoyang dan bergetar sejak tadi," Rain menunjuk kaki Freya yang sampai sekarang masih gerak-gerak tak jelas.
"Hahaha.." Freya pun tertawa saat melihat kakinya sendiri. Kakinya memang selalu bergerak sendiri jika ia merasa gugup. "Sebenarnya Mammy hanya capek karena paman Roy nggak datang-datang. Kaki Mammy sampai kesemutan rasanya," elak Freya.
"Kenapa Mammy nggak nunggu sambil duduk aja? Yuk." Rain menggandeng tangan Freya dan menariknya ke kursi. Tapi baru saja mau duduk mobil Juna yang dikendarai Roy sudah keburu datang. Mereka pun langsung berangkat ke hotel Merahputih.
Sampai di hotel Freya dan Rain digiring ke kamar yang sudah dipesan oleh Juna sebelumnya. Karena proses make up yang akan memakan waktu lama, sebelum MUA datang, Freya dan Rain makan terlebih dahulu. Beberapa saat para MUA sudah datang dan mulai merias wajah Freya. Freya sampai terkantuk-kantuk karena kelamaan duduk. Untungnya Rain selalu ada di dekat Freya untuk mengajaknya bicara.
Setelah melewati waktu yang cukup lama hingga berjam-jam, Freya pun akhirnya selesai di rias dan sekarang tampil begitu sempurna dengan gaun pernikahan warna putih yang ia kenakan. Para MUA tak henti-henti memuji kecantikan yang Freya pancarkan.
"Anda sangat cantik, Nona Freya. Seperti seorang dewi yang turun dari langit." puji Sherly ketua MUA yang merias Freya. Ini sudah kesekian kalinya Sherly mengucapkan pujiannya dan lagi-lagi Freya hanya tersenyum tipis.
Semakin mendekati waktu acara pernikahannya, Freya semakin merasa gugup. Hatinya terus berdebar dan semakin lama semakin kencang. Meski sudah puluhan kali melakoni peran pengantin, tapi rasanya sangat berbeda karena ini adalah pernikahan sungguhan bukan sekedar akting.
"Selamat siang Nyonya Raymon." para MUA mengangguk hormat tatkala pintu kamar Freya terbuka dan muncul sosok Priscila di sana.
"Bagaimana , apa pengantin wanita sudah selesai dirias?" tanya Priscila dengan serius. Sekarang sudah pukul satu siang kurang sepuluh menit, artinya sepuluh menit lagi acara pemberkatan akan dimulai. Seluruh tamu undaangan yang terdiri dari kerabat dekat dan rekan bisnis Raymon juga Juna sudah memenuhi ballroom hotel tempat pesta pernikahan digelar.
"Sudah Nyonya," Sherly sebagai ketua tim MUA menjawab mewakili teman-temannya.
Tatapan Priscila langsung berpindah ke arah Freya dan ia berjalan cepat ke arah calon menantunya untuk melihat secara dekat. Senyumannya mengembang kala melihat Freya yang sudah sangat cantik dengan riasan Flawless-nya. Gaun pengantin yang Priscila pilihkan pun sangat pas di tubuh Freya. Benar-benar penampilan yang sempurna.
"Anak Mommy sangat-sangat cantik," Priscila menyentuh kedua tangan Freya , begitu terpukau dengan calon istri anaknya.
Freya pun tersenyum diperlakukan begitu oleh Priscila, "terima kasih, Mom, gaun pilihan Mommy yang sangat cantik." Dalam situasi begini Freya mau tak mau teringat pada ibu kandungnya. Harusnya dalam momen penting sekali seumur hidup ini ibu dan ayahnya ada di sisinya, namun Freya harus menerima kenyataan bahwa ia sendirian sekarang. Dan itu benar-benar mengusik relung hati terdalamnya.
"Ada apa? Kamu sangat gugup?" tanya Priscila menyadari mata Freya mulai mengembun. Sebenarnya dia memahami apa yang Freya rasakan, karena Priscila yang yatim piatu saat menikah juga berada di posisi yang sama dengan Freya.
Freya hanya mengangguk, Priscila pun segera duduk di dekat Freya dan menggenggam tangannya. "Mau Mommy beritahu satu rahasia besar tentang Juna?"
Pertanyaan dari Priscila berhasil mengalihkan pikiran Freya. Ia pun menatap Priscila dengan penasaran. Memangnya Juna punya rahasia apa? Freya memang belum mengerti apa-apa tentang Juna. Dulu saat ia pacaran selama tiga bulan dengan Juna, ia tak begitu ingin mengenal Juna lebih jauh. Bahkan cintanya belum begitu besar pada Juna, ibarat sebutir debu yang akan mudah tersapu bersih oleh tiupan angin ringan.
Priscila menggeser duduknya semakin dekat dengan Freya lalu membisikkan sesuatu di telinga Freya. Freya menganga tak percaya dengan apa yang baru saja Priscila bisikkan. Dan setelahnya Freya merasakan debaran aneh di dalam dadanya.
"Rileks saja sayang, santai. Kamu sudah biasa menghadapi beribu penonton kan saat manggung dan acara penghargaan. Jadi anggap saja nanti kamu sedang berhadapan dengan fansmu. Okey?"
Freya pun tersenyum dan mengangguk saat Priscila menepuk bahunya lembut, menyalurkan kekuatan untuk melawan rasa gugup.
"Baiklah, kurasa sudah waktunya kita ke ballroom karena acara sudah akan dimulai. Rain sudah membawa cincinnya?" tanya Priscila memastikan.
"Sudah Nenek." Rain menunjukkan kotak cincin berlapis beludru biru yang harus ia bawa.
"Bagus sekali." puji Priscila membuat Rain tersenyum senang.
Merekapun berjalan beriringan menuju ballroom tempat pernikahan akan dilangsungkan. Rain menggandeng tangan Freya dengan erat, sementara dua peri kecil yang cantik berjalan dibelakang Freya untuk memegangi ujung gaun milik Freya. Seharusnya Jodi ayah Freya yang menjadi pendamping menuju altar, tapi Freya tak ingin didampingi ayahnya karena Freya masih memendam amarah pada sang ayah. Jadilah Rain yang mendampingi Freya sekaligus membawa kotak cincin.
Semua hadirin berdiri setelah MC menyampaikan jika pengantin wanita akan memasuki venue, tatapan mereka tertuju pada pintu ballroom untuk melihat pengantin wanita.
Freya berhenti tepat setelah kakinya menapak pertama kali di karpet merah yang terhampar dari pintu masuk ballroom hingga ke atas altar tempat Juna sudah berdiri menunggunya. Freya menatap lurus ke arah Juna, tapi pikiran Freya bukan terfokus pada laki-laki itu. Dadanya terasa sangat sesak menyadari ia akan benar-benar berjalan ke altar tanpa ada ayahnya yang mendampingi. Memori tentang ibunya yang tiba-tiba menghilang setelah Jodi membawa pulang Anastasya tiba-tiba berputar di benak Freya. Hati Freya tiba-tiba pilu karena tak ada ibunya di momen penting dalam hidupnya ini.
Ibu, aku akan menikah sekarang, bagaimana menurut ibu? Akankah aku dan Rain bisa hidup bahagia dan tak kesepian lagi setelah ini?
"Mammmy…"
Freya tersentak dari lamunannya saat Rain memanggil sembari menggoyang-goyangkan tangannya. Jiwa Freya serasa kembali setelah berkelana jauh merenungi ibunya.
"Mammy harus selalu bahagia. Mammy nggak boleh sedih terus karena ini hari bahagia. Ayo papi sudah menunggu Mammy di sana. Pasti kaki Papi sudah kram sekarang," Rain menunjuk ke arah Juna yang menunggu di atas altar. Sebuket bunga pernikahan yang harusnya di bawa Freya justru malah ada di tangan Juna.
"Maafkan Mammy Rain," Freya mencoba tersenyum meski matanya masih berkaca-kaca. Dia pun lanjut berjalan perlahan-lahan menuju altar pernikahan. Semua orang kini memandang ke arah Freya. Meski terpukau dengan penampilan cantik Freya, namun mereka juga ikut terenyuh melihat Freya yang hampir menumpahkan air mata. Termasuk juga Jodi. Melihat Freya memakai gaun pernikahan justru mengingatkan Jodi pada ibu Freya, Emira Redcliver yang sudah berpulang ke hadapan Tuhan.
Meski sekuat hati menahan air mata, nyatanya beberapa tetes airmata lolos begitu saja menitik di pipi Freya, apalagi setelah ia semakin dekat dengan altar. Di atas altar, Juna yang sudah tampil ganteng maksimal dengan balutan setelan jas putih pun tak bisa menahan air mata melihat Freya menangis. Dia berjalan turun dari altar, membentangkan tangannya menunggu Freya sampai. Di tangan kanannya memegang buket bunga warna pink dan putih yang tersusun sangat indah dan cantik.
Juna langsung memeluk tubuh Freya begitu pengantin wanita itu sampai di tempatnya, sehingga semua orang yang melihatnya pun langsung bertepuk tangan riuh.
"Freya sayang, apa kamu begitu terharu karena akan menikah dengan pria setampan aku?" bisik Juna.
Freya langsung memberontak dari pelukan Juna. Juna pun terkekeh melihat ekspresi sebal Freya. Juna memberikan buket bunga pada Freya, lalu menuntun wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya itu ke atas altar pernikahan untuk segera melakukan prosesi pemberkatan pernikahan. Freya teringat rahasia yang tadi dibisikkan oleh Priscila, ia tak dapat menahan senyumnya.
Tuhan, kuharap keputusanku kali ini adalah yang terbaik untuk semua orang. Untukku, untuk Rain, untuk Juna dan juga ayah dan ibunya. Begitulah doa yang Freya panjatkan di sepanjang langkah kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments