Semua mata kini tertuju pada kedua mempelai yang berdiri berdampingan di depan pendeta untuk mengikrarkan janji suci. Kedua mempelai yang tampak sangat serasi, karena selain memakai pakaian yang berwarna senada, juga karena wajah yang sangat tampan dan cantik itu begitu cocok satu sama lain. Semua orang pun berlomba-lomba mengabadikan potret Freya dan Juna dengan kamera ponsel masing-masing. Siapa yang tak bangga karena dapat menghadiri pernikahan pewaris utama perusahaan terbesar seperti Angkasa Mandiri Group. Karena meskipun tak ditayangkan secara live, tapi pernikahan Juna dan Freya berhasil menggemparkan seluruh jagad pertelevisian.
Acara pengucapan janji suci telah terlewati dengan baik. Sekarang waktunya penyematan cincin bagi mempelai. Juna dengan sedikit gemetar memasangkan cincin di jari manis Freya. Senyuman dan tetesan airmata haru mengiringi suasana romantis itu. Freya pun sama. Meski di dalam hatinya belum tumbuh rasa cinta yang kuat untuk Juna, tetapi pernikahan ini sangat membuat ia terharu. Terharu karena ada seseorang yang ingin menjadikannya keluarga, sedangkan keluarganya sendiri malah membuangnya.
Semua orang pun ikut meneteskan airmata saat melihat Juna dengan lembut mengecup kening Freya lama lalu memeluk wanita cantik itu.
"Terima kasih sayang, sudah mau menerimaku menjadi pasanganmu. Aku berjanji seluruh hidupku hanya untukmu dan anak-anak kita setelah ini. Biarkan aku membahagiakan dirimu dan Rain mulai sekarang." Juna berbisik di telinga Freya saat mereka berpelukan.
Freya tak dapat membalas ucapan Juna selain mengangguk di sela isak tangisnya.
Setelah Pendeta memberikan kata-kata wejangan untuk kedua mempelai, MC mempersilahkan Jodi Redcliver selaku ayah Freya untuk memberikan beberapa patah kata. Jodi tak menyangka akan diberi waktu untuk berbicara. Ia dengan sedikit gemetar maju ke depan untuk bicara.
"Terima kasih atas waktu yang dberikan kepada saya. Tak banyak yang akan saya sampaikan. Untuk anak saya Freya Feybrina Redcliver, saya ucapkan selamat untuk pernikahan ini. Saya akan selalu mendoakan kebahagiaan untukmu. Dan untuk menantu saya Herjuna Davinson, saya pasrahkan Freya padamu. Mulai sekarang dan selamanya, Freya akan menjadi tanggungjawabmu. Saya harap kamu membahagiakan Freya selalu."
Begitulah kata-kata yang disampaikan Jodi Redcliver. Freya malah tersenyum getir mencerna kata-kata ayahnya yang entah tulus atau tidaknya. Untuk apa dia peduli pada kebahagiaanku jika selama ini saja tak pernah peduli? Kemudian giliran Raymon Davinson, ayah Juna yang diberi kesempatan untuk menyampaikan tanggapan. Raymon berjalan dengan penuh percaya diri ke depan dan semua orang bertepuk tangan pada raja bisnis fi negeri ini.
"Halo semua, terimakasih saya ucapkan kepada Tuan Jodi Redcliver telah memberikan doa terbaik untuk anak-anak. Sebagai perwakilan Juna, saya ingin menyampaikan terima kasih. Freya sekarang akan menjadi tanggung jawab Juna apapun yang terjadi. Anda tidak perlu risau lagi melepas Freya pada Juna, karena saya sendiri yang akan mendorong Juna untuk terus membahagiakan Freya. Untuk kedua mempelai, anak-anakku, berbahagialah selalu dalam rumah tangga kalian." Semua orang kembali bertepuk tangan saat Raymon kembali ke kursinya. Akhirnya acara demi acara dapat terlewati dengan baik tanpa kurang satupun.
***
"Ada apa? Apa kamu capek?" tanya Juna khawatir saat tak sengaja melihat Freya meringis.
"Kakiku kesemutan," bisik Freya malu-malu. Berdiri diam beberapa jam untuk menyalami para tamu dan juga berfoto bersama membuat kaki Freya pegal pegal dan kesemutan. Apalagi sekarang Freya menggunakan high heels setinggi 7cm. Rasanya Frya ingin cepat-cepat melepas high heelsnya dan rebahan di kasur karena meski sekarang sudah duduk di kursi pengantin, kaki Freyq masih kesemutan. Juga punggungnya sangatlah pegal.
"Ayo kembali ke kamar saja. Kami perlu istirahat karena nanti masih ada resepsi sekali lagi jam lima sore." ajak Juna.
"Apa tak apa-apa kita pergi dari sini? Bukankah acara belum selesai?" Freya melihat masih banyak tamu undangan yang tinggal untuk mengobrol dan mencicipi hidangan mewah yang disajikan.
"Nggak papa, acara intinya kan sudah selesai. Nanti aku bilang sama daddy kalau kita istirahat."
"Baiklah, ayo." Freya berdiri perlahan-lahan dari duduknya. "Eh, apa yang kamu lakukan?" tanya Freya panik saat menyadari Juna bersiap menggendong tubuhnya.
"Gendong kamu lah sayang, bukankah kaki kamu sakit?"
Freyq berdecak. Kakiku hanya kesemutan saja, masih bisa jalan. Bantu aku jalan saja." Freya memberikan tangannya pada Juna, pria itupun dengan sigap menggandeng Freya dan dengan lembut menuntunnya menuju kamar yang digunakan untuk istirahat dan merias.
"Terimakasih, Juna." ucap Freya setelah berhasil sampai di ranjang kamar.
"Kenapa berterima kasih? Kamu sudah sah jadi istriku sekarang sayang, ini hanya hal kecil jadi jangan berterima kasih."
Freya memalingkan wajahnya yang tersipu. Sekarang ia benar-benar telah menjadi istri sah dari Herjuna Davinson, laki-laki yang ingin Freya hindari sejak lima tahun yang lalu. Takdir memang begitu mempermainkan, bukan?
"Freya, lihat sini dong." goda Juna karena tahu istrinya sedang menyembunyikan wajah tersipu.
"Apaan sih, udah sana pergi dulu. Aku mau tidur dulu." usir Freya.
"Aku juga mau tidur di sini." ujar Juna enteng membuat jantung Freya berdebar disko.
"Jangan tidur di sini dong." protes Freya saat melihat Juna merebahkan tubuhnya di tengah kasur.
"Ayo sini tidur bareng," goda Juna lagi.
"Ogah. aku mau sendiri," tolak Freya. Dalam hati Freya merutuki Rain yang malah bersenang-senang dengan kakek neneknya di ballroom.
Kruk kruk kruk
Kamar menjadi hening saat suara perut terdengar begitu jelas. Freya menunduk malu meratapi perutnya yang tak tahu malu.
"Kamu lapar, apa belum makan siang?" tanya Juna.
Freya menggeleng. Setelah selesai dirias Freya memang belum makan apapun dan sekarang perutnya terasa kosong.
"Kenapa tak makan siang? Tunggu di sini, aku ambilkan makanan."
Juna melenggang keluar kamar hotel membuat Freya dapat bernafas dengan lega. Berada satu kamar dengan Juna sungguh membuat panas dingin. Padahal ia sendiri yang mengajukan syarat untuk tak bersentuhan fisik tapi malah hatinya berdebar aneh sekarang. Entah kenapa sentuhan lembut bibir Juna di dahinya malah terngiang di pikirannya.
Freya tak dapat membayangkan bagaimana ia akan menghadapi Juna nanti malam. Masa iya mereka akan pisah kamar? Apa tanggapan orang tua Juna nanti jika mereka pisah kamar? Freya panik memikirkan hal itu.
Beberapa saat kemudian Juna datang mendorong trolly yang diatasnya penuh dengan berbagai macam makanan, dari makanan utama hingga desert juga minuman yang terlihat segar menggiurkan.
"Banyak sekali?" Freya melotot menatap banyaknya makanan yang Juna bawa.
"Tadi katanya lapar?" tanya Juna.
Freya berdecak kesal, " lapar sih lapar, tapi nggak segini banyak juga kali. Mana bisa habis," gerutu Freya.
"Kalau gitu kita makan sama-sama. Biar makanannya bisa habis," jawab Juna santai.
"Iya, kami harus habiskan ya nanti," Freya beranjak ke sofa untuk makan. Juna menata makanan-makanan itu di atas meja sambil tersenyum senang. Ia sengaja mengambil banyak makanan tadi supaya bisa makan bareng dengan Freya. Dan keinginannya tersujud sekarang.
"Kamu lapar atau rakus sih?" tanya Juna tak percaya melihat Freya makan dengan sangat cepat. Freya sudah kelaparan dan tak peduli pada keberadaan Juna. Dia teris memakan apa saja yang ada di depannya. Meski tak ada anggun-anggunnya, Juna merasa Freya sangatlah lucu saat makan.
***
Setelah isrirahat selama satu jam, setelah mandi Freya kembali di rias dan berganti dengan gaun indah warna biru yang sangat cantik dan lagi-lagi sangat cocok di badan Freya yang juga seorang model. Tepat pukul lima sore resepsi pun dimulai . Tamu kali ini lebih banyak karena selain dari teman bisnis, teman sekolah dan juga dari kalangan pejabat hadir di sore hari. Tak terkecuali teman seprofesi Freya yang belum dapat hadir siang tadi, mereka datang sore ini.
Freya berdiri berdampingan dengan Juna yang juga memakai setelan jas warna biru muda. Dimeriahkan oleh penyanyi papan atas negeri ini, suasana resepsi meniadi begitu menarik. sangat berbeda dengan suasana siang tadi.
"Opa, aku ingin duduk dekat Mammy dan Papi." rengek Rain pada kakeknya, Raymon. Seharian tadi Rain sudah bersama dengan kakek neneknya, Rain ingin di dekat Mammynya sekarang.
"Boleh. Rain duduk sama Mammy Papi sana," Raymon membiarkan Rain bersama orangtuanya. Rain segera duduk di tengah-tengah Freya dan Juna dan menikmati pesta resepsi.
Akhirnya sekarang acara benar-benar selesai. Freya merasa sangat lega begitupun dengan Juna. Tapi kelegaan Freya segera hilang diganti rasa panik karena ia dan Juna akan berada satu kamar malam ini.
Wajah Freya memerah saat memasuki kamar President suite tempat ia dan Juna akan bermalam. Kamar itu telah disulap menjadi kamar pengantin dengan hiasan bunga-bunga indah di setiap sudut kamar. Begitu juga dengan ranjang berukuran sangat besar yang sudah bertaburan bunga mawar merah yang membentuk hati.
Freya begitu gugup tetapi Juna malah tersenyum senang karena akan tidur berdua denagn Freya malam ini. Hal yang sudah Juna impikan sejak lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments