Cinta Dalam Sketsa

Cinta Dalam Sketsa

Arsitek Muda

Nazril menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya, sambil menghela nafas berat. Dia sangat kesal karena pada rapat dengan klien hari ini ia gagal mengambil proyek.

"Sabar Ril, kita kan cuma sekali ini kalah dengan timnya Bimo," ucap Indra rekan kerja yang juga teman Nazril dari SMA.

"Iya sih Ndra, anggap saja kita rehat sejenak," ucap Nazril, walaupun dalam hatinya penuh dengan kekesalan.

"Hai Ril, Ndra," sapa Bintang yang juga teman mereka, dia adalah seorang model ternama di kota itu.

"Hai Bin," sahut Indra, sedangkan Nazril masih sibuk dengan laptopnya.

"Biasalah, lagi bad mood dia, makan siang yuk Bin, laper nih," ajak Indra.

"Yuk, ayolah Ril, kita makan siang sama-sama, aku kangen sama kamu," ucap Bintang yang dengan manja memeluk pundak Nazril

"Kenapa sih dia, mukanya kaya ditekuk gitu?" tanya Bintang pada Indra.

Nazril yang merasa risih memandang Indra memberi kode agar Indra segera membawa pergi Bintang menjauh darinya.

"Ayo Bin, jadi makan siang ga sih, yuk, biarin tuh si Aril sendirian dulu, fokus sama proyeknya," Indra menyeret teman perempuannya itu keluar dari kantor Nazril.

Sepeninggal mereka, Nazril mengambil ponselnya, mencari kontak seseorang dan menghubunginya.

"Halo, Pah," Nazril menyapa papanya.

"Halo, iya Ril, ada apa?" tanya papa Mirza di seberang sana.

"Papa jadi mau bangun gedung rawat inap paviliun baru?" tanya Nazril.

"Iya, nunggu kamu, katanya kamu masih sibuk," sahut papa Mirza yang merupakan pemilik sekaligus direktur rumah sakit Medika Utama.

"Aku kalah dari Bimo Pah, Bimo yang dapat proyek desain jembatan kota itu," ucap Nazril dengan lesu.

"Okelah, jangan kecewa, rumah sakit ini juga rumah sakit milik mu, kamu desain saja sesuai selera kamu, papa percaya sama kamu," tutur papa Mirza.

"Baik pa, terima kasih," ucap Nazril.

"Eh, Ril, tadi mamamu bilang mau mampir ke kantor kamu, sudah nyampe sana?" tanya papa Mirza.

"Mama? Oh itu, baru masuk kantor, kalau begitu aku tutup dulu pa," ucap Nazril mengakhiri panggilan teleponnya.

"Assalamualaikum Aril anak Mama," sapa mama Elsa, yang duduk di sofa ruang kerja Nazril.

"Waalaikumussalam," sahut Nazril yang menyusul sang mama duduk di sofa, dia cukup terkejut melihat mamanya, sepulang dari umroh mama Elsa mulai belajar memakai jilbab.

"Mama, pakai jilbab?" tanya Nazril.

"Iya, menutup aurat wajib bagi seorang muslimah, walaupun mama belum pandai agama, tapi namanya kewajiban ya harus dilaksanakan," jawab mama Elsa.

Keluarga papa Mirza yang merupakan seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dari dulu memang tidak terlalu menekankan agama pada keluarganya, yang penting anak-anaknya sehat dan berprestasi, bagi mereka sudah cukup.

Namun semenjak umroh kemarin, mereka merasakan hidup mereka jauh lebih tenang dengan berusaha terus untuk belajar agama.

"Kaget ya lihat mama tambah cantik kalau pakai jilbab?" tanya mama Elsa.

"Ga juga sih, mamaku dari dulu memang cantik, eh jangan bilang kalau Mba Ziva juga pakai jilbab sekarang?"

"Eh, kamu bener lho, belum ketemu kamu sama Zivanna?" tanya mama Elsa. Zivanna adalah kakak satu-satunya Nazril yang berprofesi sebagai dokter kandungan di rumah sakit keluarga mereka.

"Belum ma, aku kemarin-kemarin masih sibuk dengan persiapan proyek desain jembatan, tapi ternyata kalah sama tim nya Bimo, desain tim Bimo yang dipilih Pemkot," jawab Nazril lesu.

"Bimo saingan kamu dari kuliah itu?" tanya Mama Elsa. Nazril hanya mengangguk.

"Sabar, anak mama, karya kamu di kota ini maupun di luar kota sudah banyak, anggap saja kamu sedang istirahat sejenak," ucap sang mama mencoba menenangkan putranya.

"Iya Ma, tapi aku sudah bilang papa, mau buatkan desain buat gedung paviliun rumah sakit yang baru," ujar Nazril.

"Iya, sayang, nanti kamu pulang cepat ya, kita makan malam bareng, mama akan masakin makanan kesukaan kamu," tutur mama Elsa.

"Iya Ma, eh Mama ke sini sebenarnya mau ngapain? Tumben banget," tanya Nazril, memang mamanya itu sangat jarang mengunjungi kantor Nazril kecuali ada keperluan penting.

"Oh itu, mama mau minta tolong, mama kan sekarang kursus membaca Al Qur'an, kamu mau ikut juga?" tanya mama Elsa, sebenarnya dia ingin putranya ini berubah, menjadi orang yang taat beragama, namun mama Elsa juga tidak mau terlalu menekannya.

"Aku sibuk ma, beneran mama cuma tanya itu?" Nazril merasa mamanya hanya basa-basi.

"Iya sih ada lagi, itu guru les mengaji mama itu anaknya teman lama mama, pemilik toko buku di dekat rumah sakit kita, dia itu baru lulus kuliah, jurusannya desain interior, mama pengen nitip dia buat kerja di sini, dia sudah kirim lamaran kemana-mana, tapi semua orang memandang sebelah mata dengan penampilannya, padahal dia sangat rajin lho," tutur mama Elsa.

"Memang bagaimana penampilan dia?" tanya Nazril.

"Dia memakai jilbab lebar dan gamis," sahut mama Elsa.

Nazril melihat luar ruangan kantornya, dari tiga rekan perempuan, hanya satu yang memakai jilbab, tapi tidak ada yang memakai gamis, mereka memakai celana ada yang rok pendek, walaupun semua orang muslim di sana.

"Ribet juga lihat dia kerja pakai pakaian begitu, lagian desain interior kami sudah ada tiga," ucap Nazril yang intinya menolak permintaan mama Elsa.

"Ah kamu Ril, mama mohon sama kamu, mama jamin kerja dia bagus, dia rajin, dan berprestasi, dia lulusan terbaik di jurusannya, lulusan universitas negeri juga," mama terlihat memelas meminta tolong pada Nazril, entah apa tujuan mama Elsa sampai memohon-mohon pada Nazril seperti itu.

"Untuk desain interior sudah penuh ma, ada juga bagian umum, pegawai yang lama aja cuma sebulan bertahan, apa sanggup dia, bikin kopi, beres-beres, pokoknya dia bantuin semua orang tugasnya, apa dia sanggup?" tanya Nazril, sengaja agar mamanya mengurungkan niat untuk membawa gadis itu ke kantor ini.

"Mama yakin pasti bisa, dia ulet dan terampil kok, sabar banget ngajarin mama baca Al Quran," mama Elsa tetap keukeuh pada keinginannya.

"Ya udahlah terserah Mama," ucap Nazril.

"Besok, suruh datang ke sini jam delapan pagi," Nazril juga akhirnya menyerah dengan sang Mama. Dia tidak ingin ribut dengan mamanya, karena hari ini mood dia sudah berantakan.

"Okelah, mama pulang dulu, jangan lupa nanti makan malam di rumah ya Ril," pesan mama Elsa sebelum pergi.

"Iya Ma," sahut Nazril.

Setelah mama Elsa pergi, Nazril kembali fokus dengan pekerjaannya, ide-idenya ia tuangkan dalam rencana desainnya. Tangannya bergerak melukis imajinasi dan pemikirannya. Sejak kecil Nazril suka menggambar gedung-gedung dan jembatan, gambarnya bagus juga tulisannya rapih, sehingga dia memilih menjadi arsitek ketimbang dokter seperti papa dan kakaknya.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Mampir Kak

2024-08-29

1

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

hadirooh☝️

2023-11-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!