Makan Malam Keluarga

"Hai Tante, Aril ada?" tanya Bintang.

"Ada di atas, kamu naik aja," sahut mama Elsa.

"Baik Tante," sahut Bintang yang kemudian menuju kamar Nazril di atas, Bintang tersenyum lebar karena diizinkan langsung ke kamar Nazril.

"Siapa itu Mba?" tanya bunda Mirna yang belum pernah melihat Bintang.

"Temannya Aril dari waktu sekolah, mereka tuh berteman bertiga dari remaja, Aril, Indra, sama Bintang itu, Indra satu kantor dengan Aril, kalau Bintang itu model dan peragawati, dulu sering jalan bertiga, tapi sekarang udah jarang kumpul bareng, cuma kadang-kadang mereka main ke sini," sahut mama Elsa.

"Sering juga ke kamar Aril?" tanya bunda Mirna yang merasa tidak enak ada perempuan lain yang masuk kamar calon menantunya itu.

"Gak lah, itu tadi saya suruh ke atas karena ada Ara juga, eh iya bibik lagi libur, saya mau masak dulu buat makan malam, bantuin yuk jeng, nanti kita makan malam di sini aja sekalian," ajak mama Elsa yang terlalu senang dan bersemangat atas semua kejadian tadi.

"Boleh deh, yuk, masak apa Mba?" dan mereka berbincang sambil berjalan ke dapur.

Sementara di kamar Nazril.. Zahra duduk di sofa dan Nazril masih ke walk in closet nya.

"Ril..." ucap Bintang ketika masuk ke dalam kamar Nazril, dia terkejut ada Zahra di dalam juga.

"Kamu ngapain di sini? Aril mana?" tanya Bintang.

"Di dalam situ," sahut Zahra seraya menunjuk ke arah walk in closet. Dan Bintang masuk ke dalamnya.

"Ril.." panggil Bintang, Nazril pun menyahut.

"Hai Bin," sapa Nazril, Zahra hanya menunduk mendengar mereka saling menyapa.

Nazril terlihat menaruh sebuah kotak panjang di atas meja riasnya.

"Ra, sini Ra," panggil Nazril. Zahra pun ikut masuk ke dalam walk in closet itu.

"Eh ini kamu renov Ril?" tanya Bintang, yang heran melihat perbedaan kamar dan walk in closet Nazril.

"Iya, biar ga terlalu maskulin, soalnya aku mau bawa gadis cantik buat tinggal di kamar ini," sahut Nazril yang tersenyum lebar bahagia.

Bintang pun tersipu mendengarnya.

"Ra, duduk sini," Nazril meminta Zahra duduk di depan meja rias.

"Bukalah kotaknya," pinta Nazril setelah Zahra duduk.

Zahra membuka kotak itu dan ternyata isinya gelang emas berinisial huruf N.

"Aku bantu pakaikan Ra," ucap Nazril yang mengambil gelang dari dalam kotak itu dan memakaikannya pada tangan Zahra, Nazril berhati-hati agar tangannya tak menyentuh kulit Zahra sama sekali, dan berhasil, gelang cantik itu nampak cocok dipakai Zahra. Zahra tersenyum senang melihat tangannya melingkar gelang berinisial N.

"Kamu kok ngasih dia gelang sih Ril," ucap Bintang yang masih belum paham.

"Iya Bin, kamu jadi orang pertama yang tahu, Indra pun belum tahu, tadi aku melamar Ara, dan hari Sabtu nanti in syaa Allah kami menikah, kamu datang ya Bin," ucap Nazril.

"A...apa..menikah??" Bintang masih belum percaya.

"Iya Bin, maafkan aku dan aku mohon doakan kebahagiaan kami, dan aku berdoa juga semoga kamu dapat jodoh yang bisa mencintai dan membahagiakan kamu selamanya," ucap Nazril tulus, karena ia tahu bahwa Bintang selama ini mengejarnya.

Mata Bintang memerah mendengar ucapan Nazril.

"Kalian gila ya..." ucap Bintang, kemudian berlari pergi meninggalkan rumah itu.

Zahra melihat kesedihan Bintang, ia merasa tidak enak.

"Kak, kok aku jadi ga enak ya, kenapa kakak ga menyukai kak Bintang?" tanya Zahra.

"Cinta itu ga bisa dipaksakan Ra," sahut Nazril.

"Kita turun yuk, ga enak lama-lama di sini berdua, kita belum sah," ucap Nazril.

"Baik kak," bertepatan dengan itu adzan Maghrib berkumandang.

"Udah Maghrib Ra, kamu turun dulu temui mama sama Bunda, aku mau bersiap ke masjid dulu, ucap Nazril. Zahra setuju dan turun menemui mama Elsa dan bunda Mirna.

"Tante sama bunda masak apa?" tanya Zahra ketika sampai di dapur, dengan senyuman yang berseri-seri.

"Panggil mama dong sayang," ucap mama Elsa.

"Iya ....Ma," ucap Zahra masih kaku.

"Ini bunda kamu yang masak, hari ini kita makan malamnya makanan khas Bali semua, sesuai tempat asal bunda kamu," sahut mama Elsa.

"Iya Ra, mama Elsa minta kita makan malam di sini, barusan mama kirim pesan ke ayah biar ke sini setelah Maghrib," ucap bunda Mirna.

"Itu gelang dari mana Ra?" tanya bunda Mirna melihat yang tak biasa ada di tangan putrinya.

"Dikasih gelang sama kak Aril," sahut Zahra.

Mama Elsa segera mendekat memegang lembut tangan calon menantunya itu.

"Aril, romantis juga, kapan juga dia belinya, berarti dia tuh sudah lama suka sama kamu Ra," ucap mama Elsa.

"Iya mungkin Ma, sekarang kita sholat Maghrib dulu yuk Ma, Bun," ajak Zahra, dan mereka bertiga sholat berjamaah di musholla rumah.

Selesai sholat, mama Elsa izin turun duluan karena menyambut Zivanna bersama Ryan dan Zilfita.

"Kamar Aril yang kamu desain mana Ra?" tanya bunda Mirna yang masih di musholla bersama Zahra.

"Itu Bun, Bunda pengen lihat, anterin yuk," pinta Bunda Mirna.

Zahra ragu karena belum izin pada Nazril, tapi ia juga ingin menunjukkan hasil karyanya pada sang bunda.

"Baik Bun," sahut Zahra kemudian membawa bunda Mirna masuk ke kamar Nazril. Bunda Mirna dibuat haru melihat kamar yang rapi dengan interior yang cantik hasil desain putrinya.

"Bunda bangga padamu sayang," ucap bunda Mirna yang membelai pundak sang putri.

"Semoga kamu bisa terus berkarya walaupun kamu sudah menikah, tapi lebih penting kamu taat sama suami kamu nak, jadi jika dia tidak mengizinkan, ya jangan dilawan," pesan bunda Mirna, Zahra mengangguk mengerti.

"Kita turun yuk Bun, sepertinya ayah dan Zaid sudah datang," ucap Zahra.

Dan benar, hampir semuanya sudah berkumpul di ruang tengah, bunda Mirna segera menyusul mama Elsa menata meja makan, dan Zahra menghampiri Nazril yang pulang dari masjid.

"Kak, maaf tadi aku sama bunda masuk kamar kak Aril, habisnya bunda pengen lihat langsung hasil dari desain aku," bisik Zahra.

"Ga pa pa Ra, bentar lagi itu juga jadi kamar kamu kan," bisik Nazril, dan pipi Zahra memerah mendengarnya.

Zahra segera menyusul mama Elsa dan bunda Mirna yang menyiapkan makan malam.

Akhirnya kedua keluarga makan malam bersama, hidangan malam itu ada ayam betutu, sate lilit, sambel matah, juga jukut urap khas Bali.

Mereka makan malam dan mengobrol hangat, semuanya terlihat bahagia dengan rencana dadakan pernikahan Zahra dan Nazril. Terutama Nazril, biasanya hanya makan bertiga di meja ini, kini bisa makan bersama gadis pujaan hatinya juga dengan kedua keluarga, ma syaa Allah... Ma syaa Allah...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!