"Ra...Ra...Halooo...Ara..." ucap Nazril sambil mengibas-kibaskan tangannya di depan Zahra.
"Ah... Iya kak," Zahra tersadar lalu ia menunduk, malu banget rasanya kaya habis ketahuan mencuri, mencuri pemandangan indah pagi-pagi. 'Salah sendiri kenapa ga ditutup, aish lupa lagi, kalau bentar lagi kak Aril mau jadi milik orang,' batin Zahra.
Nazril menutup bagian atas tubuhnya dengan handuk, lalu duduk di kursi seberang Zahra. Ia meminum jus buah dan sayur kesukaannya.
"Ra, makan, minum, yuk," ucap Nazril yang melihat Zahra kembali bengong.
"Iya kak," sahut Zahra, kemudian ikut-ikutan Nazril meminum jus yang sama dengan Nazril.
"Wloooek..." Zahra menutup mulutnya dengan tangan, dia merasa aneh dengan rasa jusnya.
"Apa sih ini kak?" tanya Zahra.
"Ini jus Ra," sahut Nazril yang telah menghabiskan segelas penuh jus itu dan mulai melahap sandwich di hadapannya.
"Iya, tahu ini jus, tapi ini isinya apa?"
"Ehm, apel, timun, kunyit, seledri," sahut Nazril dengan santai menikmati sandwich nya.
"Apaaa??" Zahra terang saja terkejut dengan jawaban Nazril, karena yang di tahu jus itu enak dan manis, ini ga ada enak-enaknya.
"Udah Ra, habisin, itu sehat buat tubuh kamu," sahut Nazril, dan Zahra kok ya nurut aja, dia lanjutkan ritual minum jus nya. Namun tinggal sepertiga gelas dia sudah menyerah.
"Udah kak," ucap Zahra yang matanya memerah seperti sangat terpaksa meminum jus itu.
Nazril yang telah menghabiskan sandwichnya menenggak habis jus Zahra.
"Kak, itu kan bekas aku!" seru Zahra.
"Ga pa pa Ra, dari pada mubazir, habisin sandwich nya,"
"Iya kak," Zahra menikmati sandwich buatan mama Elsa itu, 'untung cuma jus nya yang aneh, sandwich nya enak,' batin Zahra.
"Eh iya kak, desain kamar kakak sudah selesai, nanti aku tunjukkan ya," ucap Zahra.
"Oh iya, kalau sudah selesai berarti bisa langsung aja renovasinya, aku akan sementara tinggal di apartemen, kamu bantuin aku berkemas ya, kamu kan asisten aku," pinta Nazril.
"Tapi ini kan hari libur kak, masa iya aku tetap jadi asisten kakak?" protes Zahra.
"Lembur deh lembur, nanti aku transfer uang lembur kamu, plis ya, soalnya habis ini aku ada urusan sebentar di luar, ya Ra ya," Nazril sedikit memohon pada Zahra.
"Oke deh," sahut Zahra, kemudian mereka menyelesaikan sarapan, dan kembali ke atas.
Nazril mandi, dan Zahra mulai mengemas baju-baju Nazril.
Drrrt....drrrt....ponsel Zahra bergetar, rupanya ada pesan masuk, ia segera memeriksanya, ternyata dari sang Bunda.
"Ra, Zaid masih lolos terus ke babak berikutnya, jadi kami masih belum bisa pulang, mungkin satu atau dua hari lagi sayang, kamu sabar di rumah Tante Elsa dulu ya,"
"Alhamdulillah kalau Zaid bisa masih terus melaju di babak berikutnya, iya Bun aku ga pa pa di sini," ketik Zahra lalu mengirim pesan tersebut.
Zahra menghembuskan nafasnya berat, dia senang Zaid bisa terus melaju ke babak selanjutnya, namun dia juga sedih karena belum bisa pulang ke rumahnya.
Bukan karena rumah Nazril tidak nyaman, sangat nyaman malahan, itu yang membuat di ia khawatir, bisa-bisa dia melakukan hal memalukan di depan keluarga atasannya itu. Seperti tadi pagi, saking nyamannya dia sampai bangun kesiangan. Dan semalam malah ia tidak mengingat sama sekali bagaimana ia bisa tidur.
'Ah bundaaaaa tolong Ara Bun....,' cicitnya dalam hati.
"Kenapa manyun gitu Ra?" tanya Nazril yang telah rapi dan wangi bersiap dengan urusannya di luar rumah.
"Eh, sejak kapan kakak di situ?" tanya Ara yang lumayan terkejut ada Nazril berdiri di depan pintu walk in closet nya.
"Eh ditanya balik nanya," ucap Aril.
"Maaf, maaf kak, habisnya kakak ga ada suaranya tau-tau muncul gitu aja, kan kaget aku kak," cicit Zahra.
"Hehe maaf kalau aku ngagetin, ga usah semuanya dipindahin ya, sebagian taruh kamar sebelah, masukin koper seperlunya aja buat aku bawa ke apartemen lusa, eh iya kamu ga pa pa kan aku tinggal ke apartemen?"
"Ya ga pa pa kak," sahut Zahra.
"Sekalian kamu bisa awasin pekerja yang lagi renov,"
Zahra hanya mengangguk, sebenarnya juga ga enak kalau ga ada Nazril di rumah ini, dia akan sendirian di lantai atas sini.
"Ya udah aku tinggal dulu, kalau ada pertanyaan, kamu telpon aja," ucap Nazril. Lagi-lagi Zahra hanya mengangguk pelan.
'Ara kenapa sih kok lesu gitu,' batin Nazril.
"Mah, aku pergi dulu," pamit Nazril kepada sang Mama yang sedang duduk di teras depan.
"Kemana Ril? Kok Ara ga diajak?" tanya mama Elsa.
"Mau ketemu klien sama Indra juga, kliennya minta ketemu hari libur," sahut Nazril.
"Tuh apalagi urusan kantor, ajak Zahra sekalian Ril,"
"Dia ada pekerjaan di atas Ma, oh iya, aku mau bilang, desain kamar dari Zahra sudah fix, jadi segera dimulai aja renovasinya, biar aku sementara tinggal di apartemen," ucap Nazril.
"Oh, gitu, terserah kamu aja Ril, yang penting nanti kamu bisa lebih nyaman tinggal di sini, bagian rumah yang lain juga boleh kok kamu renovasi, toh nanti juga jadi milik kamu sayang," ucap Mama.
"Iya Ma, nanti dipikirkan lagi, aku pergi dulu Ma, nanti aku usahain segera kembali, dah Ma, assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut mama Elsa, 'sebenarnya sedang apa Zahra di atas' batin mama Elsa.
Zahra segera memasukkan sebagian pakaian Nazril ke dalam koper dan ada satu laci yang belum ia buka, dan huaaaa laci itu berisi pakaian dalam Nazril.
'Bundaaa ini gimana? Masa iya Ara pegang baju dalam kak Aril, duh...' batinnya.
'Tugas Ra, tadi kan ada perintah bos, segera beresin,' batin Zahra dan dengan segera memindahkan isi laci itu ke dalam koper dan beberapa ke dalam kardus untuk dipindah ke kamar sebelah.
Tidak terasa sampai adzan dhuhur berkumandang, Zahra baru selesai membereskan walk in closet milik Nazril.
Zahra segera berdiri dan merenggangkan tangan layaknya orang berolahraga, karena secapek itu rasanya dari pagi berjongkok di bawah.
Ketika Zahra sedang menguap dan menggeliat...
"Udah selesai Ra?"
Zahra yang masih menganga membalikkan badannya...'haaaa kak Aril, kenapa muncul tiba-tiba, mana badan lagi gerak absurd banget,' batin Zahra yang segera merapikan posisinya dan menutup mulutnya.
Nazril tersenyum lebar melihat tingkah absurd Zahra, 'lucu banget kamu Ra, coba boleh, pasti aku makan kamu,' batin Nazril.
"Sudah kak, tapi kak Aril cek dulu aja, aku ke bawah dulu kak, haus mau minum," tanpa menunggu jawaban Nazril, Zahra segera berlalu melewati Nazril.
Nazril memeriksa isi koper besar itu, dan semua yang dia butuhkan sudah tertata rapi di dalamnya.
"Bagus juga Ra, udah cocok jadi istri," gumam Nazril.
"Apa kak?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments