Siap Dilamar

Sudah dua pekan ini Nazril tinggal di apartemen miliknya. Dia sangat mandiri, bersih-bersih dan memasak sendiri, walau terkadang kalau dia lelah memilih makan di rumah mama Elsa atau membeli makanan siap antar.

Dan selama itu pula Zahra ditugaskan oleh Nazril bertanggung jawab mengawasi renovasi kamarnya. Zahra sangat antusias, karena ini merupakan proyek pertamanya di dunia kerja. Sedangkan untuk pekerjaan umum di kantor, Nazril sudah mencari pegawai lain, kebetulan ada keponakan sopir papa Rendra yang baru lulus SMA.

Hari ini terakhir untuk finishing dan bersih-bersih kamar Nazril. Dan Zahra selesai mengelap meja terakhir.

Zahra bernafas lega, karena telah selesai dengan karya untuk klien pertamanya. Dia mengambil beberapa foto kamar Nazril dengan tampilan barunya, dan mengirim foto-foto itu kepada atasan sekaligus kliennya itu.

"Semoga kak Aril suka," ucapnya penuh harap seraya memencet tombol kirim pada layar ponsel nya itu.

Zahra bersantai di balkon sejenak, untuk sedikit mengurangi lelahnya. Ponselnya bergetar, ia mengira Nazril yang menelpon, ternyata sang bunda yang memanggil.

"Halo Assalamualaikum Bun," sapa Zahra.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut sang Bunda.

"Ada apa Bun?"

"Kamu dimana Ra?"

"Masih di rumah Tante Elsa, baru selesai ini renovasi kamar kak Aril, kenapa Bun?"

"Ini, barusan ada Tante Ratna dan Ustadz Abdullah, datang ke rumah, mereka mau melamar kamu buat putranya, ustadz Yusuf, kamu apakah sudah punya calon sendiri Ra?" tanya sang Bunda.

Zahra terdiam sejenak, ia bingung mau bicara apa, orang yang disukainya sudah punya calon istri.

"Aku belum ada calon, tapi sebentar Bun, kita bicara nanti di rumah saja, ini aku sudah hampir selesai," ucap Zahra kemudian mengakhiri panggilan telpon nya.

Zahra sore itu pulang naik taksi, di dalam taksi itu dia banyak berpikir... Nazril juga tak mungkin menjadi miliknya, dan pasti sedih sekali kalau nanti Nazril menikah dan dia masih sendiri, Zahra ingin menerima pinangan Ustadz Yusuf bukan karena pelarian, namun karena ustadz Yusuf orang yang baik, Zahra juga pernah beberapa kali mengikuti kajiannya. Ibunya ustadz Yusuf adalah teman SMA bunda Zahra, pasti mereka juga pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan akan melamar Zahra.

Zahra dengan gontai turun dari taksi dan memasuki rumah, terlihat sangat Bunda sedang duduk di teras dan menata bunga segar pada pot bunga keramik miliknya.

"Assalamualaikum," sapa Zahra lesu.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut bunda.

"Tumben beli bunga Bun," ucap Zahra yang duduk di sebelah bundanya.

"Dibawain sama Ustadz Yusuf tadi, cantik ya," sahut sang bunda yang tersenyum lebar sambil terus menatap bunga-bunga yang selesai ia tata dalam vas itu.

Zahra membuang nafasnya dan meletakkan kepalanya pada pangkuan sang Bunda.

"Kamu belum siap menikah, atau kamu sudah punya calon sendiri?"

"Ga ada Bun, cuma ini terlalu mendadak, dan kenapa Ustadz Yusuf mau melamar ku, aku merasa ga pantas jadi istri ustadz,"

"Ya justru enak dong, kalau ga tau tinggal tanya sama suami sendiri, terus diajarin, jadi romantis kan,"

"Yee, bunda mah gitu, terus kalau udah nikah, apa aku masih boleh bekerja?" tanya Zahra.

"Iya, tadi bunda belum sampaikan, kamu diminta resign, karena ustadz kan sering isi kajian di luar kota, bahkan luar pulau, kamu diminta terus ikut, enak kan bisa sering bepergian naik pesawat,"

"Iih bunda ini dapat apa sih? Dari tadi promoin anak orang,"

"Ya dapat mantu ganteng dong, baik, ustadz lagi," sang bunda terlihat senang.

Zahra yang melihat sang bunda senang, menjadi tergerak hatinya untuk menerima pinangan ustadz Yusuf, dia juga ga punya pilihan calon suami lagi, lagi pula ustadz Yusuf ganteng dan banyak yang berminat menjadi istrinya, namun ia belum memiliki rasa cinta, apa iya cinta itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, Yusuf juga seorang panutan, pasti tidak akan menyakiti hati dan fisik Zahra.

Sementara Nazril sepulang dari kantor, langsung menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar melihat langsung hasil asli renovasi kamarnya.

Nazril langsung naik ke lantai atas dan membuka pintu kamarnya.

"Ma syaa Allah...bagus banget Ra," ucap Nazril ketika membuka pintu kamarnya. Kamar itu terlihat sederhana namun bersih dan elegan. Kemudian Nazril membuka pintu walk in closet nya.

"Ya ampun Ra, elegan, aku suka," Nazril lagi-lagi memanggil nama Zahra seakan dia bersamanya. Zahra juga menata sebagian barang Nazril yang dipindahkan dari kamar sebelah.

"Nyaman banget di sini, entah karena desainnya bagus, atau karena ini desain hasil karya Ara," lirihnya. Nazril menutup pintu kembali dan menuju pintu kamar mandinya.

Lagi-lagi Nazril dibuat takjub melihatnya, seperti pesan Nazril dulu, dia tak mau banyak perubahan di kamar mandi ini, Zahra tetap membiarkan bathtub, juga dinding dan lantai granit sebelumnya, Zahra hanya mengganti dresser di bawah wastafel dengan panel berwarna putih yang sebelumnya warna abu-abu gelap, dan list juga kran yang sebelumnya berwarna silver, diganti dengan warna gold menambah kesan Luxe pada kamar mandi itu.

Nazril kembali ke kamar dan membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Zahra.

"Good job Ra, aku suka banget kamarnya, aku transfer uang desain dan lembur kamu selama di sini," lalu Nazril memencet tombol kirim. Dan Nazril mentransfer sejumlah uang pada rekening Zahra.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar, ternyata Zahra membalas.

"Alhamdulillah kalau kak Aril suka, tapi kenapa transfer nya banyak banget?"

"Ga pa pa Ra, aku suka pekerjaan kamu, sampai jumpa di kantor besok," Nazril menyimpan kembali ponselnya.

🌷🌷

Keesokan harinya

Seperti biasa Zahra datang lebih awal dan menuju dapur untuk membuat minuman, namun dia lupa bahwa sudah ada pegawai bagian umum menggantikannya.

"Ren, biar aku aja yang bikin minum buat pak Nazril," ucap Zahra.

Pegawai bagian umum yang bernama Rendi itupun mengangguk paham dan melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Zahra kemudian membuat minum untuk dirinya dan Nazril, lalu membawanya ke ruangan Nazril. Ternyata para pegawai dan Nazril sudah datang.

"Assalamualaikum, selamat pagi pak," sapa Zahra.

"Waalaikumussalam, kok kamu yang bikin Ra?" tanya Nazril.

"Ga pa pa Pak, sekalian bikin buat saya sendiri," sahut Zahra yang meletakkan mug kopi di meja kerja Nazril dan bersiap pergi meninggalkan ruangan itu.

"Tunggu Ra, duduk dulu, kita minum kopi bareng," Nazril meraih kopinya dan duduk di sofa diikuti Zahra.

"Eh iya pak sebenarnya ada yang mau saya sampaikan," ucap Zahra.

"Ada apa Ra, bilang aja,"

"Sebenarnya saya mau lamaran Pak, dan pekan depan rencananya mau akad nikah sekalian, dan saya diminta resign setelah menikah, tapi saya mau resign lebih awal, karena harinya juga dekat,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!