Pukul setengah empat pagi, Zahra terbangun, ia menggeliat, bangkit dan duduk di atas tempat tidur, lampu kamar padam dan lampu tidur kecil menyala di samping tempat tidur itu, dan dia tidur dengan masih memakai jilbabnya..
Zahra mengingat kembali.. Sepertinya semalam, setelah bebersih, dia sulit tidur dan bersantai di balkon, lalu Nazril memanggilnya dan mereka duduk dan mengobrol bersama, lalu.... Zia tidak ingat apa-apa lagi.
'Jangan bilang aku ketiduran waktu kak Aril lagi cerita...terus gimana aku bisa sampai tidur di kasur... aaaaaa.... Bundaaaaa...gimana nih..' batinnya.
"Aduuh perut aku mules, gimana nih, tapi kak Aril bilang bisa numpang ke kamar mandi kapan aja, au ahhhh...." cicit Zahra yang segera menyibakkan selimutnya dan berlari ke kamar sebelah.
"Tok...tok...tok...Kak...Kak Aril, aku mau ke kamar mandi nih," ucap Zahra di depan pintu kamar Nazril, namun belum ada jawaban juga. Dan ketika hendak mengetuknya lagi, tiba-tiba pintu terbuka, dengan Nazril yang mengucek matanya, rambut acak-acakan, dan bertelanjang dada.
"Kak, kakak kok ga pake baju sih?" Zahra menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Mau ke kamar mandi ga? Aku tutup nih," ucap Nazril yang masih sangat mengantuk.
"Ah iya iya," Zahra lalu berlari ke dalam kamar melewati Nazril begitu saja, dan langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya.
Nazril membiarkan pintu kamar tetap terbuka agar orang dari luar bisa melihat kalau di antara mereka tidak terjadi apa-apa. Dan ia kembali melanjutkan mimpinya.
Sekitar lima belas menit kemudian, Zahra keluar dari pintu kamar mandi dan subuh akan segera tiba, seperti permintaan Nazril semalam, Zahra Harun membangunkan Nazril agar tidak telat sholat subuh.
"Kak..." Zahra terhenti memanggil Nazril karena pemandangan yang sangat indah di depan mata Zahra, badan Nazril yang berotot dan terbentuk, juga ada roti sobek enam potong di perutnya.
"Ma syaa Allah..." ucapnya sambil ternganga.
"Eh... Gak gak...ga boleh, dia sudah punya calon istri," Zahra menggelengkan kepalanya dan mencoba membangunkan Nazril.
"Kak, bangunlah, sudah mau subuh ini," Namun Nazril tetap terlelap, Zahra mengguncangkan betis Nazril yang terbungkus celana mencoba membangunkan lagi.
"Kak, bangun gih, mau subuh nih," ucap Zahra.
"Hmmmhh... Iya Ra," Nazril bangkit dan duduk di tepi tempat tidur.
"Kamu udah selesai dari kamar mandi?" tanya Nazril yang masih terlihat mengantuk.
"Sudah kak, cuci muka gih, wudhu," ucap Zahra.
"Oke, kamu jangan pergi dulu sebelum aku keluar kamar mandi, takutnya aku malah ketiduran lagi Ra,"
"Iya baiklah," Zahra setuju.
"Nanti kalau aku lima belas menit ga keluar, kamu buka aja pintunya, ga aku kunci," pesan Nazril lagi.
"Oke," sahut Zahra. Nazril sudah hilang di balik pintu, dan Zahra duduk di sofa samping tempat tidur Nazril.
Tidak sampai sepuluh menit, Nazril sudah keluar kamar mandi dalam keadaan segar dan tampan.
Lalu tersenyum melihat Zahra yang ketiduran di sofa menunggunya. "Imut banget sih kamu Ra," gumamnya, lalu masuk ke dalam walk in closet untuk berganti baju. Sebelum keluar kamar, Nazril memindahkan kaki Zahra ke atas sofa dan menyelimutinya dengan selimut miliknya. Dia tersenyum lagi melihat Zahra yang tengah terlelap.
Kemudian Nazril menuruni tangga dimana papa Mirza juga sudah siap berangkat ke masjid. Dan mereka berangkat bersama.
"Tumben kamu Ril bisa bangun subuh," ucap papa Mirza.
"Ada yang bangunin Pa," sahut Nazril dengan wajah sumringah layaknya pengantin baru.
Sepulang dari masjid, mama terlihat baru turun dari tangga.
"Ril, maaf ya, tadi mama nyari Ara di kamar Ziva ga ada, pas masuk kamar kamu, ternyata ada di sana, kalian tidur sekamar?" tanya mama Elsa.
Nazril menepuk keningnya, lupa bahwa Zahra masih di kamarnya.
"Bukan gitu Ma, semalam Ara tidur di kamar Mba Ziva, terus tadi sebelum subuh Zahra ke kamar mandi, sekalian bangunin aku buat sholat subuh, aku minta tungguin dulu takutnya aku malah ketiduran lagi di kamar mandi, eh pas aku selesai dia malah ketiduran di sofa,"
"Iya, Ril, jangan dulu kalau belum sah ya," ucap papa Mirza.
"Ya iyalah Pah, anak orang itu, aku akan jaga dia, jangan khawatir,"
"Bangunin gih, belum sholat subuh dia," pinta mama Elsa.
"Biarin Ma, lagi halangan dia, semalam aku lihat bawa begituan ke kamar mandi, jadi biarin aja, kayanya semalam susah tidur dia,"
"Kamu Ril udah kaya melindungi istri dari mertuanya aja," ucap mama yang kemudian pergi ke dapur menyiapkan sarapan pagi.
Nazril hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari tersenyum.
Zahra mengeriyipkan matanya, dan dia terkejut, kenapa dia bisa ada di kamar Nazril, pakai selimut lagi
'Hmmm bau tubuh kak Aril...' batinnya.
"Jam berapa ini?" gumamnya dan melihat ke arah jam digital di atas nakas Nazril, menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit.
"Waduh gawat, kak Aril kenapa ga bangunin aku sih," gerutunya sambil berlari ke kamar mandi.
Selesai mandi, Zahra segera berganti dengan gamis rumahan jilbab berbahan kaos, lalu segera turun ke bawah.
"Tante, maaf, hhhh..." ucap Zahra yang terengah-engah berlari dari lantai atas.
Mama Elsa yang telah selesai mencuci piring terkejut dengan kedatangan Zahra tiba-tiba di dapur.
"Kamu kenapa? Dikejar hantu? Kok sampai gitu nafasnya,"
"Maaf Tante, padahal semalam saya janji mau bantuin Tante bikin sarapan, eh malah kesiangan," ucap Zahra.
"Ga pa pa, kata Aril semalam kamu sulit tidur, makanya kami biarin lanjut tidurnya, ga pa pa Ra, ga usah dipikirin, Tante malah senang, itu tandanya kamu betah di rumah ini," sahut mama Elsa dengan senyum hangatnya.
"Kamu mau sarapan?" tanya mama Elsa.
"Nanti aja Tan, mau bantu beberes dulu," ucap Zahra.
"Beberes apa lagi, ini aja kamu antar ke kolam renang tuh, ini sarapan buat kamu dan Aril, tadi dia juga belum sarapan, mau berenang dulu katanya, kamu temani dia sarapan di sana ya," pinta mama Elsa.
"Baik Tante," ucap Zahra kemudian membawa nampan berisi dua potong sandwich, dua gelas susu coklat tanpa gula, dan dua gelas jus buah dan sayur, ke dekat kolam renang, dimana Nazril sedang berenang.
Zahra meletakkan nampan itu di atas meja di dekat kolam renang, dengan dua kursi di kanan kirinya.
Melihat Zahra, Nazril yang dari tadi bolak-balik dari sisi ke sisi kolam, menepi dan beristirahat di pinggir kolam sambil mengatur nafas nya.
"Kak, sarapan yuk," ucap Zahra. Nazril mengangguk dan naik ke atas, dan lagi-lagi pemandangan indah terpampang nyata di depan Zahra. Nazril memakai celana renang panjang, walaupun panjang tapi tetap memperlihatkan paha dan kakinya yang berotot, juga dia bertelanjang dada, lagi-lagi roti sobek enam potong itu terlihat, dan membuat Zahra menganga.
"Ra...Ra...Halooo...Ara..." ucap Nazril sambil mengibas-kibaskan tangannya di depan Zahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments