Di kafe dekat kantor Nazril, Indra dan Bintang sedang makan siang.
"Kenapa sih Aril sekarang susah banget diajak gabung sama kita..." keluh Bintang yang merasa kesal.
"Dia fokus sama pekerjaannya Bin," sahut Indra.
"Kita selalu sama-sama dari SMA, kuliah walaupun jurusan aku beda, tapi kampus juga sama, sampai dia ambil gelar master di luar negeri, kita bertiga baru pisah, sekarang bertemu lagi, tetap aja dia sibuk," gerutu Bintang.
"Ga pengen apa kata yang lain, ada waktu main, pacaran, kaya kamu, berapa kali sudah kamu pacaran, sedangkan Aril...hmmm...dari lahir ngejomblo aja, kaya aku..." Bintang jadi sedih.
"Kamu ga capek apa dari dulu ngejar-ngejar Aril," sahut Indra yang tentu saja tahu Bintang sangat menyukai Nazril dari dulu.
"Ga tau Ndra, bagiku Aril segalanya, aku suka banget sama dia dari dulu, tapi dia kenapa ga pernah sedikitpun melirik ke arahku... Apa sebenarnya orientasi seksual dia bermasalah?"
"Hush ngawur aja kamu, gimana bisa dia dapat pacar, setiap kali dekat dengan cewek, kamu rundung cewek itu habis-habisan, ya takutlah mereka yang mau deketin Aril, dan Aril itu nganggap kamu saudara perempuannya, kamu itu cantik loh Bin, banyak juga cowok yang suka sama kamu, kenapa kamu ga pilih salah satu dari mereka saja?"
"Entahlah Ndra, aku juga ga tau kenapa aku sesuka itu pada Aril,"
.
.
Seperti biasa selepas Maghrib, mama Elsa kursus mengaji, mama Elsa memanggil putri temannya yang bernama Zahra itu untuk mengajarinya membaca Al Qur'an.
Mama Elsa membaca walau masih terbata-bata, Zahra menyimaknya dengan baik, dan sesekali mengoreksi bila ada bacaan yang salah.
Sampai adzan isya berkumandang, Zahra pun mengajarkan pada mama Elsa cara menjawab adzan, dan membaca doa setelah adzan.
Mereka berdua kemudian sholat berjamaah di musholla rumah. Sayup-sayup terdengar bacaan Alfatihah dan surat pendek, Nazril yang pulang kerja mendengar suara indah itu karena untuk ke kamarnya, ia harus melewati depan musholla itu.
Nazril segera membersihkan dirinya, berganti pakaian, dan turun ke bawah untuk makan bersama orang tuanya.
Namun ia melihat pemandangan tak biasa di meja makan, ada seorang gadis yang bergabung bersama papa mamanya.
"Ril, duduk sini," panggil sang papa.
"Baik Pa," sahut Nazril yang dari dulu selalu menurut pada papanya, sebenarnya pada sang mama juga menurut, walau kadang harus ribut bertengkar dulu, ujung-ujungnya Nazril yang menyerah pada mamanya.
"Kenalin ini Zahra Ril, yang ngajarin mama ngaji," ujar mama Elsa.
"Oh...Nazril," ucap Nazril menganggukkan kepalanya pada Zahra.
"Zahra," sahut Zahra yang juga menganggukkan kepalanya.
Mereka kemudian makan dengan khidmat, suasana menjadi sepi, saat semua sibuk dengan makanannya.
"Jadi ini Ma, yang mau kerja di kantor Nazril?" tanya Nazril memecah keheningan.
"Iya, gimana Ra? Sudah siap besok kerja di kantor Aril?" tanya mama Elsa.
"Iya, Tante in syaa Allah," sahut Zahra.
"Mama titip Ara ya Ril... Ra kalau Aril sewenang-wenang sama kamu, laporin saja ke saya ya, biar saya yang kasih pelajaran," ujar mama Elsa.
"Apaan sih ma, masa anak sendiri dikasih pelajaran," gerutu Nazril.
"Makanya ntar jangan galak-galak sama Ara, kalau gak, awas aja kamu," tukas mama Elsa.
Nazril sekilas melirik ke arah Zahra, dalam hatinya siapa sih gadis itu, kenapa mama bisa sayang banget sama dia, sampai segitunya nyariin kerjaan dan pesan aku buat jagain dia....
.
.
.
Keesokan harinya sesuai pesan Nazril, Zahra datang pukul delapan pagi Zahra memasuki kantor perusahaan Nazril.
Di depan terlihat Mba resepsionis sedang membersihkan meja kerjanya.
"Selamat pagi Mba, ada yang bisa kami bantu?" tanya Maya resepsionis itu.
"Saya Zahra, saya diminta pak Nazril untuk datang ke kantor jam delapan pagi," sahut Zahra.
"Oh, iya Mba Zahra pegawai bagian umum yang baru, mari ikuti saya Mba," ucap Maya.
"Baik Mba," sahut Zahra mengikuti Maya ke dalam kantor.
"Pak Nazril berpesan ke saya untuk menunjukkan tugas kamu," ucap Maya.
"Kok masih sepi Mba..." ucap Zahra yang melihat kantor masih sepi, hanya ada dia, Maya, dan seorang cleaning service yang sedang menyapu.
"Iya, jam kerjanya mulai jam sembilan di sini," sahut Maya.
"Nah ini dapurnya, kalau pagi masak air pakai teko listrik ini, lalu bikin yang sesuai dengan data di sini," Maya menunjuk selembar kertas yang tertempel di pintu lemari es.
"Setiap pegawai punya selera sendiri-sendiri, terutama pak Nazril, jangan sampai salah, mug mereka ada nama masing-masing, jangan sampai keliru," pesan Maya.
"Airnya pakai air mineral ini, jangan pakai air kran, pak Nazril bisa sakit perut kalau minum air kran, kalau habis, kamu bisa ambil di gudang," lanjut Maya.
"Di kulkas, ada camilan, boleh ambil satu orang satu Snack perhari, setiap mau pulang kerja kamu harus isi lagi, stoknya ada di kulkas, kalau habis kamu belanja di mini market sebelah, uangnya minta Mba Nesya bagian keuangan," Zahra dengan cekatan mencatat pada buku catatan kecilnya, sambil mengikuti dan memperhatikan Maya.
"Kemudian, ini meja kamu, kalau kamu sudah selesai bikin minuman, duduk aja di sini, dan di sebelah kamu itu, ruangan pak Nazril, jadi jangan sampai kelihatan menganggur apalagi sampai ketiduran, karena pak Nazril akan langsung melihat kamu dari sana,"
Zahra melihat meja dan kursi dengan papan nama Nazril beserta gelar pendidikan dan jabatannya sebagai CEO perusahaan arsitektur ini, di dalam ruangan kaca tembus pandang di sebelahnya.
"Mba Maya resepsionis, tapi kok sudah fasih banget jelasin kerjaan bagian umum," ucap Zahra.
"Iyalah, bagian umum yang betah paling lama cuma sebulan, gimana ga hafal, kan tiap bulan ada anak baru yang perlu dijelasin," sahut Maya.
"Kenapa bisa gitu Mba?" tanya Zahra.
"Iya, macem-macem sih alasannya keluar, yang terakhir itu dipecat gara-gara ganjen sama pak Nazril, pak bos ga suka cewek ganjen, kamu hati-hati kerjanya, semoga betah, biar saya ga repot jelasin lagi kerjaan bagian umum ke anak baru," ucap Maya.
"Baik Mba, makasih ya sudah jelasin saya tugas dan pekerjaan saya di sini," ucap Zahra.
"Iya, segera bikin minuman, sebentar lagi pada dateng pegawainya,"
Zahra segera melakukan apa yang ditugaskan kepadanya, sejenak kemudian, satu persatu pegawai datang dan mulai memenuhi meja, Zahra mengantar minuman yang telah ia buat ke para pegawai sesuai dengan nama di mug dan nama di meja kerja.
Dan Nazril pun datang, melihat Zahra membawa nampan berisi mug minuman miliknya.
"Ra, ikut saya ke ruangan saya," perintah Nazril.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments