Membantu Zahra

"Ra, ikut saya ke ruangan saya," perintah Nazril.

"Baik Pak," sahut Zahra kemudian mengikuti Nazril ke ruangannya.

"Duduklah," pinta Nazril yang juga duduk di sofa, Zahra duduk di sofa sebelahnya.

"Kamu sudah diberi tahu Maya mengenai tugas kamu?" tanya Nazril.

"Iya, sudah," sahut Zahra.

"Baik, kamu belum punya mug untuk minum ya?" tanya Nazril.

"Belum, saya belum bawa, Pak," sahut Nazril.

"Pakai punya saya yang lama, bentar aku ambilkan," Nazril berdiri menuju mejanya dan membuka salah satu lacinya, ia mengambil mug warna hitam di sisinya tertulis nama Nazril dengan tinta emas.

"Ini buat kamu, hadiah dari Mama pakailah, aku masih punya yang itu, dari pada mubazir, kamu pakai aja, kalau kamu yang pakai mama pasti ga akan marah," ucap Nazril.

"Baik Pak, terima kasih," sahut Zahra menerima mug indah itu.

"Dan tugas pertama kamu, tolong susun proposal yang sudah dicetak ini menjadi satu bendel yang bagus, jumlahnya ada lima puluh bendel, satu bendelnya ada sembilan belas halaman, kamu urutkan, minta stapler dan lakbannya ke Anita ya, yang di sana yang pakai jilbab itu," tutur Nazril seraya menunjuk ke arah Anita.

"Oh baik Pak," sahut Zahra. Yang segera menemui Anita untuk meminta peralatan yang tadi Nazril sebutkan. Dan Nazril sudah kembali ke balik mejanya, dan sibuk dengan komputernya.

"Maaf Pak, apa saya harus menyusun lembaran proposal ini di sini? Takutnya saya malah mengganggu Pak Nazril," ucap Zahra.

"Di sini lantainya paling luas, kalau kamu kerjakan di meja pasti kesulitan, karena kertasnya banyak, kalau di lantai luar sana, banyak yang lewat, di sini saja paling aman, asal jangan berisik," sahut Nazril.

"Baik Pak," Zahra kemudian segera menyusun dan mengurutkan halaman proposal itu, dan tiba waktu menyetapler, dia nampak kesulitan. Nazril yang melihatnya, langsung berdiri, membuka kancing tangan bajunya,dan dilipatnya sedikit.

"Ga kuat Ra?" tanya Nazril yang ikut berjongkok di samping Zahra.

"Ah...i...iya Pak, maaf," sahut Zahra.

"Kalau ga kuat bilang, minta tolong, jangan diam saja, ntar ditanya mama kamu bilang aku kasih pekerjaan berat..." Nazril meraih stapler dari tangan Zahra dan membantu Zahra.

"Nggak kok pak, saya ga akan bilang begitu," ucap Zahra.

Ketika Nazril membantu Zahra, Indra mengambil foto keduanya, atas permintaan seseorang, siapa lagi kalau bukan mama Elsa. Mama Elsa khusus meminta Indra untuk mengawasi Nazril agar bersikap baik pada Zahra pegawai barunya.

Mama Elsa di rumah tersenyum-senyum melihat foto Nazril sedang berjongkok membantu Zahra.

Setelah mendapat separuh dari target bendelan proposal, Nazril berdiri meminum kopi yang dibuatkan Zahra pagi ini. Nazril merasakan kopi ini tidak seperti biasanya, namun rasanya bertambah enak, dan dia menyukainya.

"Kamu minum dulu Ra, dari tadi belum istirahat," ucap Nazril.

"Iya Pak," sahut Zahra, namun tak beranjak dari lantai. Nazril baru sadar, kalau mug yang tadi ia berikan pada Zahra masih utuh di atas meja, kosong karena Zahra belum sempat membuat sebelum ia beri tugas tadi.

"Minum air dulu, aku lupa tadi kamu belum sempat bikin minuman untukmu sendiri," ucap Nazril yang mengambil botol air mineral di meja, yang biasanya untuk tamu, dan dia berikan pada Zahra.

"Terima kasih Pak," ucap Zahra yang kemudian meminum air itu.

"Pak Nazril ini seorang CEO, arsitek yang sudah punya nama juga, tapi kenapa mau bantuin saya kerjain hal remeh semacam ini?" tanya Zahra.

"Hmm..." Nazril duduk di sofa untuk istirahat sebentar.

"Kamu lihat sendiri, rekan kerja saya tidak banyak, dan mereka sudah ada tugas sendiri-sendiri, biasanya pekerjaan ini memang bagian umum yang kerjain, dulu yang kerja kebanyakan cowok, jadi kuat kerja sendiri, tapi mereka sudah pada resign, mungkin sudah dapat pekerjaan yang lebih baik," jawab Nazril. Zahra hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Nanti jam dua proposalnya aku bawa ke rumah sakit untuk dirapatkan dengan dewan direksi, kamu ikut ya, bantuin bawa snack dan minuman, kamu sudah pesen belom snacknya?" tanya Nazril.

"Belum Pak, pesannya dimana ya?" Zahra balik bertanya.

"Di depan ada toko kue, kamu tanya aja Windy, itu yang di sana," Nazril melihat ke arah Windy yang juga sibuk dengan komputernya.

"Baik Pak, tapi saya mau izin sholat dulu, sudah adzan dhuhur," ujar Zahra karena memang reminder adzan di ponselnya sudah berbunyi.

"Iya sih, sudah jam makan siang juga, iya kamu istirahat," ucap Nazril.

"Baik Pak," Zahra kemudian sholat di gudang belakang. Selesai sholat, Zahra keluar dari gudang, ia heran kenapa kantor tampak sepi, hanya tinggal Nazril di dalam ruangannya.

"Maaf Pak, teman-teman pada kemana ya?" tanya Zahra pada Nazril.

"Lagi makan siang, sini duduklah, aku sudah pesan nasi bento, makanlah," ucap Nazril. Ia rupanya bersungguh-sungguh menepati janjinya pada sang mama untuk menjaga dan memperlakukan Zahra dengan baik.

Dengan ragu Zahra duduk di lantai dan meraih kotak nasi bento dari hoki-hoki benti itu.

"Duduklah di sofa, kamu bukan pelayan Ra," ucap Nazril.

Zahra hanya bisa menuruti kata bosnya itu.

"Kalau lagi ga ada siapapun di kantor, atau pas di luar, jangan panggil aku pak ya, kelihatannya aku udah tua banget, panggil Nazril aja, atau Aril," ucap Nazril.

"Tapi pak Nazril memang beberapa tahun lebih tua dari saya, saya ga enak manggil nama saja, saya panggil kak Aril boleh?"

"Iya, terserah kamu saja," sahut Nazril.

"Dan kalau cuma kita berdua di kantor, apa tidak akan jadi fitnah pak...eh maksud saya kak Aril,"

"Kamu lihat itu, cctv mengarah ke sini, dan di seluruh ruangan, kecuali kamar mandi dan gudang belakang, ada cctv semuanya, kalau aku macam-macam sama kamu, bisa dilihat di rekaman cctv," jawab Nazril dengan santai sambil menikmati makan siangnya.

"Oh begitu," sahut Zahra.

"Pak, untuk besok, biar saya bawa bekal dari rumah saja Pak, eh Kak," lanjut Zahra, dia tidak ingin merepotkan Nazril, apalagi sampai karyawan lain tahu, dia tidak ingin dicap sebagai anak emas bosnya.

"Baiklah," ucap Nazril, ia melihat sekilas ke arah Zahra, setelah sholat mengapa wajahnya semakin bersinar, teduh, dan Nazril merasa nyaman melihatnya.

Deg ....sholat...sesuatu yang Nazril hampir lupakan dalam hidupnya, selama ini dia sibuk belajar dan mengejar kenikmatan dunia, sampai lupa untuk bersujud kepada Pemilik hidupnya. Ia sudah lupa bagaimana caranya sholat, kapan terakhir ia mendirikan sholat. Karena hari-hari ia lewati begitu saja, semua materi dia dapat, tetapi kebahagiaan hati sulit dia dapatkan.

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

nazril meski kamu seorang insinyur.. arsitek tp kamu termasuk orang bodoh krn sejatinya orang bodoh tuh bkn orang yg tdk bisa baca tulis tp orang yg tau arah kiblat tapi tdk mau sholat 🤭✌

2023-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!