Dilamar Lagi

"Iya nih mau pesan jas buat Aril dan papanya, ini mau belanja buat persiapan pernikahan Zahra kah?"

Bunda Mirna menggeleng, "Pernikahannya batal Mbak,"

"Haa..." Mama Elsa sangat terkejut, begitu pula dengan papa Mirza dan Nazril. Nazril melihat Zahra tertunduk sedih.

"Kenapa bisa batal?" tanya mama Elsa dengan prihatin.

"Ehm... Dari pada kita berdiri di sini, apa tidak sebaiknya kita duduk minum teh atau kopi di cafe itu," Nazril menyarankan mereka, dan mereka semua setuju. Mereka memasuki sebuah cafe dalam mall itu duduk saling berhadapan, dan memesan beberapa minuman dan camilan.

Nazril duduk berhadapan dengan Zahra yang masih tertunduk sedih. 'Jangan sedih Ra, liat kamu begini hatiku ikut sakit,' batin Nazril.

"Maaf jeng bukan saya kepo, tapi Zahra sudah seperti anak perempuan saya sendiri, saya ikut prihatin atas apa yang terjadi," ucap mama Elsa.

"Iya ga pa pa Mba, itu kemarin Zahra mengajukan syarat kalau dia selama bisa menjalankan tugas sebagai istri, Zahra tidak mau dipoligami, tapi Ustadz Yusuf tidak bisa menjanjikan itu, jadi Zahra tidak bisa menerima lamarannya," tutur bunda Mirna.

"Jangan sedih Ra, mending batalnya sekarang dari pada nanti kalian berpisah pas sudah menikah," Ucap mama Elsa.

"Iya Tante," sahut Zahra sambil tersenyum.

"Dan sekarang kami mau batalkan pesanan gedung dan katering, ini tadi mau ke butik mau batalin juga gamisnya," ucap bunda Mirna.

"Rencananya kemarin kapan itu pernikahannya?" tanya Mama Elsa.

"Hari Sabtu pekan depan, saya sudah booking gedung karena harinya yang mepet ini, kami ingin bikin resepsi sederhana untuk Zahra setelah akadnya, tapi qodarullah seperti ini," sahut bunda Mirna.

Nazril berfikir sebentar dan membisikkan sesuatu ke telinga sang Mama. Lalu Mama, membisikkan pada papa Mirza apa yang disampaikan Nazril tadi.

"Baik aku setuju, tapi suruh dia menyampaikan sendiri," ucap papa Mirza.

Nazril mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya.

"Ehm maaf Om, Tante, jangan dibatalkan gedung, katering, dan sebagainya, kalau Om dan Tante mengizinkan dan Zahra menyetujui, saya akan menikahi Zahra, in syaa Allah kamu akan jadi satu-satunya Ra, aku ingin menikah sekali seumur hidup aku," ucap Nazril.

Tentu saja Zahra beserta kedua orang tuanya terkejut.

"Maksud kamu apa Nak Aril?" tanya ayah Aziz.

"Iya, kotak ini berisi cincin yang saya bawa kemanapun saya pergi, saya bukan mengambil kesempatan dalam kesempitan, namun saya rasa ini juga waktunya saya memberikan cincin ini," Nazril memberanikan diri, dia tidak peduli Zahra dan orang tuanya akan menolaknya, namun dia tidak mau kehilangan Zahra lagi tanpa usaha, jika Zahra menolaknya, yang penting dia sudah berusaha meminangnya.

"Tapi bukankah kak Aril sudah punya calon istri?" tanya Zahra sambil menatap mata Nazril.

Nazril tersenyum, "Kamu ga tau Ra, calon istri yang aku maksud adalah kamu,"

"Ha.." Zahra tak mampu berkata, dia ternganga dan menutup mulutnya dengan tangan.

"Iya, selama ini saya mencintai putri om dan Tante, entah sejak kapan, tapi hidup saya berubah semenjak saya mengenal Ara,dan sebenarnya saya sedang belajar dan memantaskan diri, tapi kemarin Ara bilang mau menikah dengan lelaki lain, saya sangat sedih dan terpukul, sampai tidak bisa bekerja, dan sekarang saya tidak mau kehilangan Ara lagi tanpa usaha," ucap Nazril hingga dia merasa lega mengungkapkan semua yang ada di hatinya, masalah diterima atau ditolak itu urusan nanti.

"Kak Aril..." Zahra menumpahkan air matanya.

"Tahukah kakak, dari dulu Ara juga sangat menyukai kak Aril? Tapi Ara sedih ketika kakak bilang sudah ada calon istri, hiks..." Zahra menangis memeluk bundanya.

"Ah rupanya anak-anak ada salah paham," ucap Bunda Mirna.

"Gimana Mas Aziz, bolehkah anakku Aril menikahi Ara?" tanya papa Mirza.

"Itu terserah pada Ara, kami sebagai orang tua hanya ingin melihat Ara bahagia, tapi secara pribadi saya menyetujui kalau nak Aril yang menikahi Ara, gimana Bun?"

"Iya, saya juga senang dengan nak Aril, nak Aril banyak membantu Ara, Ara bilang atasannya itu baik banget di kantor maupun di rumah," sahut bunda Mirna.

"Gimana Ra, maukah kamu menikah denganku?" tanya Nazril.

Zahra melepas pelukannya dari bundanya, menghapus air matanya, dan tersenyum.

"Iya kak, aku mau," ucap Zahra sambil mengangguk dan menahan tangis haru.

Mereka pun melanjutkan bincang-bincang dan minum kopi. Kemudian bersama-sama pergi ke butik dalam mall itu untuk memesan jas dan seragam untuk kedua besan, juga mencoba gamis pengantin pesanan Zahra.

Setelah itu papa Mirza kembali ke rumah sakit diantar ayah Aziz. Dan tinggal kedua ibu beserta sepasang calon pengantin berbelanja.

"Kita belanja seserahan sekalian aja kali ya, Aril belikan semua keperluan Ara dari ujung rambut sampai ujung kaki, yuk kita ke toko ini ya jeng," bunda Mirna, Zahra dan Nazril hanya mengikuti saja.

Nazril duduk di sofa, mama Elsa dan bunda Mirna sibuk memilih-milih tas sepatu dan sebagainya, Zahra sibuk mencoba satu-persatu pilihan kedua ibu itu.

"Kak.." ucap Zahra ketika keluar dari kamar ganti, memperlihatkan penampilannya pada Nazril.

Zahra memakai set gamis berwarna ungu violet gelap, terlihat cantik dan kontras dengan warna kulitnya yang putih.

'Ma syaa Allaah...' ucap Nazril dalam hati. Nazril tersenyum dan mengacungkan dua jempolnya.

Setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan, mereka pulang menuju kediaman Mirza untuk membicarakan rencana pernikahan dadakan itu.

"Ra, ada yang mau aku tunjukkan di kamar, ikut sebentar yuk," ajak Nazril. Bunda Mirna melotot mendengar permintaan Nazril itu.

"Oh, tenang aja Tante, saya ga akan sentuh Ara sampai waktunya tiba, tenang aja, pintu saya biarkan terbuka, dan kalau Tante mau, bisa ikut kami ke atas," ucap Nazril.

"Iya, tapi bisa ga panggil bunda aja, jangan Tante," ucap bunda Mirna.

'Bisa banget Bun, kami ke atas dulu Bun," Nazril segera ke lantai atas diikuti Zahra di belakangnya.

Mama Elsa dan bunda Mirna duduk di ruang tengah.

"Jadi kemarin itu, saking senangnya anaknya mau nikah, ayahnya Ara umumkan ke grup wa keluarga besarnya dan keluarga besar ku kalau Ara hari Sabtu mau nikah, mereka heboh, udah list siapa mau datang, ada kejadian itu, kami bingung mau batalkan gimana caranya, kami pasti malu banget kalau sampai batal, tapi Allah masih sayang sama kami, Allah kirimkan Aril untuk menyelamatkan muka kami, saya sangat bersyukur Mba kalau itu Aril," ucap bunda Mirna penuh haru.

"Iya Jeng, Aril kemarin lusa itu sampai menangis di pangkuan saya, katanya Ara mau nikah sama orang lain, tapi Allah juga sayang banget sama Aril, kita dipertemukan di mall, dan semua ini terjadi, sungguh ya, rencana Allah jauh lebih indah dari yang kita bayangkan," ucap mama Elsa.

Namun pembicaraan mereka terhenti karena ada Bintang datang.

"Hai Tante, Aril ada?" tanya Bintang.

"Ada di atas, kamu naik aja," sahut mama Elsa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!