Entah Sejak Kapan Sukanya

Zahra masuk ke dalam kamar mandi di kamar Nazril, ia melepas hijabnya dan menggulung lengan gamisnya lalu mengambil air wudhu. Di dalam kamar mandi itu terasa nyaman buat Zahra, semua barang tertata rapi dan bersih, menggambarkan bagaimana pemiliknya.

Nazril berganti pakaian di ruang ganti, hatinya berbunga-bunga, bisa di kamar yang sama dengan Zahra.

"Apa ini mimpi Ril, ada Ara di kamar mu," Nazril tersenyum-senyum sendiri.

Nazril keluar dari kamarnya sudah berganti dengan sarung dan baju muslim.

"Ma, aku ke masjid dulu," pamit Nazril pada mamanya yang sdh di mushola sebelah kamarnya.

"Iya Ril, Ara mana?" tanya mama Elsa.

"Masih di dalam," sahut Nazril sambil berlari karena sudah terdengar Iqamah dari masjid terdekat.

"Di dalam, mereka ngapain Tante?" tanya Bintang yang mau ikut sholat juga.

"Entahlah, pasti ada sesuatu yang penting tadi, kalaupun itu sesuatu yang kamu pikirkan, biar saja, toh mereka sudah dewasa, sudah bisa bertanggung jawab atas segala yang mereka lakukan," sahut mama Elsa yang terlihat senang karena terlihat Zahra dan Nazril semakin dekat seperti harapannya.

Tak lama kemudian Zahra yang telah berwudhu keluar dari kamar Nazril.

"Tante, kita sholat sekarang ya, waktu Maghrib itu cepat banget, sebaiknya disegerakan," ucap Zahra. Kemudian mereka bertiga berdiri sejajar, dengan Zahra yang ada di tengah sebagai imam sholat.

Selepas sholat mereka semua berkumpul di meja makan, ada papa Mirza juga.

"Bintang sibuk apa sekarang?" tanya papa Mirza.

"Masih pemotretan, sama masih jalan di catwalk aja," jawab Bintang.

"Ehmm iya, sibuk banget kelihatannya Bin," sahut mama Elsa.

"Iya sih Tante, tapi ini tadi ada mundur satu jadwal, jadi aku sempetin main ke sini," ucap Bintang.

"Kamu apa ya mau jadi model terus? Ga pengen nikah gitu? Apa nanti setelah nikah juga tetap berkarir di dunia modelling?" tanya papa Mirza.

"Ya pengen sih om, masih nungguin jodohnya, tapi kalau sudah nikah pengennya masih bisa kerja jadi model juga," jawab Bintang.

Hal itu juga yang memantapkan mama Elsa untuk tidak mendekatkan Nazril dengan Bintang, kalau mereka menikah sementara Elsa masih sibuk dengan dunia entertainment yang ia geluti, bisa dibayangkan betapa kesepiannya sang putra nantinya.

"Hari ini Zahra ngajar ngaji juga?" tanya papa Mirza.

"Ngga Om, tadi kak Aril ngajak ke sini buat bikin desain kamarnya," sahut Zahra.

"Iya pa, bosen aku dengan suasana kamarku, pengen ganti suasana aja, jadi aku minta tolong Ara buat bikin desain yang bagus buat aku," imbuh Nazril.

"Ehm, bagus itu, kamu gaji ga? Jangan mau Ra kalau disuruh kerja bakti," ucap mama Elsa.

"Iya lah Ma, aku bayar kok, tapi nanti setelah draft pertama jadi," ucap Nazril.

"Sebenarnya ga digaji pun ga pa pa kak, aku udah seneng punya klien pertama sejak lulus kuliah," sahut Zahra.

"Jangan mau Ra, beneran deh, uangnya Aril tuh banyak, minta aja gaji yang gede," ucap mama Elsa, yang membuat semuanya tertawa kecuali Bintang yang manyun saja ketika mendengar nama Zahra disebut-sebut oleh mereka.

Selesai makan malam, mereka lanjut sholat isya dan Zahra pamit pulang.

"Saya pamit pulang dulu Tante," ucap Zahra yang mencium punggung tangan mama Elsa. Sedangkan papa Mirza sudah lari ke tempat prakteknya karena sudah ditunggu banyak pasien.

"Iya, kamu antar Ril," ucap mama Elsa.

"Manager aku ga bisa jemput, bisa antar aku sekalian ga Ril?" tanya Bintang.

"Baik," sahut Nazril.

Kemudian Nazril membisikkan sesuatu pada mamanya.

"Ma, ikut ya, ga bisa aku kalau sama Bintang juga," bisik Nazril, sang mama paham dan mengangguk.

"Mama ikut juga ya Ril, kok gabut di rumah sendirian," ucap mama Elsa.

"Iya Ma, tapi nanti langsung pulang aja ya, masih ada beberapa pe er nanti," ucap Nazril.

Dan mereka berempat memasuki pojero milik Nazril. Pertama, Nazril mengantar Bintang duluan karena memang rumah Bintang lebih dekat dari pada rumah Zahra. Baru kemudian mengantar Zahra.

"Tante, saya turun dulu, Kak makasih ya,"

"Iya Ra, besok libur kantor, ngajinya juga, kamu istirahat ya sayang," ucap mama Elsa.

"Sampai ketemu Senin ya Ra," ucap Rayhan.

Zahra dengan senyum bahagia keluar dari mobil itu, hari itu hari yang indah baginya.

"Kita pulang ya Ma," ucap Nazril.

"Iya Ril, eh kamu kenapa minta mama ikut, kan bisa aja kalian bertiga gitu,"

"Mama kaya ga tau Bintang aja, kalau dia ikut pasti milih duduk di depan, di samping aku, lalu yang gandeng lenganku lah, nyenderin kepalanya di bahuku lah, kan ga enak sama Ara," ucap Nazril.

"Kenapa ga enak? Emang kamu ada suka sama Ara?" tanya mama Elsa yang tersenyum-senyum.

"Yaa ga enak aja, ntar dikirain aku suka diganjenin cewek gitu," jawab Nazril sekenanya.

"Ga pa pa kalau suka, mama setuju kok kalau kamu sama Ara, dari pada Bintang," ucap mama Elsa.

"Emang Bintang kenapa?" tanya Nazril.

"Kamu dengar sendiri tadi jawab dia gimana, setelah nikah dia pengen tetap berkarir, ya mama mikirin kamu dong, masa iya anak mama capek pulang kerja tapi istrinya juga masih sibuk pemotretan, betapa kesepiannya kamu nanti," ucap Mama Elsa.

"Mama kejauhan mikirnya, aku juga cuma anggap dia kaya adik aja, ga lebih," sahut Nazril.

"Kalau Zahra?" mama Elsa bertanya kembali.

"Zahra, ehm, belum tahu Ma, dia gadis yang baik, ga neko-neko, taat ibadah, aku merasa ga pantas kalau jadi pasangannya, Mama tahu sendirilah anak Mama gimana," jawab Nazril.

"Anak Mama gimana, ya anak mama ini anak yang baik dong, memang salah kami tidak menekankan kamu untuk belajar agama, tapi itu semua bisa dipelajari Ril, pelan-pelan, percaya diri lah, bahwa kamu pantas mendapatkan Zahra," tutur mama Elsa.

"Mama sesuka itu sama Ara?" tanya Nazril.

"Iyalah, itu juga alasan Mama memintamu untuk menerimanya bekerja di kantor kamu, biar kalian tiap hari bisa ketemu, hehe," mama Elsa akhirnya mengaku niat awalnya.

"Sudah kuduga Ma, aku tahu itu," sahut Nazril.

"Tapi kamu suka kaan sama Ara?" goda mama Elsa.

"Apa sih Ma..." Nazril malu menjawab pertanyaan mamanya.

"Sejak kapan kamu suka?" tanya mama Elsa.

"Ga tau sejak kapan, tiba-tiba begitu saja," Nazril tidak sadar menjawabnya.

"Berarti bener dong, hahaha Ril Ril," ucap mama Elsa yang jahil.

"Maaa apaan sihh..."

"Ya udah sok atuh deketin, mama juga udah setuju, papa mah gampang,"

"Aku ga mau ngajak dia pacaran Ma, pelan-pelan aja, semoga aku bisa memantaskan diri untuk melamarnya,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!