Zahra merutuki kebodohannya melontarkan pertanyaan memalukan itu, kenapa dia bisa sepolos itu di depan Nazril.
Selesai mencuci piring, Zahra segera berlari ke kamar Zivanna meninggalkan Nazril yang masih tersenyum-senyum mengingat pertanyaan Zahra tadi.
"Ara... Ara," ucapnya gemas. Nazril segera menyusul naik ke kamarnya. Nazril membuka pintu kamarnya menuju balkon dan menghirup udara malam yang dingin.
Zahra masih termenung di kamar yang ia tempati. 'Ah iya, aku harus gosok gigi dan cuci muka, kalau ga besok aku pasti jerawatan,' ucapnya dalam hati.
Dengan gontai Zahra mengambil perlengkapan mandi dan handuknya, lalu menuju kamar Nazril yang pintunya terbuka, Nazril sengaja membuka pintu kamarnya agar Zahra tidak sungkan kalau harus ke kamar mandi.
"Tok...tok..tok..," Zahra mengetuk pintu yang terbuka itu, dia tetap mengetuk untuk meminta izin kepada yang punya kamar untuk masuk.
"Iya Ra masuk aja," ucap Nazril yang baru masuk dari balkon.
"Kak," Zahra memasuki kamar Nazril.
"Iya Ra, kamu mau ke kamar mandi?" tanya Nazril.
" Iya kak, tapi,"
"Kenapa Ra?" tanya Nazril sambil menahan tawanya.
"Bisa ga hal yang tadi ga usah dibahas lagi?" ucap Zahra sambil tertunduk malu.
Nazril tersenyum lebar, "Iya, ga dibahas lagi, silakan gunakan kamar mandinya, aku ke balkon ya biar kamu nyaman," ucap Nazril yang segera meninggalkan Zahra yang masih mematung.
Zahra kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Membuka jilbab dan gamisnya, lalu menggosok gigi dan mencuci mukanya dengan sabun pembersih wajah. Lalu ketika akan berganti pembalut, dia memukul dahinya, 'gimana bisa lupa bawa begituan,' sedihnya... 'masa iya aku bajuan lagi, ini dah setengah telanjang, apa aku minta tolong kak Aril aja ya, hu...huuuu....gimana nih,' Zahra serasa ingin menangis.
Sudah dua puluh menit berlalu, namun Zahra belum terlihat keluar dari kamar mandi.
"Lama banget sih Ara, tidur apa pingsan dia di dalam?" gumam Nazril.
Nazril memberanikan diri mengetuk kamar mandi untuk memastikan Zahra baik-baik saja.
"Tok...tok...tok .. Ra, kamu kenapa? Kok lama banget?" tanya Nazril dari depan pintu kamar mandi.
"Iya, sebentar kak," sahut Zahra dari dalam, Zahra segera memakai jilbabnya dan membuka sedikit pintu hingga kepalanya menyembul keluar pintu.
"Kamu kenapa?" tanya Nazril.
"Maaf kak, aku bisa minta tolong kah?" tanya Zahra ragu dan malu.
"Iya, minta tolong apa? Kenapa kamu?"
"Aku ga pa pa, tapi bisa tolong ambilkan plastik putih di meja rias ga kak? Di kamar sebelah," pinta Zahra, sebenarnya Zahra malu banget, tapi sudah kepalang basah, lagian dia di sini tidak lama, dan mungkin sebentar lagi Nazril akan menikah, jadi pasti akan cepat melupakan hal ini.
"Oke," sahut Nazril, kemudian melakukan apa yang dipinta Zahra.
"Plastik putih di atas meja rias, ah itu dia," ucap Nazril ketika menemukan apa yang dia cari, dan ketika mengintip isinya ternyata pembalut wanita, Nazril tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Calon istri, ada aja, kenapa bisa ceroboh, pakai ketinggalan segala, ga pa pa lah, latihan jadi suami, ntar juga tiap bulan aku yang belikan," gumam Nazril sambil tersenyum sendiri.
Sampai di depan kamar mandi, Nazril mendatarkan mukanya, pura-pura tidak tahu apa yang dibawanya, lalu mengetuk pintu kamar mandi.
"Tok ..tok ... Ra, buka," Nazril menyodorkan plastik itu.
"Cekleek," pintu terbuka dan keluarlah tangan Zahra meraih plastik putih dari tangan Nazril.
Tak lama kemudian, Zahra keluar dari kamar mandi dan melihat ke kanan kiri mencari keberadaan Nazril.
"Kak, Kak Aril," panggil Zahra.
"Iya Ra, sudah selesai?" tanya Nazril yang masuk dari arah balkon.
"Sudah kak, makasih ya atas bantuannya," ucap Zahra.
"Ga usah sungkan," sahut Nazril.
"Aku kembali ke kamar sebelah kak, makasih," ucap Zahra.
Nazril melihat Zahra akan memboyong handuk dan peralatan mandinya kembali ke kamar sebelah.
"Tunggu Ra, bukannya besok pagi kamu mandi di sini lagi?" tanya Nazril.
"Iya kak, kenapa?"
"Itu sebaiknya peralatan mandi kamu ditinggal di sini aja, dari pada ketinggalan lagi," Nazril memberi saran.
"Baik...kak," sahut Zahra agak terbata, dan kembali ke kamar mandi untuk menaruh peralatan mandinya.
"Eh iya kak," Zahra kembali berhenti ketika akan keluar kamar Nazril.
"Apa?"
"Setiap jam empat pagi, aku selalu ke kamar mandi, tapi gimana? Aku takut malah ganggu kakak,"
"Ga pa pa Ra, sekalian bangunin aku ya biar ga telat sholat subuh di masjid," ucap Nazril.
"Baik kak, aku kembali ke kamar sebelah lagi," kali ini Zahra benar-benar kembali ke kamar sebelah dan mengunci pintu.
Nazril lalu berganti piyama tidur dan masuk ke kamar mandi, dia melihat handuk dan perlengkapan mandi Zahra ada di atas meja wastafel, ia menatanya, handuk putih bersih milik Zahra ia sandingkan dengan handuk warna abu tua miliknya, juga sikat gigi dan sabun ia sandingkan dengan miliknya, sekarang seperti kamar mandi pasangan. Nazril tersenyum lebar melihatnya.
"Semoga kamu segera bisa benar-benar aku ajak tinggal bersamaku Ra, sabar dulu, sebentar lagi," lirihnya, kemudian segera menggosok gigi dan mencuci mukanya.
Kemudian Nazril merebahkan tubuhnya di atas kasur, anehnya ia tidak bisa memejamkan matanya. Glibak-glibuk di atas kasur dan akhirnya ia memutuskan keluar menuju balkon.
"Ara..." Nazril melihat Zahra juga berada di balkon yang sama, karena memang kedua kamar itu tersambung satu balkon.
Zahra menoleh ke sumber suara, dan ia melihat Nazril keluar dari kamarnya.
"Kamu kok belum tidur," ucap Nazril.
"Belum bisa tidur kak, aku agak susah tidur kalau bukan di kamar aku sendiri," sahut Zahra yang masih berdiri di belakang pagar balkon.
"Duduk sini Ra, ngobrol yuk, aku juga lagi susah tidur," ucap Nazril yang mengajak Zahra duduk di sofa penjalin di balkon itu, mereka duduk di sofa yang sama, namun tentu saja ada jarak di antara mereka.
"Dulu waktu kuliah, kamu juga kost kan? Emang juga ga bisa tidur?"
"Iya kak, awal-awal aku selalu tidur lewat tengah malam, mungkin ada satu pekan, tapi habis itu ya bisa cepet tidur, masih penyesuaian kali ya,"
"Mungkin kamu harus lebih lama tinggal di sini Ra, biar bisa cepet tidur juga," celetuk Nazril.
"Ya ga enak lah kak, apa lagi kakak sudah ada calon istri, pasti ga enak, apa lagi kamar aku sebelahan sama kakak, terus aku mandinya numpang di kamar kakak, bisa emosi calon istrinya tuh,"
"Hahaha, ga mungkin dia marah, aku tahu dia bukan pemarah, setahuku dia itu sabar banget orangnya, kamu tahu ga siapa dia?" tanya Nazril, namun yang diajak bicara tidak ada suaranya.
Nazril menengok ke sebelah, dan ternyata Zahra sudah tertidur. Nazril tersenyum lebar, lagi-lagi dibuat gemas dengan kelakuan Zahra.
"Gini katanya susah tidur, Zahra...Zahra... Haha," lirih Nazril yang tidak ingin membangunkan gadis yang tengah terlelap itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments