Rapat dengan tim direksi rumah sakit berjalan lancar, semua menyetujui desain dan anggaran yang diajukan Nazril.
Nazril yang membawa timnya berpisah di rumah sakit, karena sudah waktunya pulang kantor.
"Udah hampir jam lima, kalian langsung pulang saja ga pa pa, biar saya yang taruh peralatannya ke kantor," ucap Nazril.
"Iya, baik pak," ucap Dimas setelah meletakkan laptop ke dalam mobil Nazril. Kemudian pamit untuk pulang terlebih dahulu.
"Aku juga langsung cabut aja ya Ril, Bintang ngajak ngopi, ikut yuk," ajak Indra.
Sebenarnya Nazril juga jenuh, ingin sekali ikut Indra ngopi di cafe langganan mereka, namun mendengar nama Bintang disebut, Nazril sengaja menghindar dari Bintang. Dulu mereka sangat kompak, kemana-mana bertiga, namun setelah tiga bulan lalu Bintang menyatakan perasaannya pada Nazril, Nazril selalu menghindar karena setiap bertemu, Bintang selalu bersikap manja, entah memeluk lengan Nazril, atau bersandar manja di bahunya. Itu membuat Nazril merasa risih, karena ia pure menganggap Bintang teman baik.
"Nggak Ndra, aku habis dari kantor langsung pulang saja, capek banget hari ini," sahut Nazril.
"Capek bantuin Zahra ya," goda Indra.
"Emang kamu mau bantuin dia? Gak kan?" tanya Nazril.
"Kamu tahu sendiri kerjaanku banyak Ril," sahut Indra.
"Kerjaan banyak... Tapi sempat kirim foto buat dilaporin ke Mama..." cebik Nazril.
"Hehehe...kamu tahu sendiri kan mama kamu, kalau ga diturutin pasti ga berhenti kirim pesan, sudah ah aku cabut dulu, beneran nih ga mau ikut?"
"Gak Ndra, makasih," sahut Nazril. Dan mereka berpisah di sana.
Nazril kembali ke kantor, ia kira di sana sudah sepi, namun masih ada Zahra, tadi dia tidak jadi ikut ke rumah sakit, karena tim Nazril sudah cukup banyak.
Nazril melihat Zahra sedang mendorong galon air minum, dari gudang menuju dapur, sesampainya di dapur, Zahra tampak kesulitan mengangkat galon air minum itu.
"Biar aku saja yang angkat," ucap Nazril. Zahra segera menepi memberi Nazril ruang untuk mengangkat galon pada dispenser air minum itu.
"Terima kasih Pak," ucap Zahra.
"Sudah aku bilang kalau ga ada siapapun jangan panggil pak,"
"Iya maaf Kak, Kak Aril kenapa di sini?" tanya Zahra.
"Balikin laptop kantor, sama barang-barang yang tadi buat presentasi, kamu sendiri kok belum pulang?" Nazril balik bertanya.
"I...iya, mau beberes dulu, biar besok pagi ringan kerjaannya," sahut Zahra.
"Oh, iya, kamu sudah mandi?" tanya Nazril yang melihat Zahra sudah berganti baju dan jilbab.
"Ah...iya, karena sekalian mau ngajar Tante Elsa mengaji," jawab Zahra.
"Oh, kalau begitu, bareng sama saya aja, saya mau pulang kok," ucap Nazril seraya melihat jam di pergelangan tangannya.
"Nggak kak, terima kasih, saya naik angkot saja," Zahra merasa tidak enak sehingga dia menolak ajakan Nazril.
"Ini sudah jam lima sore mana ada angkot, ikut saya," ucap Nazril. Di kota mereka, pukul lima sore memang angkot sudah tidak beroperasi.
Zahra menyerah dan mengikuti atasannya itu menuju tempat parkir.
Zahra membuka pintu tengah mobil pojero hitam itu.
"Kamu pikir aku sopir, duduk di depan," ucap Nazril.
"Maaf kak, tapi kita bukan mahram, kalau saya duduk di depan bisa terjadi fitnah, sebaiknya saya duduk belakang saja, kalau kak Nazril keberatan, biar saya naik taksi saja," ucap Zahra, dia sebenarnya ragu berbicara seperti itu. Tapi ia jadi lebih berani untuk lebih mementingkan syariat agama dari pada perintah atasannya sendiri.
"Terserah kamu saja," Nazril tidak ambil pusing, ia masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi.
Di sepanjang perjalanan tidak ada suara dalam mobil itu, sesekali Nazril melihat Zahra dari kaca mobil, gadis itu hanya diam melihat keluar jendela.
Dalam hati Nazril membatinnya... Kenapa Zahra menolak untuk duduk di sampingku, kenapa dia tidak seperti Bintang yang selalu bergelayut manja padaku.. Kenapa Zahra tidak pura-pura sakit demi mendapatkan simpatiku seperti pegawai bagian umum sebelumnya.
Hingga tak terasa mereka sampai ke kediaman Mirza Rahadian. Mama Elsa tengah menikmati senja bersama papa Mirza di teras rumah. Beliau berdua saling pandang ketika melihat Zahra dan Nazril datang bersamaan.
"Assalamualaikum," sapa Zahra, yang menangkup kedua tangan nya di depan papa Mirza, dan mencium punggung tangan mama Elsa.
"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut papa dan mama Nazril itu.
"Alhamdulillah kalian bisa datang barengan, besok barengin Zahra juga ya Ril," ucap mama Elsa.
"Iya Ma, aku ke atas dulu ya Pah, Ma," ucap Nazril yang terlihat lesu.
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu...bukannya tadi presentasi di rumah sakit berjalan lancar," ucap papa Mirza.
"Capek kali Pah, yuk Ra kita masuk, bentar lagi Maghrib," mama Elsa meraih tangan Zahra dan membawanya ke ruang tengah.
Sementara Nazril berdiam diri di balkon kamarnya. Hatinya masih tidak tenang, presentasinya di rumah sakit berjalan lancar, proyek-proyeknya akan segera dimulai, harusnya dia senang dan bahagia, tapi mengapa ia merasa ada yang kurang dari hidupnya.
Adzan Maghrib berkumandang, Nazril mendengarkannya...Deg...Entah mengapa Nazril yang biasanya cuek dengan suara adzan, hatinya kini merasa terpanggil untuk memenuhi panggilan Penciptanya itu.
Nazril segera masuk kamar dan meraih ponselnya, ia Googling tata cara berwudhu dan sholat, karena Allah yang membuatnya menjadi manusia cerdas, yang gampang mengingat sesuatu, maka dengan beberapa kali membaca, ia ingat kembali tata cara wudhu dan bacaan dalam sholat.
Nazril segera mandi dan mengambil wudhu, kemudian mendirikan sholat Maghrib. Selepas sholat, ia masih duduk di atas sajadahnya, ia rasakan hatinya jauuh merasa tenang dan sejuk. Ia rutuki kebodohannya selama ini yang bersantai-santai meninggalkan sholat. Nazril berdzikir membaca istighfar berkali-kali, dia benar-benar menyesal melewatkan waktu sholat begitu saja.
"Ya Allah, Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa hamba, ampunilah kelalaian hamba selama ini, beri hamba kesempatan Ya Allah agar hamba bisa menebus dosa-dosa hamba, mudahkanlah Ya Allah agar jiwa dan raga ini bisa kembali ke jalanMu..Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu),"
Setelah berdoa, ia keluar kamarnya, bertepatan dengan mama Elsa dan Zahra yang juga selesai sholat.
Mama Elsa terkejut, Nazril memakai baju Koko dan sarung, juga wajahnya segar bersinar seperti orang habis wudhu.
"Ril, kamu...." ucap Mama Elsa namun dihentikan oleh Nazril, ia akan malu dengan Zahra karena Zahra juga berada di sana, ia tak ingin Zahra tahu bahwa dia telah lama meninggalkan sholat.
"Ma, aku haus, mau ambil minum," ucap Nazril yang buru-buru turun meninggalkan mama Elsa dan Zahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments