Persiapan Lamaran

"Eh iya pak sebenarnya ada yang mau saya sampaikan," ucap Zahra.

"Ada apa Ra, bilang aja,"

"Sebenarnya saya mau lamaran Pak, dan pekan depan rencananya mau akad nikah sekalian, dan saya diminta resign setelah menikah, tapi saya mau resign lebih awal, karena harinya juga dekat," ujar Zahra.

"Ka...kamu mau lamaran Ra?" tanya Nazril.

"Iya Pak," sahut Zahra.

"Kalau boleh tahu siapa pria yang akan melamar mu?"

"Ustadz Yusuf," sahut Zahra.

Bak disambar petir, Nazril mendengar jawaban Zahra, Ustadz Yusuf, siapa yang tidak kenal, Ustadz muda yang banyak mengisi kajian di masjid-masjid besar, bahkan sering diundang ke luar kota. Tentu saja Nazril menciut hatinya, dia tentu saja tidak bisa menyaingi ustadz itu. Tanpa sepengetahuan Zahra, Nazril menatap nanar ke atas, menjaga agar air matanya tidak tumpah.

"Sebentar Ra, aku ada urusan mendadak, aku harus pergi," ucap Nazril meninggalkan Zahra yang masih mematung.

"Kak Aril kenapa? Apa dia sakit? Perasaan tadi baik-baik saja," gumam Zahra yang ikut keluar dari ruangan Nazril lalu duduk di tempatnya. Zahra membuat surat pengunduran diri.

Nazril mengemudikan mobilnya, ia tak tahu akan kemana membawa mobilnya, ia hanya berputar-putar mengelilingi kota itu. Air matanya tak terbendung lagi. Hatinya hancur gadis pujaan hatinya sebentar lagi akan dipinang oleh seorang ustadz.

Dan setelah satu jam Nazril menuju rumah orang tuanya. Nazril membanting pintu mobil kemudian masuk ke dalam, mama Elsa tengah membaca majalah di ruang tengah, Nazril duduk di lantai di hadapan mama Elsa, dan menangis di pangkuan ibunya itu.

"Ril, kamu kenapa? Ada apa Ril?" tanya mama Elsa panik. Namun sang putra masih terisak dan belum bisa menjawabnya, mama Elsa memberikan Nazril waktu untuk menenangkan diri, membelai rambut hitam putranya itu. Dan hatinya terasa sakit melihat putranya bersedih.

Setelah agak tenang, Nazril pindah duduk di samping mama Elsa.

"Minum Ril, ini teh mama, minumlah biar kamu lebih tenang," ucap mama Elsa yang menyodorkan secangkir teh pada Nazril.

"Makasih Ma," ucap Nazril dan meminum teh itu. Setelah agak tenang, Nazril mulai bercerita tentang Zahra.

Mama Elsa membuang nafasnya berat, ia juga merasa patah hati karena Zahra tidak bisa jadi menantunya.

"Mungkin ini memang jalan terbaik untukmu Ril, jangan terlalu bersedih," ucap mama Elsa.

"Iya Mah, aku ingin sendiri dulu, aku matikan ponsel, kalau Indra mencariku, bilang saja masalah kantor tolong dia saja yang urus, kepalaku mau pecah rasanya," ucap Nazril kemudian berjalan gontai ke kamarnya.

Di kamarnya, ia melempar dasi dan jas nya kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia kembali menangis. Mengingat cita-citanya bisa segera membawa Zahra ke kamar ini.

"Kenapa Ra, kenapa kamu dilamar orang, aku sedang belajar dan memantaskan diri untukmu, apa aku sejelek itu hingga kamu tidak bisa menungguku..." ucap Nazril yang terus menangis.

Sayup-sayup terdengar suara adzan dhuhur, Nazril membuka matanya, rupanya ia tertidur setelah capek menangis, ia segera mencuci mukanya dan berwudhu lalu pergi ke masjid untuk sholat berjamaah di sana.

"Mah, aku ke masjid dulu, Mama juga segera sholat ya," ucap Nazril yang melewati mama Elsa yang masih di ruang tengah.

"Iya Ril," mama Elsa segera mengambil wudhu dan sholat di musholla rumah.

Selepas sholat Nazril pamit kepada mama Elsa untuk kembali ke apartemennya.

"Mah, aku balik ke apartemen dulu ya," ucapnya dengan sopan seperti biasa.

"Sabar, jangan tinggalkan sholat Ril, terus meminta yang terbaik untukmu, mama juga terus mendoakan kamu, supaya segera mendapatkan jodoh terbaik," mama Elsa memeluk putra bungsunya itu.

"Aamiin, makasih Ma, aku pamit dulu, assalamualaikum," ucap Nazril seraya melepas pelukannya.

"Waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut mama Elsa.

Sesampainya di apartemen, Nazril menyibukkan diri dengan bersih-bersih apartemen miliknya itu. Nazril memilih hal-hal positif untuk menyembuhkan luka di hatinya.

Sementara itu di kantor Nazril, Indra sibuk berusaha menghubungi Nazril, rekannya itu sangat heran, tidak biasanya dia mematikan ponselnya.

"Permisi pak Indra," ucap Zahra yang menghampiri meja Indra.

"Iya Ra, ada apa?" tanya Indra yang meletakkan ponsel nya di atas meja.

"Ini surat pengunduran diri saya, saya tunggu-tunggu dari tadi pak Nazril ga kembali, saya titip ke pak Indra saja ya," ucap Zahra menyodorkan map berisi surat pengunduran dirinya.

"Kamu mau kemana, pindah kerja?" tanya Indra.

Zahra menggeleng dan tersenyum, "Saya mau lamaran dan menikah pak," ucapnya.

"Ooo..." Indra membulat mulutnya, 'rupanya ini Ril alasan kamu menghilang,' batin Indra.

"Baik, selamat ya Ra, aku tunggu undangan kamu, siapa nih pria beruntung itu?" tanya Indra.

"Ustadz Yusuf, putranya teman ayah bunda," sahut Zahra.

'Busyet, Ril, Ara nikahnya sama ustadz, pantes banget kamu kabur Ril,'

"Baik Pak, saya permisi dulu, sudah ditunggu ayah sama bunda di depan," ucap Zahra.

Rencananya hari itu, Zahra bersama ayah bundanya pergi memesan gedung dan fitting baju pengantin, memesan kue dan katering.

"Kok udah pesen-pesen aja Yah Bun?" tanya Zahra.

"Lamaran kamu diajukan besok, dan akad nikahnya pekan depan, waktunya mepet Ra, itu ustadz sudah nyari jadwal kosongnya, kalau ga pesan sekarang, kita ga bisa dapat yang bagus," tutur ayah Aziz.

"Ayah ingin, walaupun sederhana, bisa mengadakan resepsi untuk pernikahan putri ayah satu-satunya," lanjut ayah.

Zahra tersenyum, ia hanya ingin orang tuanya bahagia, walau sebenarnya hatinya masih bimbang.

Zahra sebenarnya tidak begitu bersemangat, ia belum melihat atau bertemu langsung dengan calon suaminya, namun orang tuanya sudah bersiap-siap seperti ini.

Zahra hanya tahu sosok ustadz Yusuf ketika datang ke kajian, itupun tidak melihat secara langsung, karena ustadz berada di area jamaah laki-laki, Zahra bersama jamaah perempuan hanya bisa melihat ustadz Yusuf melalui layar dan audio yang terpasang di sana.

Muncul keraguan di hati Zahra, apa benar ia akan menikah dengan lelaki yang belum pernah ia bicara dengannya.

Dan setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan, Zahra bersama ayah bundanya kembali ke rumah, di sana sudah didekorasi sedemikian rupa untuk acara lamarannya besok.

Zahra beristirahat di kamarnya, mempersiapkan dirinya untuk acara penting esok hari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!