MSG 20

”Restu? Jangan bilang kamu miminta restu untuk hubunganmu dengan adik kami?“ tanya Daniel dengan tatapan menyelidik.

Leon mengangguk. “Iya aku akan segera menikahi Sherena.” jawab Leon, sejak tadi ia menatap Theo yang tidak bereaksi sedikitpun.

Sementara Daniel ia terlihat tidak terima dengan keputusan sepupunya.

“Kak! Kamu sadar dengan apa yang barusan kamu ucapkan?” tanya Daniel lagi untuk memastikan, Leon mengangguk sambil menatapnya.

“Bukannya Kak Leon ingin meminta restu untuk berpacaran? Tapi Kakak malah ingin langsung menikahinya?” Tanya Daniel lagi dengan wajah tidak percaya. “Apa Kakak sadar kalau pacaran saja kami tidak akan merestuimu, apalagi menikah.” Lanjut Daniel.

“Aku merestui pernikahan kalian, jadi lakukanlah secepatnya.” Ucap Theo yang sejak tadi hanya diam mendengar Daniel yang berusaha menolak pernikahan sang adik.

Daniel langsung menoleh pada sang Kakak. “Kak Theo! Apa yang salah dengan mu? Mereka akan menikah, Kakak yakin?” Tanya Daniel, dia paling bingung karena biasanya Theo lah yang paling menentang hubungan Leon dengan Sherena.

“Aku tau Daniel, aku merestuinya jadi kau tidak perlu menghalangi lagi hubungan mereka.” Ucap Theo, Theo pun berdia dan menatap Leon yang duduk menatapnya.

“Dan kau, aku merestui pernikahan ini bukan berarti aku memberikan adikku sepenuhnya padamu. Kalian berdua akan masih ku awasi, dan jangan berani-berani menyakiti adik perempuanku satu-satunya.” Ancam Theo dengan sorot mata tajamnya.

Leon menatap Theo tak kalah tajam, ia pun berdiri dan merapihkan jam tangannya. “Baik Kakak ipar, Terimakasih atas restunya.” Ucap Leon sambil tersenyum kepada Theo dan Daniel bergantian.

Leon pun pergi lebih dulu meninggalkan kedua orang itu, sementara Daniel mengejar Theo yang hendak meninggalkannya.

“Kak, ada apa ini? Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?” Tanya Daniel sambil mengekori sang Kakak yang sedang menaiki anak tangga.

Sementara Leon berjalan menuju ruangan lain dimana ada calon isterinya yang sedang bercengkrama dengan orang tuanya.

“Sher, ayo.” Ajak Leon. Seliruh orang menatap ke arahnya.

“Mau kemana? Kami sedang membicarakan soal pernikahanmu dengan Sherena, Leon.” Ucap Ayah Adnan.

“Iya Kak, kemarilah sayang. Bunda ingin bicara tentang tanggal pernikahan.” Ucap Bunda Alika.

“Bunda, tentang tanggal pernikahan aku tidak ingin berlama-lama lagi jadi tolong atur secepat mungkin. Dan untuk acara pernikahan aku serahkan pada Bunda dan Mami juga…” ucapan Leon terjeda seraya menatap gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi isterinya. “Sherena. Aku ingin pertanya sesuai keinginan calon isteriku.” Ucap Leon.

Sherena yang sejak tadi hanya diam menatapnya kini pipinya mulai merona bersamaan dengan senyum yang mengembang. Sherena pun berdiri dan mendekati Leon.

“Ada hal yang mendesak yang harus kami lakukan, jadi sisanya aku ingin kalian menguruhnya.” Ucap Leon lalu menautkan jemarinya di jemari Sherena dan membawa pergi wanita itu.

Sherena hanya senyum-senyum sendiri sambil mengikuti langkah kaki Leon, matanya berbinar menatap punggung lebar milik calon suaminya.

Bayangan Sherena adalah Leon yang berjalan tanpa mengenakan baju, sungguh Sherena ingin menyentuh punggung dan otot lengan Leon yang sangat menggoda.

“Hei…” panggil Leon karena sejak tadi Sherena tidak menjawab panggilannya, Sherena menatap kanan dan kiri. Rupanya mereka sudah sampai di parkiran, Leon sejak tadi membuka pintu mobil dan menyuruh Sherena masuk namun gadis cantik itu malah tersenyum-senyum sendiri menatap Leon.

“Ayo masuk atau kamu gak usah ikut.” Ucap Leon, tanpa basa basi Sherena pun langsung masuk ke dalam mobil. Leon segera menutup pintu mobil Sherena dan segera berlari mengitari mobil miliknya dan masuk di kursi pengemudi.

Leon segera melajukan kendaraannya, bersama Sherena yang masih terpesona menatapnya.

“Jangan menatapku seperti itu, lihat ke depan.” Ucap Leon namun Sherena tidak mau mendengar ucapannya dia tetap tersenyum menatap Leon.

Leon yang di tatap jadi salah tingkah sendiri, ia pun berusaha menahan rasa gugupnya.

“Baby, berhentilah menatapku.” Ucap Leon dengan lembut.

“Iya Baby.” Jawab Sherena tanpa sadar, namun sedetik kemudian ia menggosok-gosok telinganya dengan kedua telapak tangannya. “Apa tadi bilang apa Kak?” Tanya Sherena.

“Baby, berhentilah menatapku.” Ucap Leon lagi masih pokus menatap jalanan yang di laluinya.

Sherena tersenyum malu. “Baiklah kalau begitu Sayang.” Ucap Sherena, ia pun menghadap ke depan. “Memangnya kita akan pergi ke mana sayang?” Tanya Sherena lagi.

“Membeli cincin untuk pernikahan kita.” Ucap Leon, karena hanya itulah yang dia bisa lakukan saat ini karena dia tidak sempat membuat lamaran yang layak untuk wanitanya.

“Oh, aku kira orang tua kita yang akan mengurusnya.” Ucap Sherena.

Leon pun menoleh ke arahnya, tangannya terangkat untuk pengelus lembut rambut wanitanya.

“Maaf karena tidak bisa melamarmu dengan layak.” Ucap Leon dengan wajah sendu.

Sherena mengangguk.

“Tidak apa-apa sayangku, asal kabulkan keinginanku kali ini.” Ucap Sherena.

Leon menarik kembali tangannya lalu menatap serius Sherena.

“Kecuali bercinta, aku akan melakukan apapun untukmu Sher.” Ucap Leon, dia takut jika Sherena menginginkan hal-hal aneh sebelum keduanya sah menjadi sepasang suami isteri.

“Cium aku, penuh kasih sayang.” Ucap Sherena sambil mengulum senyum dengan tatapan penuh cinta.

Leon pun tersedak ludaknya sendiri sampai ia mendadak menginjak rem dan menatap Sherena.

“Ekhmm…” dehamnya ia menggaruk lehernya sendiri sambil kembali menjalankan kendaraannya.

Sherena pun menghela nafasnya pasrah, ia tau betul jika Leon akan menolaknya walau hubungan mereka berdua sudah jauh lebih dari sekedar sepupu.

“Kalau begitu jangan terlalu memaksakan diri.” Ucap Sherena dengan raut wajah sedih, ia pun mengambil ponselnya agar terlihat sibuk.

“Kemarilah.” Ucap Leon saat ia sudah menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Sherena pun menatap ke arah Leon, ia lalu menatap sekeliling mobilnya. Sherena tersenyum saat sadar kendaraan yang ia tumpangi kini sudah berhenti. “Lihat aku.” Ucap Leon tangannya menarik wajah Sherena agar menghadapnya.

“Aku akan kabulkan keinginanmu barusan.” Ucap Leon, Sherena pun tersenyum sambil mengangguk. Wajahnya sudah mulai memerah, ia pun memajukan bibirnya dan hendak mencium calon suaminya.

“Sherena, apa kamu sadar jika bibirmu itu sangat indah?” Ucap Leon ia mengusap bibir Sherena dengan ibu jarinya, tubuh mereka saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat karena posisi Sherena sudah menyondong ke arah Leon.

Mendengar pujian pertama Leon membuat tubuh Sherena seketika berdesir, ia ingin kembali mendengar hal yang lebih dari itu.

“Lalu?” Tanya Sherena.

“Kamu sangat cantik.” Ucap Leon jujur.

Wajah Sherena seketika merona, ia tidak tahan untuk tidak menerkam calon suaminya.

“Maafkan aku sayang, tapi aku tidak tahan jika tidak menerkam dirimu saat ini juga.” Ucap Sherena kaki Sherena pun naik ke kursi dan ia meloncat ke tubuh Leon, ia duduk menghadap calon suaminya di atas pangkun pria itu.

Sherena hendak mencium Leon namun kedua tangan Leon menahan kedua pundak Sherena.

“Aku baru tau kalau kamu sangat liar, Sherena.” Ucap Leon, karena setelah ia pikir-pikir semakin Sherena dewasa gadis ini tumbuh semakin meresahkan.

“Apa Kakak tidak suka?” Tanya Sherena, ia terlihat hawatir dengan pendapat yang akan di ucapkan Leon.

Wajah Leon sedikit mendekat di telinga Sherena, ia lalu berbisik dengan senyum smirk.

“Kamu boleh semakin liar saat sudah menjadi isteriku.” Bisik Leon dengan sensual sampai membuat tubuh Sherena berdeser seketika.

Wajah Sherena semakin merona dengan dada yang berdebar kencang, otaknya sudah mulai berfantasi melebihi batas normal manusia.

Lalu tiba-tiba matanya terpenjam, tubuhnya seketika menegang saat merasakan sensasi aneh saat Leon tiba-tiba mengecup leher Sherena.

“Euh… kak. Ini—“ Sherena sampai tidak bisa berkata-kata karena terlalu dalam menikmati hidapan lembut yang di lakukan calon suaminya.

“Selesai…” ucap Leon tiba-tiba, ia mengangkat tubuh Sherena untuk kembali duduk di kursinya.

Sherena tanpak bingung dengan wajah sayunya, ia tidak terima dengan Leon yang tiba-tiba menghentikan kegiatannya barusan.

“Kak? Apa ini? Kenapa sudah selesai? Kita bahkan belum berciuman.” Protes Sherena.

“Sudah, ini adalah tanda kalau kamu adalah wanitaku.” Ucap Leon sambil menunjuk leher Sherena yang terdapat tanda kepemilikannya. “Jangan lakukan hal seperti tadi, sudah ku bilang kalau kita akan melakukan itu saat malam pertama.” Ucap Leon ia segera melajukan mobilnya.

Sementara Sherena ia memunggungi Leon dengan wajah sedihnya dan menatap langit lewat kaca mobil.

“Padahal tadi itu sangat enak.” Gumamnya dengan wajah sedih, ia senang karena bisa merasakan sensasi aneh yang baru pertama kali ia rasakan. “Jadi ingin cepat-cepat malam pertama.” Ucapnya.

.

To be continued…

Btw mulai besok dan beberapa hari kedepan aku up 1 bab yah🤭 sohalnya mau nimbun bab buat bonus episode di novel Mas Theo 🤭

Terpopuler

Comments

Retno Putri Astrini

Retno Putri Astrini

heleehhhh kau aja k kayla dulu mcam mn theoooo

2024-05-13

2

Anita Anita

Anita Anita

waduh sungguh meresahkan....kamu serena

2024-02-16

0

Efvi Ulyaniek

Efvi Ulyaniek

waduhhh Serena bener"meresahkan...nyosor aja kerjaannya harus kuat iman si leon

2023-12-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!