MSG 4

Leon memukul stir mobilnya dengan keras, ia bahkan membenturkan jidatnya di stir mobil milik asistennya, mulut dan hatinya memang tidak sejalan sampai membuat Leon menyesal sudah membuat wanitanya bersedih.

“Kamu benar Sher, aku memang pecundang.” Ucap Leon sambil meremat dadanya yang terasa nyeri.

Ia mengingat kejadian dua hari lalu, di mana dirinya terus berusaha menemui Sherena saat wanita itu tidak sadarkan diri.

Flashback On.

Leon datang ke kediaman keluarga Felix, namun ia bahkan tidak sempat melihat Sherena. Karena Mam Eria dan kedua anak laki-lakinya lah yang menemui dirinya, bahkan dokter yang merawat Sherena pun bukan lagi dirinya.

“Aku ingin menemui Sherena Mam.” Ucap Leon saat Mam Eria terus menerus menanyakan kabar pertunangannya dan meminta maaf kepada dirinya.

“Leon, Mam bukan tidak suka kamu menemui Sherena. Mam hanya tidak ingin kamu terus membuat Sherena nyaman dan membuat dia terus menempel kepadamu.” Ucap Mam Eria. “Itu tidak baik untuk kalian berdua.” Lanjutnya.

“Aku sendiri memang sudah nyaman dengan Sherena Mam, dan—“

“Leon, jangan pernah berpikir jika ucapan Sherena itu tulus. Dia masih kecil dan pola pikirnya masih kekanak-kanakan, ia masih labil. Mam yakin jika dia menyukaimu hanya sesaat, dia hanya terbiasa denganmu karena kalian sudah biasa bersama. Karena itulah Mam juga tidak ingin membuatmu terluka jika suatu saat nanti sherena memiliki kekasih yang sebaya dengannya. Terlebih Mam tidak mau hubungan kalian membuat hubungan keluarga kita berantakan.” Ucap Mam Eria jujur.

Leon terdiam.

“Pulanglah Nak, Sherena baik-baik saja karena sudah ada dokter yang mengurusnya.” Ucap Mam Eria, dia pun bangkin dari duduknya dan pergi.

Sementara Daniel dan Theo yang sejak tadi ikut duduk di samping Maminya, Daniel lebih memilih pergi mengikuti Maminya. Sementara Theo kini menatap ke arah Leon dengan tatapan tajam.

“Sudah 10 tahun berlalu, tapi aku masih sangat ingat kejadian waktu itu. Dan sampai detik ini aku tetap tidak akan merestui hubungan kalian.” Ucap Theo, Leon hanya menggosok wajahnya pelan dan berusaha tidak menunjukan rasa frustasinya.

Lagi-lagi Theo mengingatkan kesalahan dirinya di masa lalu, hal yang membuat Theo tidak mempercayai dirinya.

“Aku tau dan aku masih ingat, jadi diamlah jangan mmebuatku mengingat kejadian itu.” Ucap Leon dengan wajah kesalnya. “Lagian itu bukan kesalahan, aku tidak pernah menyesal dengan apa yang ku lakukan waktu itu. Karena aku memang mencintai adikmu.” Ucap Leon kesal.

“Mencintai? Mencintai anak kecil berumur 10 tahun maksudmu? Hei itu namanya pelec3han, bukan mencintai. Umur kamu waktu itu sudah 19 tahun dan aneh jika mencintai anak kecil berumur 10 tahun.” Ucap Theo dengan kesal, dulu ia bahkan menonjok Leon saat tertangkap basah sedang mencium bibir adiknya yang sedang tertidur.

“Ya ampun Theo, itu sudah lama. Lagipula, waktu itu aku masih ngantuk dan dalam keadaan setengah sadar. Dan satu lagi, kamu sendiri menikahi wanita lebih muda 10 tahun darimu, jadi kita sama saja.” Ucap Leon, ia balik membalas Theo.

Leon pun berdiri untuk pergi, dengan segera Theo mengikuti Leon yang sudha berjalan menuju pintu utama.

“Itu beda lagi! Aku mencintai istriku saat sudah besar, bukan dari umur dia kecil sepertimu yang mencintai Sherena sejak kecil kamu tidak normal!” Pekik Theo tidak mau kalah. “Aku ingatkan kamu sekali lagi, jika masih mendekati Sherena! Kami benar-benar akan membuat dia sekolah di luar negeri agar kamu tidak bisa bertemu dengannya dan tentunya aku akan menyebarkan cerita jika kamu melec3hkan adikku 10 tahun lalu!” Ancam Theo lagi.

Flashback Off.

Leon terus terlihat frustasi sampai membuat bingung asisten pribadinya yang sejak tadi duduk di kursi penumpang.

“Tuan, biar saya yang menyetir.” Ucap Rifal, ia terlihat takut karena jika Leon sedang frustasi seperti ini pria itu selalu kebur-kebutan di jalan.

Leon menatap ke samping dengan tatapan horor. “Aku kan tidak sedang menyetir! Kita tunggu sampai Sherena keluar.” Ucap Leon. Karena kini mereka sedang memantau kediaman Felix dengan memakai mobil asistennya, karena jika memakai mobil dirinya sudah pasti ketahuan.

“Memangnya dia bakalan keluar?” Tanya Rifal bingung, karena seingatnya beberapa hari ini Leon sudah memblokir nomor Sherena sampai membuatnya kesal sendiri padahal dirinya sendiri yang memblokir nomor wanita itu.

“Sudahlah diam dan lihat saja.” Ucap Leon.

Sementara di dalam kediaman Felix, kini terlihat Sherena yang berjalan keluar rumah sambil menggerek dua koper di tangannya.

“Kamu yakin akan hidup mandiri tanpa ini?” Tanya Mam Eria tidak percaya. Ia bahkan memamerkan beberapa kartu Debit dma Kartu credit anak gadisnya, tidak lupa dengan kunci mobil.

Sherena menatap kesal Maminya, ia melihat kunci mobil yang memag sudah tidak penting untuknya karena selama ini ia selalu di antar Leon kemanapun. Sementara Kartu Debitnya, ya setidak nya ia sekarang memiliki donatur untuk beberapa bulan ke depan.

“Tidak perlu, aku benar-benar akan hidup mandiri dan bekerja sendiri untuk mencari uang.” Ucap Sherena dengan percaya diri.

Namun ucapan Sherena malah membuat Papi Ben khawatir. “Setidaknya ambil ini satu, dan beri kabar Papi di mana kamu tinggal.” Ucapnya sambil menyodorkan kartu Debit. “Lebih bagus lagi kalau kamu tinggal di apartemen yang nyaman, Papi pasti tenang.” Ucap Papi Ben sampai membuat Mam Eria menatap sinis ke padanya.

“Papi, kenapa malah modalin dia buat kabur?” Ucap Mami Eria.

“Biarkan dia hidup mandiri, tapi jangan samapi menbuat dia menderita juga.” Ucap Papi Ben yang selalu memanjakan Sherena.

“Sudah cukup! Kalian jangan mencariku, aku juga tidak butuh kartu itu aku bisa hidup mandiri tanpa bantuan kalian. Aku hanya akan kembali jika kalian sudah merestuiku dengan Kak Leon.” Ucap Sherena dengan raut wajah kecewa.

“Iya lakukanlah, tapi kamu boleh kembali jika kamu sudah menyerah dengan obsesimu itu Sherena.” Ucap Mam Eria.

“Sudah ku bilang kalau aku mencintainya Mam, ini bukan obsesi tapi cinta! Mami tau cinta kan?” Tanya Sherena kesal. “Sudahlah Mami tidak mengerti apa itu cinta, karena cinta hanya tumbuh pada orang-orang yang tulus sepertiku.” Ucap Sherena ia pun berjalan meninggalkan kedua orang tuanya.

Namun langkahnya terhenti.

“Ada apa? Kamu sudah menyerah?” Tanya Mam Eria.

“Tidak.” Jawabnya sambil memalingkan eajahnya dari Mami Eria, ia lalu menatap Papinya.

“Papi, tolong bialng pak ujang antarkan aku sampai halte terdekat.” Ucap Sherena tanpa rasa malu.

Mami Eria mendengus tidak percaya dengan tingalh anak bungsunya itu.

“Tentu saja Nak.” Ucap Papi Ben.

“Papi! Kenapa masih menolong anak yang berani membantah kita.” Ucap Mami Eria.

Papi Ben tidak memperdulikan ucapan isterinya, ia malah memanggil pak ujang untuk mebgantar anaknya.

.

To be continued…

*Heheh maaf baru bisa up *🤭 kemarin ada tumbuh jerawat di kening jd sakit kepala sampe gak bisa konsentrasi buat ngetik wkwkkw.

Semoga gak bosen dengan cerita baruku hihi.

Terpopuler

Comments

s

s

tingkah

2024-11-07

0

Mariesta Lennora

Mariesta Lennora

cerita nya lucu tor .....menarik .m

2024-01-24

3

moerni🍉🍉

moerni🍉🍉

wkwkwkwk...haiii thorrr...ak hadir ...absennya telat tapi

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!