Entah sejak kapan pelukan yang sejak tadi di lakukannya mulai membuat Leon tegang, kini Sherena berjalan maju seiring dengan langkah kaki Leon yang melangkah mundur.
Leon terlihat tegang dengan tingkah Sherena yang mulai membuatnya gelisah. “Sebaiknya kita tidak lakukan ini dulu, Sher.” Tolak Leon, ia kini berada di sudut dinding dengan tubuh yang terhimpit oleh tubuh Sherena.
“Bukankah tadi Kakak bilang mencintaiku? Apa salahnya kakak buktikan sekarang jika benar mencintaiku.” Tantang Sherena, Leon menelan salivanya sudah saat kedua dada milik Sherena menempel di dadanya.
“Mencintai seseorang itu tidak harus di buktikan dengan melakukan itu Sher.” Ucap Leon sambil memalingkan wajahnya. Sejak tadi Sherena membujuk Leon dan mengajak pria itu mengambil jalan alternatif untuk segera di restui dengan alasan mempertanyakan cinta Leon karena tidak mau menyentuh Sherena.
“Tapi aku membutuhkan bukti, aku perlu bukti agar aku tenang.” Ucap Sherena, dengan wajah sedihnya. Namun tangannya tidak tinggal diam ia terus menggerayangi dada Leon dan kini beralih ke leher pria itu.
Jakun Leon naik turun, ia merasakan desiran aneh di sekujur tubuhnya dengan sesuatu yang mulai sesak di bawah sana.
“Aku tidak peduli apapun, aku sudah tidka bisa melihatmu di jodohkan lagi.” Ucap Sherena ia dengan cepat membuka kancing kemeja Leon satu-persatu sambil mencium dada bidang pria itu.
Leon dengan celat mengangkat tubuh Sherena dan membawanya ke atas ranjang, pria itu kini menindih tubuh Sherena dan menyekal kedua pergelangan tangan Sherena di atas kepala gadis itu.
“Jangan mebangunkan gairahku Sher, ini sangat berbahaya.” Ucap Leon.
Gadis yang ada di bawah tubuhnya malah menggerakan pahanya berusaha menggoda bagian baeah Leon, seketika Leon pun mengerjap dengan tubuh yang mulai menegang.
“Sial!” Pekiknya kecil, ia langsung mencium bibir ranum Sherena bahkan Leon menggigit bibir itu dan ciuman itu semakin menuntut wanitanya.
“Euhh…” lenguh Sherena sambil tersenyum, akhirnya moment yang di inginkan Sherena datang juga. Ia mengambil kesempatan untuk lepas dari cengkraman Leon dan dengan cepat ikut menyentuh tubuh Leon.
Leonn masih berushaa menahan tangannya untuk tidka menggerayangi tubuh mungil Sherena ynag berada di bawahnya, ia masih berada di batas normal yaitu mencium Sherena walau ciuman itu semakin panas.
Bukannya melenguh Sherena malah terdengar meringis sampai membuat Leon menghentikan ciumannya.
“Kenapa? Sakit yah? Maaf.” Ucap Leon sambil menyentuh bibir Sherena pelan dengan wajah sayu yang tertutup gaiirah, Leon masih berushaa menahan dirinya agar tidak melakukan lebih.
Sherena mengangguk. “Sakit tapi bukan bibir.” Jawab Sherena karena Leon terus menyentuh lembut bibirnya yang tadi di gigit Leon.
“Bagian mana yang sakit?” Tanya Leon khawatir.
“Perutku sakit, sepertinya tuhan berkata lain.” Ucap Sherena, Leon menyentuh perut Sherena dam membelainya lembut. Ia tidak mengerti apa arti ucapan gadis cantiknya.
“Tunggu sebentar.” Ucap Sherena ia bangkit dari tidurnya, Leon segera beralih ke samping samil menatap Sherena dengan bingung karena tiba-tiba suasana panas tadi berubah begitu saja.
Sherena hendak mengintip celana yang di kenakannya tanpa memperdulikan Leon yang masih duduk menatapnya.
“Sherena! Apa yang kamu lakukan.” Ucap Leon kaget, ia segera berbalik agar tidak melihat apa yang akan di lakukan Sherena.
“Ayang…” panggil Sherena sambil menangis. “Aku datang bulan.” Ucapnya lagi.
“Gagal sudah rencanaku!” Pekik Sherena dalma hatinya.
Leon bergegas memeluk Sherena agar tidak menangis, dan berushaa menenangkan gadis itu.
Walau Leon sedikit kecewa, tapi ia sangat bersyukur karena Tuhan sudah mengingatkan dirinya untuk mebghentikan hal yang akan membuatnya menyesal di kemudian hari.
“Istirahatlah, aku akan mengambil air hangat untuk mu.” Ucap Leon, Sherena pun kembali membaringkan tubuhnya walau terasa tidak nyaman.
Sementara Leon kini bersembunyi di balik pintu dan hanya mengeluarkan kepalanya untuk melihat kondisi di sekitar kamar Aziel.
Ia melirik ke kiri dan ke kanan, lalu keluar dari kamar setelah dirasa jika tidak ada kedua orang tuannya.
“Arsen.” Ucap Leon saat melihat pria itu duduk di ruangan di samping kamar Aziel.
“Ada apa Kak?” Tanyanya.
Leon mengambil pensil dna buku mikik Arsen yanga da di atas meja, ia menulis beberapa kata di buku itu lalu menyobeknya.
“Tolong belikan barang ini sekarang juga.” Ucap Leon sambil melempar salah satu kartu debit yang ada di dompetnya.
Arsen melingo menatap apa saja yang harus dia beli. “Kak! Kau yakin menyuruhku? Aku sedang mengerjakan proyek besar.” Teriak Arsen saat Leon berjalan meninggalkannya. “Ih sialan! Sherena kenapa kau selalu menyusahkanku.” Pekiknya.
Arsen lalu berjalan ke arah kamar Reyno, Ia melihat Reyno yang sedang belajar di meja belajarnya. Lalu menatap adik bungsunya yang duduk sambil memeluk ps.
“Apa yang kau lakukan? Bukannya kak Leon menyuruhmu belajar?” Tanya Arsen pada Aziel.
“Bagaimana aku bisa belajar jika aku di larang masuk kedalam kamarku sendiri.” Keluhnya.
Arsen tersenyum. “Kalian berdua pergilah dan belikan barang ini.” Ucap Arsen. “Rey berhentilah pura/pura belajar, cepat kemari!”
Reyno yang sedang pokus belajar seketika langsung menatap sang Kakak. “Apa ada uang jalanya?” Tanya Reyno.
“Pakai saja semua uang yang ada di kartu ini, tapi jangan samapi lupa pesannan pak dokter.” Ucap Aresen sambil tersenyum miring.
“Hei, Kak Leon akan marah kalau kita habiskan uang di atmnya.” Ucap Aziel takut.
“Dia tidak peduli tentang uang jika menyangkut Kakak iparmu.” Ucap Arsen. “Lagian, apa kalian tidka curiga dengan hubungan mereka? Kalian bisa memanfaatkan itu untuk mencari keuntungan dari Kakakmu itu.” Ucap Arsenio, ia pun berlalu begitu saja dari hadapan kedua adiknya.
Sementara Reyno dan Aziel saling tatap, detik itu juga mereka nerdua saling tersenyum.
“Lumayan, ayo cepat Ziel.” Ajak Reyno ia bergegas mengambil jaketnya dan mengajak sang adik pergi keluar untuk mencari benda yang di butuhkan Kakaknya.
“Kak Kau yakin berani membeli ini?” Tanya Aziel yang memegang catatan dan atm milik kakaknya.
“Demi uang apapun akan aku lakukan.” Ucap Reyno, ia sangat membutuhkan uang untuk mentraktir wanita-wanita yang sedang ia kencani. Karena Leon juga dirinya tidak bisa mendapatkan jatah bulanan seperti biasnaya, karena nilainya jelek.
“Ais!” Keluh Aziel, kenapa jantungnya berdebar hanya karena ia harus membeli pembalut dan minuman kunyit itu, pikirnya.
“Awas saja kalau sampai kita tidak dpaat uang jajan, kamu harus membayarnya Sherena.” Pekik Aziel karena wanita itulah yang selalu membuat Aziel tertekan selama ini karena Leon selalu membela Sherena di banding dirinya.
.
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rifa Endro
penyiksaan terkejam pada kaum Adam adalah. nyuruh mereka membeli pembalut wanita. jangan lupa ziel, yang ada sayapnya. 🤭
2023-12-02
4
jaran goyang
𝑜𝑎𝑙𝑎 𝑛𝑎𝑠𝑖𝑏" 𝑎𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑔 𝑚𝑙𝑎𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑔𝑛 𝑘𝑘 𝑖𝑝𝑎𝑟 𝑛𝑦🤣🤣🤣🤣
2023-11-24
2
jaran goyang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-24
3