MSG 16

Reyno dan Aziel saling dorong, mereka tidak ada yang mau menghadap Leon. Keduanya malah berdiri di depan ointu kamar Aziel.

“Kak kamu saja, aku tidak berani.” Ucap Aziel pada Reyno.

“Ambil ini kamu saja, aku tidak mau menemui pak dokter.” Ucap Rey, ia memberikan semua barang itu dan hendak pergi dari tempat itu.

“Aku tidak akan membagi uang itu jika Kak Leon memberiku uang.” Ancam Aziel sampai menbuat Rey kembali berjalan ke arahnya sambil tersenyum.

Ia langsung mengetuk pintu dan berdembunyi di samping Aziel di balik tembol.

“Kau ini menyebalkan.”

“Aku sudha menbantumu, jadi jangan sampai aku tidak dapat jatah.” Ucap Rey.

“Kenapa lama sekali.” Ucap Leon saat sudah membuka pintunya. Aziel langsung tersenyum kaku, sambil menyodorkan paperbag berisi barang pesanan Leon.

Pak dokter pun langsung kembali masuk namun Axiel menahan pintu itu agar tetap terbuka.

“Ada apa lagi?” Tanya Leon dengan tatapan tajamnya. “Sudah belajar? Mana nilai ujian mu kemarin?” Tanya Leon.

“Kak ayolah ini hari libur jangan bahas itu.” Ucap Aziel, si bungsu melotot ke arah Rey yang hanya menertawakan dirinya di balik tembok. “Aku minta uang.” Ucap Aziel langsung.

“Iya Kakak akan memberimu uang, jika nilaimu bagus. Jadi kembali lah belajar.” Ucap Leon ia hendak kembali melangkah namun langkah nya terhenti saat mendengar ucapan Aziel.

“Aku akan memberi tahu Mom jika di kamarku Kak Leon berduaan dengan Sherena bahkan kalian berpelukan seperti sepasang kekasih, aku menghubunginya agar dia tidak jadi nginet di rumah Mom—“ ucapannya terhenti saat Leon menarik ponsel milik Aziel.

“Jangan berani macam-macam.” Ucap Leon ia memberikan lagi ponsel itu setelah mematikan sambungan telpon Aziel, lalu membuka dompetnya dan memberi seluruh uang cash yang ada di dompet miliknya.

“Wah terimakasih Kak.” Ucap Rey ia lebih dulu mengambil semua uang itu.

“Sialan!” Pekik Aziel pada Reyno.

“Kak, kenapa kalian tidak pindah di kamarmu saja atau kamar Sherena yang biasa dia tempati di rumah ini, aku ingin masuk kamar.” Keluh Aziel.

“Sudahlah malam ini kamu tidur di kamar lain, dan jangan banyak bicara. Aku tidak mungkin membawa Sherena tidur di kamaku atau kamarnya.” Ucap Leon sambil mengeluarkan atm lain untuk di berikan Aziel agar tidak banyak mengeluh lalu ia masuk kedalam kamar.

Aziel tentu senang. “Memang apa bedanya kamarnya atau kamar Sherena, toh sama-sama kamar.” Ucap Aziel.

Sherena sendiri memiliki kamar di kediaman Gerald karena memang ia sudah di anggap anak sendiri oleh Bunda Alika dan Ayah Adnan. Apalagi Sherena lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah ini bersama Leon.

Leon berjalan mendekati sherena yang terlihat pucat, Leon sudah terbiasa merawat Sherena yang sedang datang bulan jadi dia sudah tau apa yang harus di lakukannya.

“Ayo cepat ganti pakaianmu Sher, dan pakai ini.” Ucap Leon sambil mengulurkan paperbag.

“Ayang, kapan kamu akan memanggilku dengan panggilan sayang?” Tanya Sherena karena sejak tadi ia sudha risih dengan nama tampa embel-embel sayang.

“Iya nanti sekarang kamu ganti pakaian dulu.” Ucap Leon, ia menggendong Sherena dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi, sementara dirinya menunggu di luar dan membawa Sherena kembali ke atas ranjang saat Sherena selesai berganti pakaian dan memakai pembalut.

“Mau makan coklat? Atau air hangat?” Tanya Leon saat tubuh Sherena sudah berbaring di atas ranjang.

Sherena menggelengkan kepalanya. “Pengen Ayang panggil aku Ayang juga.” Ucap Sherena dengan manja.

Leon menggelang. “Itu sangat menggelikan Sher aku tidak biasa.” Ucap Leon. Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika ketiga andiknya tidak sengaja mendengar dirinya memanggil ‘Ayang’ pada Sherena.

“Tapi aku mau, bercinta gak mau, panggil Ayang gak mau, terus aku harus percaya kalau kakak menyukaiku juga?” Ucap Sherena sambil menarik leon agar merebahkan tubuhnya dan memeluk tubuh Leon dengan wajah yang di tenggelamkan di dada bidang pak dokter.

“Baby… bagaimana kalau Baby.” Ucap Leon tanpa pikir panjang, daripada ia harus memanggil kata yang menggelikan seperti itu, kata ‘Baby’ lebih baik dari pada yang sebelumnya.

Sherena mendongak dengan bibir yang mengembang. “Tapi bukan babi yang hidungnya begini kan?” Tanya Sherena sambil menekan hidung bawahnay membuat hidung nya terlihat percis seperti seekor babi.

Leon tersenyum. “Kalian memang mirip.” Ucap Leon lalu memeluk Sherena erat dan mengabaikan Sherena yang sedang protes padanya.

*

Di kediaman Mom Aily, beberapa anggota lain tengah nginap di mansion utama itu. Mereka biasnaya berbincang santai jiak sedang berkumpul, namun malam ini suasana sedikit panas karena Mikayla terus menerus membujuk anggota keluarga untuk merestui hubungan Leon dengan Sherena.

“Tapi Kay, Mami gak mau jika hubungan mereka kandas di tengah jalan dan membuat hubungan keluarga kita berantakan, apalagi Sherena masih sangat muda dan bisa saja dia sewaktu-waktu berubah pikiran karena masih labil kasian Leon.” Ucap Mam Eria.

Sementara bunda Alika dia hanya diam, bunda Alika tidak terlalu menghawatirkan hal itu karena dia percaya anaknya akan bisa membimbing Sherena yang masih muda.

“Mam, lihat aku. Saat itu aku juga masih sangat muda untuk menikah apalagi umur kita juga jauh berbeda. Tapi aku tidak labil seperti yang Mami pikirkan. Aku percaya jika Sherena mencintai Kak Leon bukan untuk sesaat.” Ucap Mikayla.

“Aku setuju.” Ucap Penelope dan Lilac.

Sementara Theo sejak tadi diam memikirkan ucapan Leon jika pria itu akan membawa kabur Sherena dan mengajaknya kawin lari.

“Sayang.” Panggil Mikayla dia kembali ingin membujuk suaminya.

“Jangan mendekat jika kamu cuma ingin membujukku.” Ucap Theo. Mikayla langsung mendelik dna pergi bangkin dari duduknya.

Ia sudah sangat lelah membujuk suami dan keluarganya itu.

Theo yang sadar jika isterinya marah, ia pun berjalan mengikuti Mikayla.

“Sayang mau kemana, mereka masih kumpul di sana.” Ucap Theo.

“Aku mau tidur aku lelah.” Ucap Mikayla saat membuka pintu kamar yang biasa mereka tempati di kendiaman Estevan. “Jangan berani masuk ke dalam jika kamu masih bertentangan denganku.” Ucap Mikayla ia masuk dan menutup pintu dengan keras sampai Theo mengelus dadanya sendiri.

Theo membuka pintu kamar itu.

“Jangan masuk! Tidur di luar!” Teriak Mikayla sampai membuat Theo kaget dna menutup pintunya kembali.

Di lorong itu terlihat Daniel tersenyum ke arahnya dengan Cery yang menggandeng dirinya.

“Yang sabar Kak, sebaiknya minta kamar baru untuk malam ini.” Ucap Daniel sambil menepuk pundak kakaknya itu dengan santai sambil melewati pria yang tenagh menahan amarah itu.

Sementara Daniel tertawa sambil berlalu bersama isteri tercintanya.

“Sayang, jangan begitu pada kakakmu.” Ucap Cery.

“Biarkan saja, dia juga suka mengejekku.” Ucap Daneil sambil mengecup bibir mungil isterinya.

.

To be continued…

Terpopuler

Comments

Ramizah Alya

Ramizah Alya

woo

2023-12-25

1

AR Althafunisa

AR Althafunisa

Aneh, Mikayla sama Cery ja masih muda banget waktu di nikahin anak-anaknya. Kenapa giliran Sherena di tentang 😌😅

2023-12-05

2

Rifa Endro

Rifa Endro

theo !! nikmati kemarahan istrimu

2023-12-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!