Tatapan Sherena sungguh membuatnya tak berdaya, dia berhenti mentoyor gadis cantiknya.
“Ayo ke luar, ada yang harus aku bicarakan denganmu. Tapi kamu harus isi perutmu lebih dulu.” Ucap Leon, ia lebih dulu berjalan meninggalkan Sherena.
Sherena sendiri mengekori Leon sambil menyentuh perutnya dan menatap perut rata miliknya. “Isi apa? Isi bayi?” Tanya Sherena asal.
Sungguh Sherena selalu memancing amarah Leon, namun hal itu juga secara bersamaan membuat Leon gemas sendiri pada Sherena dan membuatnya ingin memeluk, mencium dan bahkan menerkam Nona cantiknya. Namun iman Leon terlalu kuat untuk menahan hasrattnya selama bertahun-tahun lamanya mengenal Sherena.
Leon tersenyum miring melihat mata Sherena yang berbinar, Sherena dengan sigap duduk cantik dan langsung menyantap makananya. Walau tubuhnya kecil, Sherena selalu kalah pada yang namanya makanan. Karena itulah Leon selalu memberi Sherena makan agar tidak lagi menggodanya. Apalagi saat Sherena kenyang, gadis cantik itu tak punya tenaga untuk merayu dirinya.
Leon sendiri duduk di depannya, dia lebih memilih meminum teh hangat sambil melihat Sherena yang sedang sarapan.
“Kakak tidak makan?” Tanya Sherena.
Leon menggelengkan kepalanya. “Aku sudah kenyang hanya dengan melihatmu makan.” Jawabnya.
“Gak sekalian akunya di makan saja?” Tanya Sherena sambil menggigit paha ayam goreng.
“Makanlah dengan damai, karena kita akan bicara serius.” Ucap Leon.
Sherena mengangguk-anggukan kepalanya. “Apa hal serius itu seperti lamaran? Atau bahkan Kakak mau bilang akan menikahiku karena Kakak mau bertanggung jawab sudah membuka bajuku?” Tanya Sherena asal, karena sudah pasti Leon tidak akan melamarnya apalagi menikahinya, Sherena sangat tau betul.
“Hei, jangan membuat orang lain yang mendengarnya salah paham, aku hanya melakukan itu agar kamu tidak menggigil dan demam.” Ucap Leon dengan tatapan tajamnya, tatapan yang menurut orang lain menyeramkan tapi lain hal menurut Sherena Leon malah semakin terlihat sexy.
“Tapi kakak menikmatinya kan? Kakak menikmati tubuhku yang sexy itu, apa kakak sudah berubah pikiran setelah melihat tubuhku dan mulai jatuh cinta padaku.” Ucap Sherena, ia lalu menutup mulutnya dengan ekpresi terkejut. “Harusnya aku meminta pertanggung jawabanmu, secara tidak langsung kita sudah—“ sengaja ia menghentikan ucapannya dengan raut wajah yang pura-pura terkejut.
“Berhenti bersandiwara Sherena! Memang akan ada perubahan dalam hubungan kita, namun belum sampai di tahap menikah.” Ucap Leon sampai membuat Sherena berhenti mengunyah.
“Ma-maksud Kakak apa?” Tanya Sherena, ia takut jika dirinya salah mendengar atau salah mengartikan ucapan Leon.
Leon menghela nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya ia mengambil keputusan, semalaman Leon menatap gadis kecilnya. Leon sangat sedih melihat Sherena yang terus di acuhkannya, ia juga sedih karena Sherena terus memperjuangakn cintanya sementara dirinya sangatlah pengecut.
“Jawab pertanyaanku dengan jujur—“
“Iya aku akan menjawabnya dengan jujur.” Potong Sherena sampai membuat Leon mendelik padanya karena gadis itu terlalu bersemangat.
“Selama ini kamu menganggapku apa?” Tanya Leon.
“Seorang pria, aku tidak pernah menganggapmu sebagai seorang kakak. Aku mencintaimu sebagai seorang pria.” Ucap Sherena dengan mantap, dadanya berdebar-debar tidak karuan.
Leon menghela nafasnya lagi, karena pertanyaan yang akan dia tanyakan selanjutnya sudah lebih dulu Sherena jawab.
“Kalau kita pacaran kamu mau?” Tanya Leon akhirnya.
“Tentu saja mau.” Ucap Sherena dengan cepat dan mantap dengan kepala yang mengangguk dan sorot mata serius.
Leon tidak lagi bertanya dan hanya menatap Sherena.
“Mana lagi pertanyaannya.” Tanya Sherena karena Leon tak kunjung berbicara.
“Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan.” Ucap Leon.
“Loh, katanya tadi bilang akan merubah hubungan kita, kamu tidak melamarku atau menyatakan cinta padaku?” Protes Sherena, padahal dia berharap jika mereka akan memiliki hubungan yang lebih serius.
“Tadi aku sudah mengajakmu berpacaran, apa itu belum cukup?” Tanya Leon mulai kesal karena daya pikir Sherena selalu lama jika perutnya sudah kenyang.
Mulut Sherena menganga dengan mata yang membelalak, ia mengingat ucapan sebelumhya, Sherena pun berlari mengitari meja makan panjang itu.
Leon tersenyum saat Sherena hendak mendekatinya, gadis itu duduk di atas pangkuan Leon dengan wajah bahagia.
“Jadi kita pacaran? Kita resmi pacaran kak? Apa kakak serius? Kamu tidak menganggap hubungan kita adek kakak lagi kan? Kamu memacari aku kan—“ ucapannya terhenti saat Leon menyapit bibirnya dengan jari-jarinya.
“Kamu terlalu berisik Sher.” Ucap Leon sambil tersenyum, jujur dirinya sendiri sangat senang sampai jantungnya sejak tadi tidak mau berhenti berdebar.
Sherena melepaskan tangan Leon dari mulutnya, ia menyentuh kedua pundak Leon dengan wajah seriusnya.
“Jadi, kita—“
“Iya kita pacaran mulai sekarang.” Ucap Leon, Sherena langsung memeluk leher prianya dengan hati gembira.
“Yeee, akhirnya kamu jadi milikku juga setelah sekian lama aku menunggumu Kak.” Ucap Sherena sambil tertawa.
“Iya, tapi sayangnya kita harus menyembunyikan hubungan kita dari keluarga terutama kedua Kakakmu. Karena banyak hal yang harus aku lakukan untuk mendapat restu mereka.” Ucap Leon.
Sherena terlihat sedih dan murung, ia menyentuh pipi Leon dengan lembut.
“Aku mengerti, ayo kita berjuang bersama. Aku senang akhirnya Kakak mau berjuang bersamaku.” Ucap Sherena, Leon menyeka air mata yang keluar dari sudut mata Sherena, ia tak kuasa ingin memeluk Sherena namun jika itu terjadi Leon tidak bisa berjanji jika dirinya tidak melakukan hal lebih.
“Biar aku yang mebgurus semuanya, kamu jangan memikirkan apapun kecuali memikirkanku.” Ucap Leon. “Ayo aku antar pulang, lebih baik kamu istirahat di rumahmu.” Ucap Leon ia tidak tahan berlama-lama berduaan dengan gadis kecilnya yang sudah resmi menjadi kekasihnya.
Leon menarik tangan Sherena, ia berjalan ke arah pintu.
“Kenapa langsung pulang? Ko cuma begini doang? Memang kita gak tinggal serumah? Kita kan sudah pacaran.” Ucap Sherena merasa kecewa, padahal di otak kecilnya sempat terpikir jika hari-harinya akan indah.
“Mana ada pacaran tinggal serumah.” Ucap Leon datar sambil berjalan di depan Sherena.
“Ada, Kak Theo bahkan menyergap Kak Kayla di apartementnya. Sekarang dia hamil, apa aku juga harus hamil dulu baru di restui.” Ucap Sherena jujur.
“Jangan berbicara aneh-aneh Sher! Itu kakakmu, jangan samakan aku dengannya.” Ucap Leon.
Sherena menghela nafasnya dengan kepala menunduk, ia berjalan pasrah mengikuti Leon. “Aku kan hanya memberi saran, setidaknya cium aku kalau tidak ma menghamiliku kitakan sudah pacaran.” Gumam Sherena dengan suara lemasnya.
Leon pun menghentikan langkahnya sampai membuat Sherena menanrak tubuhnya.
“Aw…”
Leon membalikan tubuhnya menatap Sherena, ia lalu menarik dagu Sherena agar menatapnya.
“Kenapa Kak—hmmpp…” ucapan Sherena menghilang begitu saja setelah bibir ranum itu di lumattnya.
Sherena membulatkan matanya dengan dada yang berdebar-debar, ia bahkan meremat kemaja yang di pakai Leon dengan kedua tangannya.
Leon menarik bokong Sherena dan sedikit mengangkatnya agar kepala mereka sejajar, Leon tak lagi menahan diri. Ia mencium Sherena dengan sangat rakus sampai gadis yang jago teori berciuman itu sampai kewalahan sendiri.
.
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
s
menabrak
2024-11-07
0
s
mau
2024-11-07
0
Duyah 🎨
"gadis yang jago teori ciuman" 🤣🤣🤣 sherena agak laen emang 😂🤣😂
2024-05-02
2