Tiba-tiba ruang kerja milik Leon terbuka, ia sempat menegang untuk memperbaiki mimik wajahnya agar kembali datar. Namun sedetik kemudiaan helaan napas kasarnya terdengar begitu jelas saat melihat sosok Sean yang masuk dari balik pintu.
“Ada apa? Kenapa kamu terlihat kecewa saat melihatku?” Tanya dokter specialis jantung itu. “Tadi aku melihat Nona mu itu bersama para suster, apa dia tidak menyapamu ke sini?” Tanya Sean, karena biasanya Sean selalu melihat Sherena berada di samping pria ini.
“Hmm, ya tadi kami bertemu.” Ucap Leon lalu dia kembali duduk di kursinya.
“Aku laper—“
“Ayo aku temani kamu makan.” Ucap Leon yang baru saja duduk dan langsung berdiri dalam hitungan detik dan bergegas mendekati sahabatnya itu.
Sean yang belum menyelesaikan ucapanya pun terlihat bingung dengan tingkah Leon yang aneh ini, Sean pun hanya mengikuti langkah kaki Leon yang berjalan ke luar.
“Aku ingin makan di restoran jepang.” Ucap Sean sambil melihat-lihat menu di ponselnya.
“Tidak perlu, kamu harus makan di kantin hari ini.” Ucap Leon dengan nada yang sedikit tegas.
“Tapi aku—“
“Aku tau kamu laparkan? Dan kamu harus makan-makanan sehat di kantin kita yang sudah jelas di pantau oleh ahli gizi khusus.” Ucap Leon, entah kenapa Leon terlihat sangat menyebalkan hari ini di mata Sean. Sean pun hanya mengikuti keinginan Leon.
Mereka berdua pun mengambil makanan dan duduk di meja kosong, sementara itu mata Leon tidak tinggal diam. Ia menatap ke sekeliling untuk mencari keberadaan Sherena, Leon tersenyum saat menemukan gadisnya yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk.
Sherena langsung mengangkat makanannya dan berjalan mendekati Leon saat gadis itu di beri tahu temannya jiak ada Pak Direktur di kantin, ia duduk di samping Leon dengan wajah ceria.
“Katanya tidak mau makan, apa Kakak datang ke sini karena merindukan ku?” Tanya Sherena dengan percaya diri.
“Tidak. Aku di paksa dia untuk menemaninya makan.” Ucap Leon sampai membuat Sean menganga.
Sherena makan dengan lahap dengan wajah cerianya, ia tau jika prianya sedang berbohong.
“Aku sangat kelaparan, selama dua hari pingsan dan tidak di beri makan.” Ucap Sherena.
“Tentu saja lapar, lagian mana bisa orang pingsan di kasih makan.” Ucap Sean sambil terkekeuh, sementara Leon kini menatapnya dengan wajah hawatir.
“Makan yang banyak, kenapa tidak bilang padaku jika kamu kepaparan.” Ucap Leon sambil menaroh Beef miliknya di piring milik Sherena.
“Aku kan pingsan, mana bisa aku menghubungimu, lagian kakak memblokir nomor ku.” Sindir Sherena karena selama perjalanan menuju ke Rumah Sakit ia tidak menghubungi Leon.
Sean tersedak saat ucapan Sherena benar, bagaimana bisa Leon terlihat bodoh padahal pria itu dokter dan sangat tau percis jika orang pingsan tidak bisa berbicara bahkan menghubunginya.
“Serena!” Panggil Theo dengan suara tinggi dan tegasnya sampai membuat Sherena menegang seketika. “Kenapa kamu ada di sini? Cepat pulang.” Ucap Theo.
“Biarkan dia makan dulu.” Ucap Leon, ia menatap Theo dan Daniel bersamaan, ia tau tujuan kedua kakak Sherena adalah untuk menemuinya.
“Jangan ikut campur Kak. Kami harus segera membawa Sherena untuk mendidiknya, agar dia gak nakal lagi.” Ucap Daniel sambil menjewer adik kecilnya itu.
Leon langsung menahan lengan Daniel, ia tidak suka setiap kali kedua Kakak Sherena memperlakukan Sherena seperti ini.
“Jangan membuatnya kesakitan, nanti aku antarkan dia pulang.” Ucap Leon, ia masih berusaha bernegosiasi dengan kedua sepupunya.
Theo melepaskan tangan Leon yang menahan tangan Daniel, dan menatap tajam sepupunya.
“Aku sudah sering memperingatkanmu Leon, aku tidak ingin kamu berdekatan dengan adikku lagi. Mulai sekarang aku akan membawanya pergi ke luar negeri agar kalian tidak bisa bertemu lagi.” Ancam Theo dengan sungguh-sungguh.
Leon terdiam, sementara Sherena menggelengkan kepalanya dengan mata yang mulai memerah dan berkaca-kaca.
“Aku tidak mau!” Ia berdiri menolak ucapan kakaknya. “Kak Leon cepat lakukan seuatu! Aku tidak mau berpisah denganmu Kak, Katakan jika kakak juga mencintaku.” Ucap Sherena dengan wajah memohon.
Dada Leon terasa sangat nyeri, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Leon sudah pernah berjanji jika ia tidak akan mendekati lagi Sherena, karena jika itu terjadi kedua kakak Sherena akan benar-benar membawa pergi Sherena ke luar negeri.
Leon menggelengkan kepalanya. “Tidak Sherena, aku tidak menyukai bocah kecil sepertimu, lebih baik kamu ikut pulang dengan kakakmu.” Ucap Leon bohong.
Sherena meneteskan air matanya, ia sungguh kecewa dengan ucapan Leon barusan sampai membuat dadanya terasa sangat sesak.
“Kak? Apa kakak sadar jika ucapan kakak sangat melukaiku? Selama ini aku selalu mengejarmu apa itu belum cukup untuk melihat kehadiranku di sisimu? Apa kebaikan mu selama ini hanya sebatas kakak adik? Apa tak ada sedikitpun rasa cinta untuk ku?” Tanya Sherena dengan air mata yang semakin membasahi pipinya.
Sean ikut terhanyut dengan ucapan Sherena, ia mengode beberapa orang yang masih ada di kantin untuk segera pergi.
Sementara Leon, ia langsung memalingkan tubuhnya membelakangi Sherena tak kuasa melihat wanitanya tengah menangis, rasanya ingin sekali memeluk wanitanya.
“Maaf Sherena, aku sudah membuatmu salah paham.” Ucap Leon. Mata Leon memanas menahan tangis, dadanya terasa nyeri dan sesak. Leon bahkan mengumpati dirinya sendiri di dalam hati karena telah berani melukai wanitanya.
“Hah.” Sherena tersenyum pahit, ia menyeka air matanya yang membasahi pipinya dengan kasar. “Aku tidak tau jika kamu pandai berbohong kak, kamu sama sekali tidak genlte man sebagai seorang pria. Aku berjuang sendiri demi cinta kita, tapi kamu menyerah sebelum berjuang seperti seorang pecundang.” Ucap Sherena dengan kesal ia pun berlari dan pergi meninggalkan kedua kakaknya dan juga Leon yang tak menatap kepergiannya.
Daniel mengejar Sherena sementara Theo menepuk pundak pria itu pelan, Leon hanya diam mematung tanpa menoleh pada Theo yang berdiri di belakangnya.
“Aku harap Sherena lebih dewasa setelah kejadian ini, dan tidak akan terus terobsesi denganmu lagi. Maafkan aku Leon, terima kasih sudah mengerti. Aku janji tidak akan mengirimnya ke luar negeri.” Ucap Theo lalu pergi begitu saja.
Saat Sherena pingsan, Theo dan Daniel bergantian mendatangi Leon hanya untuk meminta dirinya menjauhi Sherena. Keluarganya takut jika obsesi Sherena terus merusak masa depan Leon, dan mengancam akan mengirim Sherena pergi.
Karena itulah Leon bersedia menjauhi Sherena agar wanitanya tidak pergi jauh dari keluarganya, ia takut jika Sherena hidup seorang diri di negara orang.
“Leon kamu tidak sedang menangis kan?” Tanya Sean karena sahabatnya itu tak kunjung membalikan tubuhnya.
“Aku kenyang.” Ucap Leon tanpa menoleh ke arah sahabatnya, ia berjalan meninggalkan Sean seorang diri.
.
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
sherly
payah nih Leon
2024-03-22
4
Efvi Ulyaniek
lg kenapa sih ga dibiarkan aja saling suka...kenapa jg Daniel dan Theo ngelarang kl emang saling suka toh sepupu tiri ini bukan sepupu cer..kan kasihan mereka
2023-12-07
3
Komalasari Hidayat Prasodjo
Haaahhh...😔😔😔
2023-11-29
1