Sepanjang perjalanan Leon mengikuti Sherena, memastikan wanitanya baik-baik saja. Hingga pada akhirnya Sherena sampai di suatu tempat, di sana Penelope sudah menunggunya.
“Kak bantu aku.” Teriak Sherena pada Penelope yang berdiri tegak di pinggir jalan, jalanan itu jalanan komplek sepi yang tidak terlalu ramai di lewati kendaraan.
Penelope berlari ke arah Sherena. “Kamu ini kabur ko nyusahin semua orang.” Ucap Penelope sambil mengambil salah satu koper Sherena dan membantunya membawa koper itu masuk ke satu rumah yang ada di komplek itu.
“Salah mereka siapa suruh mengancamku pergi ke luar negeri.” Ucap Sherena dengan kesal. “Ngomong-ngomong ini kakak serius sewa rumah ini untuk ku? Apa tidak terlalu besar untukku seorang?” Tanya Sherena.
“Tidak, kami hanya menyewa bagian atas untuk mu, karena bagian bawah sudah di sewa orang lain.” Ucap Penelope sambil menaiki anak tangga yang ada di depan halaman rumah itu. “Kamu tidak perlu masuk lewat rumah karena tangganya ada di luar.” Lanjutnya.
“Oh syukurlah aku tidak bisa tinggal sendiri di rumah sebesar ini.” Ucap Sherena walaupun rumah ini jauh lebih kecil dari kediaman Felix, tetap saja bagi Sherena yang mungil ini terasa snagat besar.
“Dengarkan aku Sherena, masuklah dan istirahatlah. Aku harus pulang karena ada urusan penting, dan ini kunci rumahnya. Mikayla bilang dia minta maaf tidak bisa menemanimu karena takut ketahuan Kakka mu dan dia menitipkan uang yang kamu minta.” Ucap Penelope sambil menyodorkan kunci dan amplop coklat besar berisi uang cash.
“Wow banyak juga.” Ucap Sherena sambil cekikikan saat mengintip isi amplop itu. “Suruh siapa suaminya ngelarang aku suka sama Kak Leon, jadi istrinya yang aku porotin, lagian Kak Kayla sudah janji akan membantuku membujuk Kak Theo agar merestuiku.” Ucap Sherena dengan wajah tersenyum. Ia merasa tidak sia-sia pernah menolong Mikayla agar di restui oleh keluarganya.
“Kamu ini, masih kecil ko nakal.” Ucap Penelope sambil menjitak sepupu kecilnya itu.
“Kak Lope sakit!” Pekik Sherena dengan kesal.
“Sudah masuk sanan.”
“Ngomong-ngomong, aku belum ketemu ibu yang punya rumahnya. Aku juga harus bayar sewa, berapa bayarnya Kak?” Tanya Sherena.
“Sudah, Aman Sher. Kami sudah membayar uang sewa selama 6 bulan. Kalo kamu sudah tidak sanggup kamu tinggal pulang, kalo lanjut kamu tinggal bayar sendiri, kamu harus kerja bukankah kamu mau hidup mandiri?” Tanya Sherena.
“Tenang saja, aku pandai hidup mandiri.” Ucap Sherena.
“Iya-iya masuklah. Bye aku pergi.” Ucap Penelope, ia bergegas turun ke bawah sementara Sherena masuk ke dalam rumahnya.
“Wahh Kak Penelope dan Kak Kayla memang yang terbaik.” Ucap Sherena saat melihat isi di dalam rumahnya yang terlihat cantik dengan nuansa putih pink, perabotan yang berwarna senada membuat Sherena terlihat bahagia.
Sementara Penelope kini berada di dalam rumah, tepatnya dibawah rumah yang di tinggali Sherena saat ini. Penelope menatap sepupunya dengan serius, ia bahkan melipatkan tangannya di dada.
“Kenapa Kakak tidaak bilang pada Sherena kalau rumah ini kakak beli, dan kakak tinggal di sini.” Ucap Penelope, ia bingung karena selama ini Leon terus menyuruhnya melakukan hal-hal mengenai Sherena dan seolah-olah Penelope lah yang melakukannya seperti tadi.
Apalagi dia harus terus melapor apa yang akan di lakukan Sherena pada kakak sepupunya itu, jika dirinya tidak melapor Sherena akan pergi dari rumah mungkin wanita itu tidak akan memiliki rumah sewa senyaman sekarang.
“Lakukan saja seperti biasanya, jangan banyak tanya.” Ucap Leon sambil duduk dengan santai, ia malah membuka laptopnya.
“Baiklah, tapi kakak tidak lupa kan?” Tanya Penelope sambil tersenyum malu.
“Apa?” Tanya Leon sambil fokus menatan layar laptopnya dengan wajah yang mulai memerah, dadanya berdebar-debar menatap Sherena yang tengah berganti pakaian.
“Ih kakak masa lupa.” Keluh Penelope, ia pun duduk di samping Leon, dengan segera pria itu menutup laptopnya dengan wajah terkejut seperti tertangkap basah. Namun Penelope yang tidak menyadari gerak gerik sepupunya terlihat acuh tak acuh.
“Tas loh Kak, ada tas yang aku incar.” Ucap Penelope.
“Iya beli lah untuk Sherena juga. Dan katakan jika itu dari mu.” Ucap Leon sambil membuka dompetnya dan memberikan kartu debit pada Penelope. “Pergilah, terima kasih untuk hari ini.” Ucap Leon ia sendiri masuk ke dalam kamar sambil membawa laptopnya dan meninggalkan Penelope yang kegirangan.
Di dalam kamar, Leon kembali membuka laptop itu secara perlahan, dan melihat Sherena dari cctv yang tersembunyi di rumah Sherena. Leon menghela nafasnya karena rupanya Sherena tidak ada di ruang tv. Leon memang memasang cctv namun hanya di ruang Tv yang merangkap sebagai ruang tamu yang cukup besar, sementara di dalam kamar Sherena hanya alat untuk merekam suara saja, karena Leon ingin mengetahui semua kegiatan Sherena.
Di dalam kamarnya Sherena menatap dirinya di cermin, ia sudah mandi dan mengganti pakaiannya.
“Huh! Gara-gara kedua Kakakku yang posesif itu, kecantikan ku yang paripurna ini tidak terlihat.” Gumamnya, ia membuka kaca mata besar yang selama ini di pakainya. Membuka kepang rambut yang selama ini menjadi gayanya, dan menatap dirinya di cermin.
“Apa kak Leon ilfil padaku jadi dia tidak pernah mau menyatakan cintanya padaku? Memang yah Kak Theo dan Kak Daniel selama ini menipuku! Mulai sekarang aku tidak akan memakai lagi benda ini.” Pekik Sherena kesal.
Theo dan Daniel selama ini selalu melarangnya memakai pakaian terbuka, apalagi melepas kacamatanya kedua kakaknya selalu melarang dirinya berpenampilan cantik. Padahal matanya sendiri tidak bermasalah, Theo dan Daniel hanya tidak mau jika adiknya banyak di dekati pria hidung belang karena itulah mereka melakukan itu.
“Lihat saja nanti, jangan salahkan aku kalau kamu semakin jatuh cinta padaku Kak Leon!” Ucap Sherena dengan percaya diri.
Sementara Leon yang mendengar ucapan Sherena hanya tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya.
“Apapun yang kamu pakai, kamu tetap cantik Sher.” Ucap Leon sambil menatap walpaper ponselnya, ia bahkan mengelus wajah Sherena yang ada di layar ponselnya.
Dan masih mendengarkan suara Sherena di laptopnya yang terus memaki dirinya tanpa henti.
“Tunggu aku sebentar lagi.” Ucap Leon akhinya, ia lalu mencium ponselnya sendiri.
.
To be continued…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
s
menatap
2024-11-07
0
s
tanya Penelope
2024-11-07
0
Duyah 🎨
kisah penelope belum ada yah thor
2024-05-01
2