Perbandingan

Vionika nampak duduk di halaman rumah kerabat orang tua mereka, melihat hamparan sawah yang indah, tepat di depan bangunan rumah itu.

Leona pun menghampiri Vionika sambil membawa dua buah komik di tangan-nya.

"Hei, pipi chubby! ngapain bengong sendiri?" Sein menepuk pundak Vionika seketika mengagetkan gadis kecil itu.

"Aduh! kakak ngagetin aja!!" Sentak Vionika dan langsung manyun.

"Tuh tuh kan langsung manyun, kalau manyun gitu jadi mirip jangkrik tau." Leona meledek nya.

"Tuh kakak!!! aku gak mirip jangkrik!!" Vionika memukul-mukul pelan Leona.

"Eh eh.. ada apa kok ribut?" Sintha datang.

"Enggak apa-apa kak.. ini Vionika ngambek!" Leona tertawa.

"Kakak sih yang bilang aku mirip jangkrik, kak Sintha, bilangin dia aku gak mirip jangkrik!" Vionika merengek.

"Udah ah, jangan percaya ucapan Leona, mana mungkin manusia mirip jangkrik kamu ini." Gumam Sintha.

"Iya kakak cuma bercanda tau.. kamu itu kan cantik seperti tuan putri." Leona tersenyum.

"Idih.. langsung ngerayu." Sintha tertawa.

Leona menyerahkan komik kepada Vionika, mereka berdua sama seperti di rumah saat di rumah kerabatnya, Leona yang selalu menemani Vionika duduk sendirian.

Gadis itu susah berbaur dengan kerabat, terbiasa sendiri dan menyendiri, membuat para kerabat nya tidak terlalu akrab dengan-nya.

"Leona.. ke sini sebentar." Panggil Ayah-nya.

"Iya, Ayah.. ada apa?" Sahut Leona sembari berjalan mendekat menuju Ayah-nya.

"Kamu ini, gak di rumah, gak di rumah kerabat sama saja, ngobrol nya cuma berdua saja sama Vionika, berbaur dong sama sepupu-sepupu kamu, kita kan tumben ke sini." Tegur Ayahnya.

"Iya yah." Jawab Leona singkat sambil merunduk.

Sepupu-sepupu Leona melihat nya di tegur oleh Ayah-nya, Leona merasa asing di rumah sepupunya, entah mengapa sepupu-sepupu Leona yang se-umuran dengannya tidak terlalu menyambutnya dengan baik saat bertemu.

Selain itu, Leona juga merasa kasihan meninggalkan Vionika berdiam seorang diri, bagaimana pun Vionika adalah orang yang paling menjadi prioritas bagi Leona.

Leona pun kembali duduk di samping Vionika, Vionika nampaknya melihat Leona yang tengah di tegur karena terus bersamanya, dan tidak berbaur dengan sepupu yang lain.

Raut wajah Vionika nampak berubah di bandingkan tadi saat Leona membawakan-nya komik, Leona pun kembali mengusap-usap rambut adik kecilnya itu.

"Vion.. kamu kenapa? Tiba-tiba murung begitu?" Tanya Leona lembut.

"Aku enggak apa-apa, kakak kalau mau bergabung di sana bersama sepupu yang lain gak apa-apa kok kesana aja kak, aku di sini mau baca komik yang kakak kasih barusan." Jelas Vionika.

"Kakak gak mau ninggalin kamu sendirian, ikut sama kakak ke sana yuk?" Ajak Leona.

Vionika adalah anak gadis yang sangat pemalu dan susah berbaur, di tambah sepupu mereka kebanyakan cowok, dan hanya satu yang perempuan, itu pun tidak akrab dengan Vionika.

"Enggak apa-apa, udah sama kakak, nanti kamu duduk aja di samping kakak, Oke?" Leona mengulurkan tangan-nya kepada Vionika.

Vionika pun akhirnya ikut bergabung dengan Sepupu-sepupu mereka yang tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Hei, Leona ayo ke sini bergabung." Panggil Rio, sepupu Leona.

Leona pun bergabung bersama mereka, tangan-nya menggandeng tangan Vionika, dan mereka berdua pun duduk di sana.

"Hei, Vionika.. kamu sudah gede ya." Ucap Rio sambil mengedipkan mata-nya.

Vionika pun langsung mengerutkan kening-nya dan mulai merasa risih berada di sana, sampai akhirnya gadis itu benar-benar risih.

"Kakak, aku mau pergi." Vionika beranjak.

"Kamu mau kemana Vion?" Tanya Leona menoleh nya.

"Tidak tau." Jawabnya singkat sambil berlalu.

Vionika akhirnya pergi dan berpindah tempat mencari Sintha di halaman rumah itu, Sintha nampaknya sedang mengobrol dengan Nia, sepupu mereka yang ber-umur tujuh belas tahun.

"Hei Vionika, ayo ke sini." Panggil Nia.

Vionika pun tersenyum dan ikut duduk di sana bersama Sintha dan Nia.

"Leona dimana Vion?" Tanya Sintha.

"Di sana, ngobrol sama yang lain." Jawab Vionika.

Nia melirik ke arah Vionika dan memperhatikan Vionika dari ujung rambut sampai ujung kaki, sampai akhirnya Nia mulai berkomentar sesuatu kepada Vionika.

"Vionika, kamu emang terbiasa kayak gini ya?" Tanya Nia.

"Maksud kamu?" Tanya Vionika.

"Maksud aku, kamu emang biasa gak pernah bergaul seperti ini?, kamu cuma diem aja gak pernah ngomong lo." Ucap Nia.

"Memangnya kenapa kalau aku tidak pernah bergaul dan jarang bicara?" Sahut Vionika.

"Kamu terlihat sangat aneh lo, kalau gak Leona yang selalu mendampingi mu kamu selalu sendirian, dan tidak punya teman." Ujar Nia.

Vionika seketika mengerutkan alisnya, dan menatap dalam-dalam ke arah Nia, hingga akhirnya Sintha berbicara.

"Nia, jangan berkata begitu pada Vionika." Ucap Sintha.

"Hehe, maaf kak Sintha, aku cuma berkata apa adanya kok, kamu marah ya Vionika? masa aku bicara begitu saja kamu marah sih." Nia tertawa.

Vionika masih terdiam dan menatap Nia dengan tatapan datar, dan membuat Nia menjadi berhenti tertawa.

"Sintha, Leona, Vionika.. ayo ke sini berkumpul, kita makan dulu." Panggil Ibu mereka.

Mereka pun menuju ruang makan dan berkumpul ramai-ramai di sana, Leona melirik Vionika yang berpapasan dengan nya, lalu menarik lengan adik kecilnya itu.

"Vion." Panggil Leona.

Vionika langsung menoleh, Leona melihat raut wajah Vionika yang murung dan terlihat kesal itu lalu bertanya pada nya.

"Vion.. kamu kenapa?" Tanya Leona.

Vionika menggeleng.

Mereka semua pun berkumpul dan sudah duduk masing-masing, Vionika duduk di dekat Leona, Ayah dan Ibunya sedari tadi memperhatikan raut wajah Vionika yang nampak murung.

"Wah.. Vionika, makan yang banyak ya cantik." Ucap Bibi nya sambil menghidangkan makanan.

"Terima kasih ya bibik" Vionika tersenyum.

"Sama sama sayang, Vionika kamu kalem sekali ya." Ucap Bibi nya.

Ibu Vionika pun langsung menyahut mendengarkan perkataan kerabatnya itu.

"Iya, dia memang jarang sekali berbicara, di rumah juga begitu." Ucap Ibu-nya.

"Iya tidak apa-apa, Berbeda sekali dengan Nia, Nia anaknya sangat cerewet dan bawel." Ucap Bibi nya.

"Tentu saja, berbeda sekali, Nia sangat aktif dan pintar.." Jawab Ayah-nya.

"Vionika, kau harus belajar sama Nia ya, dia itu ramah, dan tentunya mudah berbaur, jangan menjadi anak yang pendiam dan tertutup seperti ini, sangat tidak baik." Ucap Ayah-nya.

Vionika seketika berhenti menyuap makanan dan menaruh sendoknya, lalu beranjak.

"Aku tidak nafsu makan!" Ucap Vionika lalu pergi dari ruang makan.

Leona langsung ikut beranjak dan menyusul adiknya.

"Hei, Hei.. mau ke mana kalian? Leona, Vionika!" Panggil Ayah-nya.

Bibi-nya pun merasa tidak enak melihat Vionika yang nampak tersinggung dengan ucapan Ayah-nya itu.

"Seharusnya jangan berkata begitu, anak mu pasti menjadi tersinggung dan malu." Ucap Bibi Vionika kepada Ayah Vionika.

"Ahh.. tidak di rumah, tidak di sini sama saja ke dua anak itu memang mengecewakan dan memalukan." Gerutu Ayah-nya.

Terpopuler

Comments

~(Key)~

~(Key)~

knp mlh ngebanding bandingin anak sih! anak bukannya di puji mlh dibandingkan ama sodaranya sendiri,cih ayahnya pgn ku pukul rasanya geram sekali bah (klo gw diposis itu jg bakal kesel bgt)

2024-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!