Tubuh kecil dan mungil itu tertudur lelap di pelukan Leona, tangan kanan Leona memeluk erat Vionika seperti boneka, Ibu Leona membuka matanya dari samping ke dua anaknya itu dan membangunkan Leona dengan pelan.
"Leona.. kamu sekolah kan hari ini? ayo cepat siap-siap langit sudah terang di luar." Ucap ibunya.
Leona melepaskan dekapan tangannya dengan pelan dari tubuh mungil Vionika agar adiknya itu tidak menangis, Ibu Leona heran melihat Leona yang dari semalaman tidur dengan posisi yang sama memeluk Vionika seperti itu.
"Leona, apa tangan kamu tidak pegal selaman tidur di tindih adikmu?" Tanya ibunya.
"Pegal sih hehe.." Jawab Leona.
Leona berhasil melepaskan tangannya tanpa membuat adik kecilnya itu terbangun, dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
Beberapa saat kemudian saat Leona sudah keluar dari kamar ibunya, Sintha datang.
"Ibu.. apakah adik masih tidur?" Tanya Sintha.
"Masih ini, kamu sudah mandi?" Tanya ibunya.
"Sudah bu, oh iya sekarang adik tidak pernah menangis histeris lagi kalau malam ya bu? kemarin buktinya kita bisa tidur dengan tenang." Ujar Sintha.
"Iya, kemarin malam Leon menggendong Vionika, bahkan sampai pagi anak itu memeluk adiknya seperti boneka." Ucap ibunya.
"Ibu, kenapa ya.. adik cuma mau berhenti menangis saat Leona yang menggendongnya?" Sintha kembali bertanya.
"Ibu juga tidak tau Sintha, iya yang penting Vionika bisa tenang dan tidak menangis semalaman ibu sudah senang." Jelas ibunya.
...***...
Leona yang sudah selesai bersiap-siap ke sekolah kemudian pamit kepada ibu dan ayahnya, Leona melirik Vionika yang mulai terbangun, dan di beri susu oleh ibunya kemudian menghampirinya.
"Vion, kakak sekolah dulu ya. kamu jangan nakal, jangan nangis ya!" Ucap Leona kemudian pergi berangkat ke sekolah.
Setelah Leona berangkat ke sekolah, kemudian di susul Sintha yang pamitan, dan terakhir ayahnya yang akan pergi bekerja pagi itu, Vionika hanya bersama sang ibu pagi itu.
Ibunya pun mengasuh Vionika dengan biasa hari itu mulai dari memandikan nya, memberikan susu setelah mandi sampai akhirnya Vionika tertidur lelap.
"Nah, sekarang kamu sudah tidur, waktunya ibu memasak dulu ya anak cantik." Ucap ibunya sambil menyelimuti Vionika di tempat tidur, kemudian keluar kamar itu dan menuju dapur.
Di sekolah, Leona nampak mengikuti pelajaran dengan serius, mata pelajaran matematika hari itu adalah mata pelajaran yang paling ia sukai, Leona mengerjakan beberapa soal dari guru.
Namun tiba-tiba Leona mengerang kesakitan dan meremas kepalanya.
"Aaah, sakit!!" Teriak Leona, seketika membuat perhatian guru yang tengah mengajar di depan kelas menuju ke arah nya.
"Leona! kamu kenapa?" Tanya gurunya.
Leona tidak bisa menjawab dan terus meremas kepalanya karena sakit, akhirnya guru mengajaknya pulang.
"Leona kamu bertahan ya, hari ini kamu izin sekolah saja tidak apa-apa." Ucap gurunya.
Sesampainya di depan gerbang rumah, Leona turun dari mobil gurunya dan segera masuk ke dalam rumah, namun keadaan rumah nampak sepi.
Leona kemudian melangkah menuju kamar ibunya, tangannya memegang Handel pintu dan kemudian terbukalah pintu kamar itu, Leona tercengang dan kaget melihat Vionika yang tengah tertidur sendirian namun ada ular besar bergelantungan di langit-langit kamar itu.
Sedikit lagi mulut ular itu menyentuh tubuh kecil Vionika, namun Leona seketika melompat ke tempat tidur dan menarik ular tersebut kemudian melemparkannya ke lantai.
Saat ular itu terlempar jauh ke lantai sudut kamar, Leona dengan sigap mengambil Vionika dari tempat tidur menggendong nya kemudian berlari keluar kamar.
Ibu nya yang ada di dapur melihat Leona berlari sambil menggendong Vionika seketika menghampiri nya.
"Leona..! kamu mau kemana menggendong adikmu lari-lari seperti itu, nanti jatuh Leona!" teriak ibunya.
Leona kemudian berhenti dan langsung memberi tahu ibunya.
"Ibu, Ibu dari mana saja? adik dalam bahaya barusan ada ular besar di kamar bu!" Ujar Leona.
Leona menyerahkan Vionika ke ibunya, kemudian ke dapur dan mengambil pisau pemotong daging milik ibunya, dan balik ke kamar.
"Leona, kamu mau ngapain? bahaya nak!! kita telpon saja Ayah sekarang!" Teriak ibunya.
"Ahh terlalu lama kalau menunggu bantuan, biar ku habisi ular itu dengan pisau ini!" Ucap Leona.
Setibanya di kamar tempat ular tadi, Leona sudah tidak melihat ular itu, namun jendela kamar itu terbuka, Leona langsung menengok ke arah luar jendela, dan benar ular itu tengah melata tepat di bawah jendela kamar itu, tanpa pikir panjang Leona melompat dari jendela kemudian mencekik ular tersebut dan mengayunkan pisau itu ke kepala ular itu.
"Aku tidak akan segan-segan membunuhmu dasar ular jahat! kau hampir saja mencelakai adikku, aku tidak akan mengampuni mu!" Ucap Leona sambil menusuk kepala ular itu.
Ibunya masuk ke kamar dan melihat Leona dengan bangkai ular di depannya.
"Leona, kamu membunuh ular itu?" Tanya ibunya.
"Iya harus ku bunuh, ular ini hampir mencelakai adik!" Ucapnya.
"Syukur kamu datang Leona.. maafkan ibu, tadi ibu sedang memasak di dapur." Ucap Ibunya.
"Tapi kenapa kamu sudah pulang jam segini Leona?" Tanya ibunya.
"Kepala ku tiba-tiba sakit sekali saat mengikuti pelajaran, dan guru mengantarku pulang barusan bu." Jawab Leona.
"Istirahat dulu, ibu akan mengambilkan mu obat ya."
"Tidak usah bu.. sakit kepala ku sudah hilang." Jawab Leona.
Tanpa sadar sakit kepala yang tadi terasa menusuk-nusuk kepala Leona benar-benar sudah hilang total, Leona kemudian merebahkan tubuhnya di samping Vionika.
"Vion.. kamu pasti berusaha memberi tahu kakak ya, kalau kamu dalam bahaya? tenang saja, kakak tidak akan membiarkan kejadian tadi terulang lagi pada mu." Ucap Leona kemudian tersenyum dan mencium pipi bulat adiknya itu.
Leona pun tertidur kembali di samping adik kecilnya itu, hingga beberapa jam kemudian Ayah nya dan Sintha sudah datang.
"Ayah pulang." Ucap Ayahnya dan masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang ibu." Disusul Sintha.
Sintha melirik ke samping pintu, ada sepatu Leona di sana, kemudian segera menghampiri ibunya.
"Leona sudah datang bu? biasanya jam segini dia belum datang kan ada les di sekolah." Tanya Sintha.
"Leona sudah pulang tadi pagi, guru mengantarnya ke rumah karena sakit kepala pas jam pelajaran." Jawab ibunya.
"Hah? sakit kepala?" Tanya Sintha.
"Iya, tapi syukurnya Leona datang, tadi ada ular besar masuk ke kamar, dan bergelantungan di langit-langit kamar tepat di atas tempat tidur Vionika." Jelas ibu nya.
"Apa? ular besar?" Ayahnya tercengang.
"Iya, Yah.. tadi ibu mau menelepon Ayah, tapi Leona nekad membunuh ular itu, dengan pisau daging yang ada di dapur." Jelas ibunya.
"Astaga.. apa jadinya kalau Leona tidak pulang? memangnya ibu ada dimana sampai tidak tau ada ular di kamar?" Tanya Ayah-nya.
"Maaf, tadi sedang memasak di dapur." Ibunya menunduk merasa bersalah.
"Ahh! tidak becus sekali merawat anak!" Bentak Ayahnya kemudian pergi berlalu.
"Sudah bu.. jangan terus merasa bersalah, yang penting Vionika sudah selamat, berkat Leona." Ucap Sintha sembari mengusap-usap pundak ibunya yang murung.
Sintha kemudian merenung dan memikirkan kejadian tadi yang di jelaskan ibunya, dan merasa sepertinya Leona memang memiliki kontak bathin dan telepati yang kuat dengan Vionika, sehingga Leona selalu merasakan energi di saat Vionika dalam bahaya seperti tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
~(Key)~
authorr semangatt pokoknya ceritanya seru bgt
2024-01-20
1