Malam itu suasana ribut memenuhi rumah Leona, tangisan Vionika terdengar tidak berhenti selama beberapa jam,Sintha dan ibunya bergantian menggendong dan memberi susu Vionika.
Bayi mungil yang di beri nama Vionika itu sama sekali tidak berhenti menangis, wajahnya nampak sampai membiru karena menangis berjam-jam, Ayah, ibu dan Sintha semakin panik.
"Ayah.. bagaimana ini Vionika tidak berhenti menangis, wajahnya sudah mulai membiru, sepertinya dia sesak Ayah." Ucap Ibunya panik.
"Sini, Ayah yang gendong coba, siapa tau dia mau berhenti menangis." Ayahnya mengambil Vionika dari gendongan ibunya.
"Cup, cup.. Jangan menangis lagi ya.." Ucap Ayah Vionika merayu bayi itu.
Vionika masih tetap menangis, Ayah dan ibunya semakin panik, Keringat mereka bercucuran, Vionika nampak sesak karena menangis terus, Leona yang tertidur lelap di kamarnya terbangun mendengar keributan di luar kamarnya, Anak itu keluar kamarnya dan menghampiri yang lain.
"Adik kenapa Bu?" Tanya Leona.
"Leona.. kamu diam dulu, ibu masih panik, adik kamu nangis terus sampai sesak nafas itu." Jelas Sintha.
"Boleh aku gendong adik bu?" Leona berkata pelan.
"Leona.. ini bukan saatnya bermain, ibu masih panik ini!" Bentak ibunya.
Leona terdiam, saat di bentak ibunya, namun Leona duduk di samping ibunya yang tengah menggendong Vionika, Leona mengusap-usap kepala Vionika, berangsur-angsur tangisan Vionika berhenti.
"Lihat ayah, Vionika berhenti menangis saat Leona mengusap kepalanya!" Ucap Sintha.
"Coba kasih Leona yang menggendong Vionika, tapi tetap duduk di kasur ya jangan berdiri takutnya berat nanti jatuh." Ucap Ayahnya.
Ibunya pun menyerahkan Vionika untuk di gendong oleh Leona, Vionika langsung tertidur lelap saat di gendongan Leona, Leona menatap dalam adiknya itu dan menyenderkan tubuhnya di dinding.
"Ayah, Ibu dan kak Sintha tidur saja, adik sudah sama aku, biar aku yang akan jaga adik sampai pagi ibu." Ucap Leona.
Ayahnya nampak langsung tertidur karena kelelahan begadang dari beberapa hari yang lalu, ibunya juga sudah mulai mengantuk dan tanpa sadar terpejam di samping Leona, Sintha kembali ke kamarnya dan tidur.
Leona kembali menatap dalam wajah Vionika, matanya kembali berkaca-kaca.
"Perasaanku sungguh damai, rasanya begitu bahagia.. tapi aku tidak bisa mendefinisikan kebahagiaan ku ini.
...***...
Keesokan harinya, Leona nampak tertidur di kasurnya, tangannya memeluk Vionika, Ayah dan ibunya yang bangun terlebih dahulu memperhatikannya dan heran melihat Leona yang semalaman menenangkan Vionika agar tidak menangis, dan dia berhasil.
"Ibu.. lihat lah Leona, Ayah pikir dia belum bisa mengasuh adik bayinya, tapi kemarin justru dia yang membuat Vionika berhenti menangis sampai sekarang." Ujar Ayahnya.
Vionika nampaknya terbangun, matanya yang berbinar dan bulat melirik ke kanan dan ke kiri, Leona masih tertidur lelap di sampingnya, hingga jari jemari kecil dan mungil itu menyentuh hidungnya.
"Awww! siapa yang menusuk hidung ku?" Sentak Leona langsung terbangun.
Ayah dan ibunya yang sedari tadi memperhatikan mereka seketika tertawa melihat Leona.
Leona melirik ke sampingnya, Vionika nampaknya menatapnya dengan matanya yang bulat itu.
"Ohh jadi kamu pelakunya ha? sini sini kau.. sini ayoo.. kita boxing!" Leona menciumi pipi adik kecilnya itu.
"Sudah, sudah Leona, nanti adikmu menangis lagi, hentikan." Ucap Ibunya.
"Leona, ini sudah pagi, kamu kan harus ke sekolah, sana siap-siap dulu sama kak Sintha." perintah Ayahnya.
Leona beranjak dari kasurnya dan langsung berlari ke kamar Sintha.
"Kakak! ayo bangun!!! Ayah menyuruh kita siap-siap sekolah." Teriak Leona, yang sontak membangunkan Sintha.
"Hah? jam berapa ini?!" Sintha langsung panik dan melempar selimut nya mengambil ponsel di atas meja belajar nya.
"Huaaa!!!! Leona, kenapa kamu baru bangunin kakak? telat deh sekarang aku.." Gumam Sintha langsung berlari ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian setelah selesai bersiap-siap, Sintha dan Leona berpamitan kepada Ayah dan Ibu mereka untuk pergi ke sekolah.
Leona melirik ke arah Vionika, bayi mungil itu menatap Leona, Leona kemudian mendekati adik bungsunya itu.
" Vion, kakak sekolah dulu ya.. nanti kita bermain lagi." Ucap Leona.
Leona pun berangkat ke sekolah, sesampainya di sekolah bocah itu langsung memberi tau teman-temannya bahwa dia sudah mempunyai seorang adik.
"Heii!! kalian harus tau, sekarang aku sudah punya adik bayi, dia sangat imut, matanya bulat sama seperti pipinya, dia juga memiliki bola mata yang sangat indah!!" Teriak Leona.
"Ahh lebay bangett sih kamu Leon, aku juga punya adik kok, sebentar lagi kamu juga bakalan bosan dengan kenakalan adikmu.. jadi jangan bangga dulu." ucap salah seorang temannya.
"Eh eh eh... tidak tidak, adikku pasti sangat baik, yang jelas adikku akan menjadi gadis yang sangat spesial!!" Ujar Leona.
Teman-temannya mentertawai tingkah anehnya, dan mendorongnya.
"Halahh, kesambet apa sih kamu Leon? sampai segitunya baru punya adik juga." Ucap teman sebangku nya.
Leona tertawa, mungkin teman-temannya menganggap tingkahnya aneh, namun itulah suasana hatinya pagi ini, kebahagiaan yang menyelimuti lubuk hatinya, yang tidak bisa dengan jelas ia definisikan, hanya tercetus kata-kata pujian seperti tadi.
Beberapa saat kemudian Leona mulai masuk kelas dan pelajaran di mulai, Leona mengeluarkan kertas, dan menulis nama Vionika sampai memenuhi kertas tersebut, Leona tidak sabar jam pelajaran berakhir, ia tidak sabar untuk pulang dan segera menemui adiknya yang lucu itu.
Beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi, Leona dengan cepat mengemas buku-buku dan alat tulis nya, kemudian berlari keluar kelas.
Teman-temannya saling menoleh satu sama lain melihat tingkah aneh Leona itu.
"Sepertinya tu anak kena syndrome adik baru! hahahah" Celetuk salah seorang temannya saat Leona sudah pergi.
Sesampainya di rumah, Leona langsung bergegas membuka sepatu dan kaos kakinya kemudian berlari ke kamar ibunya.
"Vionnn kakak datang!!!" Teriak Leona.
"Sssstttt, Leona, kamu ini ribut sekali.. adik kamu baru saja tidur ini." Ucap ibunya pelan sambil menggendong Vionika.
Leona melangkah pelan ke arah Vionika yang tengah tertidur, dan kembali menatap dalam-dalam wajah bulat kecil itu, Leona kemudian keluar kamar itu dan duduk di ruang keluarga, namun kertas yang di penuhi nama Vionika tadi jatuh di depan ibunya.
Ibunya mengambilnya, kemudian tersenyum.
"Aku tidak menyangka dia sebahagia ini." Batin ibunya.
Leona mengeluarkan sesuatu dari dalam ransel nya, itu adalah mainan yang di belinya tadi di kantin sekolah, mainan kecil karakter dari sebuah film kartun yang sering di tontonnya, Leona membelinya dua buah.
"Akan ku buka satu saja, yang satunya buat adik Vion saja hehe." Gumamnya.
"Mana bisa adik bermain mainan begitu, orang dia masih kecil, yang ada nanti di telan sama adik haha." Sintha yang baru saja pulang sekolah berdiri di belakang Leona.
"Eh, bilang aja kakak mau kan sama mainan ini? tapi aku gak beliin kakak hehe." Ejek Leona kepada Sintha.
"Haha yey.. Kakak ambil haha." Sintha balik mengusili adik nya itu dan berlari membawa satu mainannya, Leona pun mengejarnya.
"Kakak!! bawa sini.. itu buat adik Vion!!!" Teriak Leona.
Suasana rumah mereka sangat ramai semenjak Vionika lahir, Leona yang nampak selalu bersemangat dan ceria setiap harinya membuat suasana di sana selalu ribut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Anonymous
seneng banget leona punya adik baru🥰
2024-07-03
1