Akhirnya Ibu Pulang

Suasana sore saat Leona duduk di dekat jendela kamarnya yang tepat menghadap ke jalan raya di depan rumahnya, kamar Leona ada di lantai dua, jadi saat sore duduk di dekat jendela melihat matahari tenggelam adalah waktu yang sangat indah.

Vionika juga tengah bersandar di bahu Leona sambil meniup gelembung sabun yang di belinya di kantin sekolah nya Leona.

"Vion.. jika kamu lapar, kakak membeli beberapa snack untuk mu tadi, kamu bisa makan itu dulu ya." Ucap Leona.

Vionika hanya diam dan meniup kembali gelembung sabunnya, sampai akhirnya mereka berdua melihat samar-samar sebuah mobil angkutan umum yang berhenti di depan rumah mereka.

Leona memfokuskan matanya, melihat seseorang yang turun dari mobil angkutan umum itu, seorang wanita yang membawa beberapa kantong plastik dan tas selempang di tubuhnya.

"Vion.. itu ibu datang!" Ucap Leona menunjuk ke arah wanita itu.

Vionika langsung menaruh mainan gelembung sabunnya ke samping Leona, dan berlari ke luar kamar, Leona ikut menyusul adik nya yang berlari ke luar.

"Vion tunggu kakak!"

Vionika turun dengan cepat dari lantai dua dan menuju ruang keluarga yang ada di lantai satu, Vionika melihat Ayah nya yang sedang duduk di sofa, namun langsung melewati nya dan menuju arah pintu keluar, untuk mencari ibu nya.

"Leona, mau kemana Vionika?" Tanya Ayahnya.

"Ibu datang Ayah, kita mau keluar mencari ibu." Ucap Leona kemudian keluar.

Vionika melihat ibunya yang sudah masuk ke gerbang rumah seketika berlari dan langsung memeluk ibunya, Leona juga berlari dan ingin memeluk ibunya, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat ibunya menepis pelukan Vionika dan berjalan melewati Vionika dengan raut wajah datar.

Vionika berdiri mematung melihat ibunya yang sama sekali tidak melirik nya ada di sana, Leona langsung menghampiri ibunya yang berjalan di sampingnya.

"Ibu.. ibu kenapa?" Tanya Leona.

"Diam! ibu sedang tidak ingin bicara dengan siapa-siapa." Bentak ibunya.

Leona pun ikut mematung sama seperti Vionika melihat ibunya yang bersikap seperti itu, padahal ibunya sudah tidak bertemu dengan anak-anak nya selama lima hari.

Leona menoleh Vionika yang masih berdiri di dekat gerbang rumah, matanya mulai berkaca-kaca penuh air yang akan segera tumpah di pipinya.

"Vion.. kamu tidak apa-apa kan.." Leona segera berlari menghampiri nya.

Vionika malah menangis saat di tanya, akhirnya Leona berusaha menenangkan adiknya itu, dan menggandeng tangannya mengajaknya ke dalam rumah.

Saat Leona masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya yang tengah duduk bersebelahan dengan Ayahnya, namun mereka seperti tidak bicara apapun, Ayahnya tetap sibuk dengan ponsel, ibunya masih memilah-milah barang bawaannya yang nampaknya itu adalah sayur mayur yang di bawanya dari rumah nenek Leona dan Vionika.

Leona dan Vionika berdiri di depan Ayah dan ibunya, Vionika yang memakai dress lusuh sambil menggigit jarinya ingin duduk di pangkuan ibunya namun takut, wajahnya nampak basah di balut air mata karena barusan menangis.

"Vion.. ayo kita ke kamar." Leona menggandeng tangannya.

"Vion.. kamu yang tenang ya, mungkin tadi ibu hanya lelah, jadinya dia seperti itu." Leona berusaha menenangkan Vionika.

Leona benar-benar termenung dan berpikir keras, kenapa ibunya bersikap seperti itu, bahkan ibunya sama sekali tidak melirik Leona dan Vionika padahal ada di depannya.

Karena penasaran akhirnya Leona kembali ke ruang keluarga untuk menguping pembicaraan ke dua orang tuanya.

"Kakak mau kemana?" Vionika melirik nya.

"Kakak mau ke kamar mandi sebentar, kamu tunggu dulu di sini ya." Leona kemudian beranjak menuju ruang keluarga.

Leona sampai di ruang keluarga dan berjalan pelan kemudian bersembunyi di belakang sofa agar tidak di lihat olah Ayah dan Ibunya.

"Ibu, kenapa kau bersikap seperti itu sama Vionika dan Leona, apa kau tidak merindukan anak-anakmu? kau pergi dari rumah selama lima hari, Vionika tidak ter urus, Ayah juga sangat sibuk dan tidak sempat mengurusnya." Ucap Ayahnya.

"Kenapa Ayah bisa berkata begitu? bahkan Ayah sendiri pun pernah melempar wajah Leona dengan piring kan?" Jawab Ibunya.

"Ahh masih saja kau ini mengajak ku berdebat, kau sudah melalaikan ke wajiban mu sebagai seorang ibu asal kau tau!" Bentak Ayahnya.

"Hei, jaga ucapan mu, aku tidak pernah ingin mempunyai anak setelah Leona, itu karna kau yang memaksa dan ingin punya anak perempuan, aku sudah tidak ada niat lagi untuk merawat anak kecil!" ucap ibunya.

"Pelan kan suara mu! Vionika bisa mendengarnya!" Bentak Ayahnya.

"Halah, kau pun juga begitu! kau hanya menginginkan anak perempuan setelah Leona, tapi di saat dia sudah ada kau tidak pernah memperhatikannya, begitu saja kau dari dulu semenjak Vionika baru lahir, kau bahkan tidak mau menggendongnya dan menenangkannya saat dia menangis di malam hari, hanya Leona dan Sintha yang membantuku saat itu!" Ujar Ibunya.

Leona tercengang mendengar perkataan ibunya, kalau Ayahnya ia sudah mengerti, Ayah nya selalu kasar dengannya, dan tidak peduli, tapi kali ini.. Leona benar-benar kaget mendengar bahwa ibunya tidak pernah menginginkan Vionika lahir.

Leona mengepalkan tangannya, ia benar-benar kesal dengan situasi seperti ini, Leona kemudian berbalik dengan pelan dan hendak balik ke kamar setelah mendengar percakapan itu, namun ia kaget Vionika sudah berdiri di belakangnya.

"Astaga! Vion.. kamu sejak kapan ada di sini?" Tanya Leona.

Vionika tidak menjawab apapun, namun matanya berair, kemudian menangis, Leona sudah mengira Vionika pasti mendengar semua yang di katakan oleh ibunya barusan.

"Vion.. " Ucap Leona yang merasa bersalah karena membuat adiknya ikut mendengar ucapan itu.

Ayah dan Ibunya mendengar tangisan Vionika dan langsung beranjak dari sofa.

"Leona, Vionika, kalian ngapain di balik sofa?" Tanya Ayahnya.

Ibunya merasa cemas, dan takut perkataanya yang di dengar oleh Vionika dan membuatnya menangis, Namun sudah terlambat, Vionika berlari ke luar rumah.

"Vionika!! kamu mau ke mana?!" Teriak Leona dan langsung mengejarnya ke luar rumah.

"Lihat ibu, perkataan mu di dengar oleh Vionika, sekarang dia menangis!" Ucap Ayahnya kemudian pergi berlalu.

Leona terus mengejar Vionika dan akhirnya berhasil, Leona kemudian menarik tangan adik nya itu.

"Vionika, kamu jangan ke mana-mana, masih ada kakak di sini." Ucap Leona.

Vionika tetap tidak menjawab dan terus menangis, sampai akhirnya Leona memeluknya.

"Vion, kakak tau kamu sedih, tapi kamu gak akan pernah sendiri, kakak juga sedih kalau kamu sedih." Jelas Leona sembari mengusap-usap rambut Vionika.

Vionika berhenti menangis, kali ini gadis kecil itu kembali merasakan pelukan hangat yang satu-satunya bisa menghapus air matanya, pelukan yang tidak pernah ia rasakan di orang lain sekalipun itu orang tua nya sendiri.

Terpopuler

Comments

~(Key)~

~(Key)~

gw nangis sesenggukan sumpah.. harusnya dari awal ga usah bikin anak lagi kalo ga mau rawat/Scream/ kan jdinya mlh bikin anaknya sengsara setidaknya kalo emang gamau punya anak lagi kan bisa pura pura sayang biarpun ga menginginkan vion lagi

2024-01-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!