Leona terbangun dini hari, tidurnya tidak nyenyak sama sekali, otaknya penuh dengan beban ibu nya yang tidak pulang, adiknya yang terus menerus menangis, dan Sintha yang sebentar lagi akan tinggal di asrama meninggalkan nya dan Vionika.
Leona tersadar dan melihat ke sampingnya, Vionika yang masih tengah tertidur memeluk boneka leopard berwarna merah jambu itu, Leona merasa sangat sedih melihat kondisi Vionika yang semakin hari semakin jarang makan, karena sering menangis, tubuh Vionika juga semakin kurus.
Leona masih cemas akan situasi pagi ini, ibunya masih belum pulang, dan Vionika pasti akan menangis lagi hari ini, parahnya ini adalah hari senin, Vionika harus sekolah, dia pasti tidak konsen belajar hari ini karena suasana rumah masih kacau.
Leona pun beranjak dari tempat tidurnya dan keluar kamar, sesampainya di luar ia bertemu dengan Sintha di ruang keluarga.
"Leona, kamu sudah bangun ya, bagaimana tidurmu kemarin? Vion menangis?" Tanya Sintha.
"Kurang nyenyak, Adik Vion juga terbangun setiap sela waktu lima belas menit, dia mengigau dan menangis, mungkin dia bermimpi buruk kak." Jelas Leona.
"Mungkin, kamu sekolah kan hari ini?" Tanya Sintha.
"Iya kak." Jawab Leona.
"Kakak hari ini juga harus mengumpulkan berkas ke kampus, Vion juga sekolah kan? berarti rumah sepi hari ini, Ayah juga sebentar lagi berangkat kerja." Ujar Sintha.
Vionika nampak keluar dari kamar dengan mengusap-usap matanya, matanya nampak sembab, bibirnya pucat, rambutnya berantakan.
"Kakak!! ibu mana?!" Teriak Vionika.
Leona seketika menghampiri adik kecilnya yang tengah menahan tangis itu.
"Vion.. sudah ya, jangan menangis terus, nanti mata kamu bengkak lo.. hari ini kamu sekolah, ibu nanti aja pulang kok." Leona berusaha menenangkan.
"Gak mau!! aku gak mau sekolah, aku gak mau!" Teriak Vionika suaranya mulai bergetar air matanya menetes.
Leona terdiam dan menatap wajah adiknya itu, dadanya terasa sesak melihat Vionika harus merasakan kondisi broken home dengan usianya yang masih sangat dini.
"Leona, hari ini biarkan saja Vionika tidak sekolah, murid kelas satu juga masih belum terlalu serius belajar di sekolah, sebagian waktu hanya bermain saja." Ujar Sintha.
"Tapi kak, kita gak mungkin biarkan adik Vion di rumah sendirian kan? gak mungkin juga adik ikut sama Ayah kerja, atau sama kak Sintha ke kampus." Ucap Leona.
"Iya tentu saja kita tidak bisa membiarkan Vionika di rumah sendirian, itu hanya akan memperburuk suasana Leona." Jawab Sintha.
"Kakak lama di kampus, hari ini juga acara pengumpulan berkas, di kampus pasti sangat sibuk dan padat acara, Vionika tidak akan nyaman." Jelas Sintha.
Leona mulai merenung harus bagaimana, dia juga tidak bisa izin tidak masuk hari itu karena hari ini ada ujian matematika di sekolahnya, tapi Leona tidak bisa meninggalkan Vionika di rumah sendirian.
"Aku akan ajak adik ke sekolah ku!" Ucap Leona.
"Kamu serius Leona? tapi nanti kamu bisa di tegur guru lo, gimana kalau izin saja dulu sekolahnya." Sintha memberinya saran.
"Tidak kak, aku gak bisa izin, hari ini aku ada ujian matematika, nilainya sangat penting, di sisi lain aku juga gak bisa tinggalin Vion di rumah, Vionika tanggung jawabku, sebagai kakak cowok." Jelas Leona dengan tatapan meyakinkan.
"Leona, kalau memang kamu sudah yakin, kakak percayakan adik Vion sama kamu ya!" Sintha menepuk bahu Leona.
Leona mulai mandi dan bersiap-siap memakai seragam SMP-nya, anak berusia empat belas tahun yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP itu kini sudah harus mengemban tanggung jawab besar, yaitu mengasuh adik kecilnya yang kekurangan kasih sayang orang tua.
Setelah bersiap-siap Leona mencari Vionika yang masih di dandani oleh Sintha di kamarnya.
"Vion pipi bulat sini cepat, kakak sudah selesai.." Panggil Leona yang berjalan mendekati kamar Sintha.
Sesampainya di sana, Leona melihat adik kecilnya itu sudah siap, rambut nya sudah di kepang dua dengan pita ping menghiasinya, dress kecil berwarna ping senada dengan pitanya membuat gadis kecil itu sangat menggemaskan.
"Astaga Vion.. kamu lucu sekali ya!! sini kakak cubit pipi mu yang bulat itu!!" Leona mulai gemas melihat wajah lucu adiknya.
"Leona.. jangan! nanti dandanan adik kamu rusak lo." Ucap Sintha menasehati nya.
Leona pun berangkat ke sekolah membonceng Vionika dengan membawa sepedanya.
"Vion.. nanti kamu main-main saja di sekolah kakak ya, jangan nakal oke?" Ucap Leona sembari mengayuh sepedanya pelan.
"Iya kakak, di sekolah kakak ada mainan gak?" Tanya Vionika.
"Ada banyak, nanti kakak beliin kamu mainan di kantin sama permen kesukaan kamu ya? tapi janji jangan nangis lagi, jangan sedih oke?" Ucap Leona.
"Janji kakak!! yey permen!" Vionika mulai ceria pagi itu dan lupa dengan ibunya yang tidak kunjung pulang.
"Pegangan ya Vion, kakak mau ngebut!" Ucap Leona mengayuh sepedanya lebih cepat.
Mereka berdua pun melaju cepat ke sekolah Leona, sesampainya di sekolah, Teman-teman sekolahnya melihat Leona yang datang membawa adik kecilnya, semua mata tertuju padanya.
"Kakak aku malu.." Vionika memegang baju Leona dan bersembunyi di balik punggung Leona, gadis kecil itu sangat pemalu, dan takut dengan keramaian yang isinya orang asing semua.
"Iya, iya.. gak apa-apa itu teman kakak semua kok, mereka gak jahat Vion.." Ucap Leona.
"Yuk ikut kakak dulu laporan ke kepala sekolah, mau ajak kamu hari ini di sekolah supaya gak di tegur nanti." Leona menggandeng tangan Vionika dan menuju ruang kepala sekolah.
"Tok tok tok.. Permisi pak kepala sekolah ini saya Leona." Ucap Leona dari balik pintu ruangan.
"Ada apa Leona?" Tanya Pak kepala sekolah.
"Pak, saya izin mengajak adik saya di sekolah pagi ini, adik saya tidak ada yang jaga di rumah, orang tua saya tidak pulang dari kemarin pak." Jelas Leona.
"Astaga Leona.. kasihan sekali kamu dan adik kamu, kemana orang tua kamu?" Tanya pak kepala sekolah.
"Saya tidak tau pak." Jawab Leona.
"Ya sudah tidak apa-apa, tapi hati-hati supaya adik kamu tidak kemana-mana nanti di saat kamu fokus belajar, takutnya hilang, sekolah ini luas." Jelas pak kepala sekolah.
"Baik pak, terimakasih. saya akan jaga adik saya sebaik mungkin pak." Leona tersenyum senang.
Setelah minta izin dengan pak kepala sekolah, Leona keluar ruangan dan menuju kelas, Vionika memegang erat tangan Leona dan bersembunyi di balik punggung Leona.
"Hei Leona!! kamu sama siapa itu?" Teriak Dani, teman sekelasnya.
"Ini adik ku." Jawab Leona singkat.
Vionika menatap Dani dengan tatapan tajam nya karena merasa risih.
"Vion.. itu teman kakak, namanya kak Dani, dia baik kok meskipun bicaranya teriak-teriak seperti orang gila begitu haha." Jelas Leona.
"Leona, adik kamu lucu sekali, pipinya sangat bulat!! " Dani mulai gemas melihat Vionika.
"Eitsss!! jangan macam-macam kamu Dani, jangan sentuh pipi adikku, atau ku tendang kamu sampai ke palung mariana!!" Leona mendelik sahabatnya itu.
Dani pun tertawa mendengar perkataan Leona, mereka bertiga masuk menuju kelas.
"Vion.. nanti kamu tunggu kakak di luar ya pas kakak mulai ujian, nanti kakak belikan kamu mainan gelembung sabun di kantin, tapi kamu jangan ke mana-mana ya, tunggu kakak sampai selesai ujian." Jelas Leona.
...***...
Beberapa menit kemudian ujian di mulai, Leona masuk ke kelas, Vionika berdiri di depan pintu kelas Leona, melihat kakaknya masuk kelas, Leona kembali menoleh Vionika yang memperhatikan nya dari pintu, dan melambaikan tangannya.
"Dada! tunggu kakak ya." Ucap Leona kemudian duduk di kursinya dan mengeluarkan alat-alat tulisnya.
"Vionika terus melihat kakaknya yang sedang mengerjakan soal ujian, tangannya masih memegang mainan gelembung sabun yang baru saja di belikan Leona di kantin.
"Leona, itu adik kamu?" Tanya guru pengawas ujiannya.
"Iya Pak, adik saya." Jawab Leona sembari mengerjakan soal.
Vionika mulai melangkah menuju lapangan di sekolah itu, dan duduk bermain di sana, Vionika tiba-tiba teringat saat wajah Leona terkena lemparan piring oleh ayahnya, kemudian mengepalkan tangan kecilnya.
"Aku gak mau kakak sakit, aku gak mau kakak sakit, aku gak mau!!!" Gerutu Vionika sambil menepuk-nepuk tanah, Gadis kecil itu mulai asik bermain di lapangan sekolah itu, sampai tidak terasa dua jam telah berlalu, dan Leona sudah selesai mengerjakan soal ujian.
"Vion!" Panggil Leona dari pintu kelasnya.
Vionika sontak menoleh dan langsung beranjak berlari menuju ke arah Leona.
"Kakak, sudah selesai?"
"Sudah, kamu tadi main apa di sana?" Tanya Leona sembari mengusap-usap rambut Vionika.
"Main tanah kak hehe."
"Pantas tangan kamu kotor begitu, yuk ikut kakak, cuci dulu tanganmu." Leona menggandengnya menuju wastafel dekat kelas.
Setelah selesai kegiatan di sekolah hari itu Leona dan Vionika pun kembali pulang ke rumah.
"Dani, aku pulang duluan ya." Ujar Leona, kemudian mengayuh sepedanya menuju ke luar sekolah.
Dani dan teman-teman Leona yang lain melihat Leona yang sudah menjauh membonceng adik kecilnya, mereka berjalan melewati lapangan tempat Vionika bermain tadi, dan melihat sebuah tulisan di tanah lapangan itu.
"Hei Dani! lihat tulisan ini, ini pasti adik Leona yang kecil itu tadi menulis di sini." Ucap Zen, teman Leona.
Dani dan teman-teman Leona yang lain membaca tulisan itu yang yang mana isi tulisannya adalah,
"Aku sayang kakak. aku gak mau kakak sakit."
"Dani kamu lihat itu, Leona dengan adiknya sangat dekat ya, aku juga punya adik seumuran adiknya Leona, tapi adikku malah suka marah-marah dengan ku, ah Leona beruntung sekali punya adik yang sangat menyayangi nya seperti ini." Gumam Zen.
"Iya kamu benar Zen, Leona di sayang adiknya karena dia benar-benar menjadi sosok kakak yang bertanggung jawab buat adiknya, beda dengan kamu yang suka usil sama adik mu, mana mungkin adik mu menyayangi mu hahahah." Ejek Dani.
Leona dan Vionika sudah hampir sampai di rumah, Leona sepanjang perjalanan mengajak ngobrol Vionika, agar Vionika tidak kembali teringat dan sedih lagi dengan masalah di rumah mereka.
"Vion.. gimana, kamu suka kan mainan gelembung sabun itu?" Tanya Leona.
"Suka, tapi belum aku pakai." Jawab Vionika.
"Loh kenapa? kan kakak suruh kamu mainin itu tadi."
"Aku mau main gelembung sabun sama kakak." Jawab Vionika.
Leona tersenyum, Vionika selalu berhasil membuat hatinya kembali ceria di tengah-tengah orang tua mereka yang selalu saja bertengkar, dan lupa memberikan kasih sayang kepada anak-anak nya, namun dengan selalu bersama adik kecilnya itu, Leona menjadi semakin semangat menjalani hari demi Vionika.
"Vion.. kakak janji akan selalu menjaga kamu!" Bathin Leona.
Leona pun kembali mengayuh sepedanya dengan cepat.
"Vion.. pegangan yang erat, kakak mau ngebut."
"Yeyy!! iya kak!" Teriak Vionika sumringah, mereka berdua tertawa sepanjang jalan yang di lalui, sampai lupa dengan masalah yang ada di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments