Enam Tahun Setelah Kelahiran Vionika

Leona terlihat sibuk memilah tumpukan kardus yang berisi mainan mobil-mobilan, membongkar nya dan memasang kembali dengan modifan versinya, Itu hobby Leona yang membuatnya sering lupa waktu. Namun tiba-tiba aktifitas nya itu terhenti saat mendengar suara piring pecah yang berasal dari ruang keluarga.

Leona pun beranjak dan keluar kamar melihat apa yang terjadi di luar, sesampainya di ruang keluarga Leona melihat Ayah dan ibunya sedang berdebat, pecahan piring berserakan di lantai.

Leona melirik ke sudut ruangan, Vionika menangis di sana, menutup wajahnya dengan kedua tangan nya yang kecil itu, Leona langsung berlari ke arah Vionika.

"Vion! kamu tidak kena pecahan piring kan?" Tanya Leona.

Vionika menggeleng, wajahnya basah keringat bercampur air mata, Leona berdiri dan menatap kedua orang tuanya yang tengah berdebat, kemudian menghampiri mereka.

"Ayah Ibu! apa yang kalian debatkan? kalian tidak melihat ada Vionika menangis di sini? kalau dia terkena pecahan dari piring yang kalian lempar bagaimana?! " Teriak Leona.

"Leona! awas!!" Teriak ibunya.

"Sraaaakkk!!" Piring kaca terlempar tepat mengenai wajah Leona.

"Kakak!!!" Teriak Vionika berlari menghampiri Leona yang tengah mengerang kesakitan.

"Kakak, aku gak mau kakak sakit.." Ucap Vionika sambil menangis.

Leona tidak memperdulikan wajahnya yang terkena lemparan piring dari ayahnya namun dengan cepat menggendong Vionika dan pergi dari sana.

"Kakak gak apa-apa, ayo kita pergi dari sini!" Ucap Leona.

Leona berlari menuju kamarnya, dan bersembunyi di sana, berharap Sintha cepat pulang, Leona tidak berani keluar kamar selama situasi masih ribut, atau Ayahnya akan melemparnya kembali dengan benda-benda keras lainnya.

"Kakak aku takut.." Ucap Vionika terus menangis.

"Tenang saja Vion, kita tunggu di sini dulu dan jangan keluar kamar sampai kak Sintha pulang." Ucap Leona berusaha menenangkan.

Leona melihat Vionika dengan nafasnya yang tersengal karena terus menangis, kemudian mengingat kejadian barusan saat wajahnya terkena piring, seketika Leona mengepalkan tangannya, ia sangat benci dengan situasi ini, situasi yang membuat dia dan adiknya menjadi menderita.

Leona duduk termenung di samping Vionika, gadis kecil itu mulai mengantuk dan akhirnya tertidur. hingga beberapa menit kemudian seseorang megetuk pintu kamar Leona.

Leona pun beranjak dan membukanya, Sintha sudah datang.

"Leona, sebenarnya ada apa ini? kenapa di luar banyak pecahan piring berserakan?" Tanya Sintha.

"Ayah dan ibu yang melakukannya, dan aku berusaha bersembunyi di kamar menunggu kak Sintha datang." Ucap Leona.

"Kamu dan Vionika tidak apa-apa kan selama kakak belum pulang tadi?" Tanya Sintha.

"Gak apa-apa kak." Jawab Leona.

Leona kemudian berjalan menuju ruang keluarga, suasana sudah sepi, tidak ada Ayah dan ibunya lagi yang ribut di sana, suasana masih kacau, lantai penuh pecahan piring.

"Leona, kamu duduk saja dulu, biar kakak yang beresin." Ucap Sintha.

"Gak apa-apa kak biar aku bantu."

Leona dan Sintha pun membereskan seluruh area ruang keluarga itu, sampai akhirnya selesai, dan mereka berdua duduk kelelahan di sofa.

"Leona, sebenarnya apa yang di debatkan Ayah dan Ibu sampai seperti ini?" Tanya Sintha.

"Aku gak tau kak." Jawab Leona.

"Leona, ada yang mau kakak sampaikan ke kamu." Ucap Sintha.

"Sesuatu apa kak?"

"Sebentar lagi kakak sudah mulai masuk kuliah, dan kakak akan tinggal di asrama kampus." Jelas Sintha.

"Itu artinya kakak tidak pulang ke rumah lagi?" Tanya Leona.

"Kakak tetap pulang, tapi untuk waktunya belum tau kapan, mungkin setiap satu bulan sekali kakak pasti pulang." Jelasnya.

Leona termenung, di tengah kondisi Ayah dan Ibunya yang selalu saja bertengkar seperti ini, sekarang kakak sulungnya pun akan segera pergi dari rumah ini, hanya tinggal dia dan Vionika yang akan bertahan di dalam situasi ini.

"Leona, kakak tau apa yang kamu pikirkan, kamu cemas kan.. karena harus menjaga adik sendiri dalam situasi orang tua kita yang selalu saja ribut, kamu tenang dulu ya, nanti kakak coba akan bicarakan ini dengan Ayah dan ibu" Ujar Sintha.

...***...

Langit mulai meredup, matahari nampak akan segera tenggelam, Leona masih mematung di pintu rumahnya menatap ke luar, ibunya yang tidak kunjung terlihat setelah pertengkarannya dengan Ayah-nya tadi.

Vionika yang baru saja selesai mandi dengan Sintha, berlari ke arah Leona berdiri.

"Kakak!! kakak sedang apa?" Tanya Vionika.

"Eh? hehe enggak, kakak hanya sedang melihat langit saja Vion, kamu pasti sudah mandi ya? wangi sekali." Ujar Leona menatap wajah lucu adiknya yang berdiri di depannya.

Leona cemas, sebentar lagi adik kecilnya itu pasti akan menangis saat menyadari ibunya tidak pulang, Leona mulai berpikir keras bagaimana caranya membuat alasan supaya Vionika tidak menangis.

"Ibu dimana kak?" Tanya Vionika.

"Tuh kan benar.. Vionika pasti nanyain ibu." Bathin Leona.

"Eh.. ibu, ibu masih ke pasar.. jadi belum pulang, mungkin sebentar lagi pulang." Jawab Leona.

Leona kemudian menggandeng tangan mungil adiknya itu masuk ke dalam rumah, entah sampai kapan situasi ini akan berlanjut, keadaan orang tua yang setiap hari bertengkar, di tambah ibunya yang tidak pulang entah kemana.

Vionika mulai resah, melihat langit sudah gelap biasanya itu adalah jam ia bersama ibunya, namun kali ini gadis kecil itu celingukan mencari ibunya yang tak terlihat di mana pun.

"Kakak! ibu kemana!!? kenapa tetap belum pulang sudah malam begini.." Ucap Vionika matanya sudah mulai basah hendak menangis.

Leona menatap dalam-dalam wajah adiknya itu, kini dia bingung harus memberi alasan apa kepada Vionika, Leona pun memegang tangan kecil adiknya.

"Vion, kakak belum tau ibu kapan pulang.. tapi kamu tenang saja ya, kakak pasti tetap di sini kok jagain kamu, sampai ibu pulang." Ucap Leona kemudian mengusap pipi Vionika yang sudah mulai basah dengan air mata.

"Vion.. sambil menunggu ibu datang, kita nonton kartun ke sukaan kamu yuk?" Ajak Leona.

Vionika mengangguk, Leona mengajak nya duduk di depan televisi dan memutarkan film kartun kesukaan adiknya, beberapa saat kemudian Sintha datang.

"Leona, kakak baru saja berbicara dengan Ayah." Ucap Sintha.

"Gimana kak? apa kata Ayah?" Tanya Leona.

"Kata Ayah, Ibu pergi ke rumah nenek, jadi Ayah tidak tau kapan ibu pulang." Jelas Sintha.

"Kak.. adik Vion bagaimana? dia pasti akan terus menangis kalau sampai ibu tidak pulang." Ucap Leona dengan wajah cemas.

"Apa boleh buat Leona.. kita tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa kita lakukan hanya menunggu ibu pulang, dan menjaga Vionika." Jelas Sintha.

Leona kembali termenung, hatinya benar-benar terasa kacau malam itu, ia mulai berusaha menenangkan pikirannya, dan memikirkan pelan-pelan apa yang harus ia lakukan.

"Ini sudah larut malam, ayo kita tidur Leona." Ucap Sintha.

"Kak, Adik Vion biar tidur bersama ku saja ya." Leona melirik adiknya yang sudah mulai mengantuk di depan televisi.

"Ya sudah, Vion juga lebih tenang kalau sama kamu, kalau gitu kakak ke kamar dulu ya, nanti kalau perlu apa-apa, cari saja." Ucap Sintha kemudian pergi dari kamar Leona.

"Vion.. hari ini kamu tidur sama kakak ya, Ibu belum pulang, sampai larut malam." Ucap Leona.

Vionika sudah mulai tertidur, tapi Leona masih termenung duduk di atas kasurnya memikirkan ibunya yang tidak pulang, juga memikirkan Sintha yang sebentar lagi akan kuliah dan tinggal di asrama, Leona mulai takut jika Ayah dan ibunya kembali bertengkar, dan membuat keributan di rumah.

Leona melirik adik kecilnya yang tertidur di sampingnya, hatinya sangat sedih menatap wajah adiknya yang dulunya ceria sekarang menjadi sering menangis, air mata Leona menetes membasahi pipinya.

Terpopuler

Comments

~(Key)~

~(Key)~

loh kenapa ayah dan ibunya bertengkar/Frown/

2024-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!