Vionika terbangun pagi itu, Leona masih tertidur di sampingnya, malam itu Vionika kembali tidur bersama Leona, entah apa yang terjadi kemarin malam kepada Ayah dan Ibunya, setelah bertengkar.
"Kakak, bangun.. " Ucap Vionika menepuk pipi Leona.
Leona terbangun, dan membuka matanya pelan-pelan, terlihat samar-samar wajah Vionika yang tersenyum, hingga Leona membuka full matanya.
"Vion, kamu sudah bangun.. astaga! jam berapa ini? aku bisa telat ke sekolah!" Ucap Leona sembari mengambil jam tangannya di atas meja belajarnya.
"Vion, kakak mandi dulu ya, kamu bisa sekolah kan hari ini?" Tanya Leona.
Vionika menggeleng, situasi pagi itu sangat berat untuk nya pergi ke sekolah, bahkan mereka berdua tidak punya bekal pagi itu untuk hanya sekedar membeli sarapan.
"Ya sudah, kakak mandi dulu, nanti kamu ikut kakak ke sekolah ya." Ucap Leona melompat dari kasur nya dan menuju kamar mandi.
Setelah mandi Leona melihat suasana rumah sepi, Ibunya mungkin kabur lagi dari rumah, Ayahnya yang keluar rumah entah kemana, Leona merogoh saku seragamnya, hanya ada sisa uang 5000 Rupiah di sakunya.
Leona memasukkannya kembali ke sakunya dan langsung bergegas ke kamar untuk mendandani Vionika.
"Vion, hari ini kamu ikut lagi sama kakak ke sekolah ya, sekarang kamu siap-siap dulu." Ucap Leona sambil menyisir rambut Vionika.
"Kak, nanti jadi gak kita main gelembung sabun?"
"Iya, nanti setelah kakak pulang sekolah ya."
Setelah selesai mendandani Vionika, mereka berdua pun berangkat ke sekolah Leona, Leona mengayuh sepeda silvernya itu sambil membonceng Vionika.
Sesampainya di sekolah, Leona kembali meletakkan sepedanya, dan mengajak Vionika melapor di ruang kepala sekolah seperti kemarin, Siswa-siswi lain melihat Leona yang datang ke sekolah selalu mengajak adiknya, mereka nampak kasihan melihat Leona.
"Permisi pak kepala sekolah, ini saya Leona." Ucap Leona dari balik pintu ruangan kepala sekolah.
"Ada apa Leona?" Tanya pak kepala sekolah.
"Pak saya minta izin mau ajak adik saya lagi hari ini di sekolah." Ucap Leona.
"Leona, apa orang tua mu tidak ada di rumah lagi?" Tanya kepala sekolah.
"Iya Pak, orang tua saya tidak ada, setelah saya bangun tadi pagi, saya sudah melihat suasana rumah yang kosong, dan tidak melihat orang tua saya pak." Jelas Leona.
"Leona, duduk sebentar di sini, saya mau berbicara dengan kamu." Panggil pak kepala sekolah dan memberikan Leona kursi.
Leona menggandeng tangan Vionika dan duduk di samping kepala sekolah, tangan Vionika masih terus memegangi baju Leona dari belakang.
"Leona, kamu ada masalah di keluarga kamu ya?" Tanya pak kepala sekolah.
Leona termenung, setiap di tanya soal itu ia pasti bingung harus menjawab apa, Vionika seketika berbicara.
"Jangan sakiti kakak ku!" Ucap Vionika.
"Vion.. jangan ngomong begitu, dia pak kepala sekolah, dia gak nyakitin kakak kok." Ucap Leona.
Pak kepala sekolah tersenyum, Leona merasa malu karna adiknya nyeletuk berbicara seperti itu.
"Pak maaf, adik saya mungkin masih trauma dengan kondisi di rumah, jadi tadi dia bicara seperti itu." ucap Leona menunduk.
"Tidak apa-apa Leona." Jawab kepala sekolah.
Setelah selesai berbicara dengan kepala sekolah, Leona kembali ke kelas nya, Vionika terus memegangi baju Leona seperti anak itik yang baru saja menetas.
"Hei Leona, kamu mengajak adik kamu yang imut itu lagi ya hehe." Dani menghampiri nya.
"Iya Dan." Jawab Leona singkat.
Dani melihat raut wajah Leona yang nampak murung pagi itu, dan menepuk pundak Leona.
"Leon, kamu kenapa?" Tanya Dani.
"Aku gak apa-apa Dan." Leona berusaha untuk tidak bercerita.
Dani melirik wajah Vionika, mata gadis kecil itu terlihat sembab dan bengkak, sampai akhirnya Dani mulai bertanya serius.
"Leon, kamu cerita sama aku dan Zen, kami kan sahabat kamu, setidaknya kami tau kamu kenapa, siapa tau kami bisa bantu." Ucap Dani.
"Aku bingung harus cerita dari mana Dan." Ucap Leona.
Vionika memegang erat tangan Leona, saat Leona berbicara dengan teman-temannya, Dani dan Zen seketika tersenyum ke arah Vionika.
"Vion, kami gak akan menyakiti kakak kamu kok, kami ini teman kakak mu, jangan takut ya cantik." Ucap Dani.
"Sorry kawan-kawan, adikku sepertinya trauma dengan kejadian di rumah, barusan juga adik ku menegur kepala sekolah, dia kira pak Kepala sekolah akan menyakiti ku." Jelas Leona sambil tertawa.
"Leona, sebenarnya apa yang terjadi? aku melihat situasi kamu dan adik mu tidak normal, ayo lah cerita sama kami!" Bujuk Zen.
Leona pun menceritakan seluruh permasalahannya di rumah hingga dia selalu mengajak adik nya untuk datang ke sekolah, Zen dan Dani sangat tercengang mendengarnya.
"Leona, aku salut dengan mu, kamu bisa sekolah dan mengikuti ujian dengan baik dalam situasi keluarga mu yang seperti itu." Ucap Dani.
"Bukan cuma itu, aku juga sangat salut dengan mu, karena kamu bisa mengasuh adik kamu, itu adalah hal yang susah seharusnya, tapi kamu mampu melakukannya, kamu hebat Leona!" Ucap Zen menepuk pundaknya.
Leona tersenyum, dia bersyukur memiliki dua orang sahabat yang sangat baik dan mengerti keadaannya, Dani dan Zen mulai berencana sesuatu untuk Leona.
"Leona, bagaimana kalau kamu menginap di rumah ku saja, selama orang tua kamu tidak pulang?" Tanya Dani.
"Di rumah mu?" Tanya balik Leona.
"Iya, nanti kalau kamu mau, pulang sekolah kita barengan ke rumahku." Jelas Dani.
Vionika kembali meremas tangan Leona, memberikan kode bahwa dia tidak setuju dengan rencana itu, Leona menoleh wajah adik nya yang menatap cemas dirinya.
"Terimakasih Dan, ku rasa aku tidur di rumah saja gak apa-apa kok, adikku juga lebih nyaman tidur di rumah, dia tidak terbiasa menginap di rumah orang lain." Jelas Leona.
...***...
Setelah selesai mengerjakan ujian hari itu, Leona bergegas memasukkan buku-buku nya dan alat tulis nya ke dalam tas lalu beranjak dan keluar kelas mencari Vionika yang dari dua jam yang lalu menunggunya di lapangan.
"Vion.. kakak sudah selesai, ayo kita pulang!" Panggil Leona.
Vionika beranjak dari tempat duduknya, dan berlari menuju Leona yang berdiri di depan kelas, Dani dan Zen mendahuluinya pulang.
"Vion, kita beli makan sebentar ya, kakak bawa uang 5000 rupiah buat beliin kamu makan sekarang, kamu mau beli apa?" Tanya Leona.
"Terserah kakak aja."
Mereka pun keluar dari gerbang sekolah, Leona mengayuh pelan sepedanya, sambil melihat-lihat warung di pinggir jalan, dan ia menemukan satu warung kemudian berhenti di sana.
"Vion, kita makan di sini saja ya, kamu tunggu di sini, kakak akan membelikan kamu makanan." Leona masuk ke dalam warung itu.
Vionika melihat di seberang jalan, ada tanah lapang yang berisi rumput hijau, dan satu pohon besar di tengahnya, mata Vionika berbinar melihat pemandangan hijau itu.
Leona pun keluar dari warung itu dengan membawa sebungkus nasi dan menghampiri Vionika yang tengah melamun menghadap ke seberang jalan itu.
"Vion, kamu lihat apa?" Tanya Leona.
"Lihat itu.. pemandangan yang sangat indah." Vionika menunjuk ke seberang.
"Kita ke sana yuk?" Ajak Leona.
"Wah benar kak?" Wajah Vionika sumringah.
Leona pun mengayuh sepedanya menyebrang ke tanah lapang itu dengan membonceng Vionika di belakangnya, sesampainya di tanah lapang itu mereka duduk di bawah pohon besar itu.
"Vion, kita makan makanannya di sini yuk."
Leona mengeluarkan sebungkus nasi putih dengan lauk ayam itu, dan menyuapi Vionika.
"Vion, kamu pasti lapar sekali, dari kemarin malam kamu belum makan." Ucap Leona.
"Kakak juga belum makan dari kemarin malam."
"Kakak kan kuat, yang terpenting itu kamu, perut kamu kan mudah sakit, nanti kalau sakit perutmu kambuh kan susah, kamu jangan malas makan ya Vion." ucap Leona sembari terus menyuapi Vionika.
"Sudah, aku sudah selesai." Vionika menolak suapan Leona.
"Kok begitu? ini masih tinggal setengah lo, ayo buka mulut mu.."
"Tidak, kakak saja yang makan, aku sudah kenyang." Vionika beranjak dan berjalan-jalan di sekitar tanah lapang yang penuh rumput hijau itu.
Leona menghabiskan sisa makanan Vionika, perutnya benar-benar lapar, namun ia tidak ingin ikut menghabiskan nasi yang isinya sedikit itu, ia berusaha memberikan Vionika terlebih dahulu.
Setelah selesai makan, Leona beranjak dan menghampiri Vionika yang tengah Jingkrak-jingkrak, sambil meniup gelembung sabun yang di belikan Leona.
"Vion!! kakak punya sesuatu lagi buat kamu." Leona mengeluarkan botol kaca bekas minuman dari dalam ranselnya.
"Botol? buat apa kakak?" Tanya Vionika.
"Ini kertas buat kamu, kamu tulis keinginan kamu disini, kamu kan sudah pintar menulis, kakak sudah mengajarimu setiap hari, ayo." Ucap Leona menyodorkan selembar kertas dan pulpen kepada Vionika.
Vionika mulai menulis keinginannya di selembar kertas itu, setelah itu menggulungnya rapat-rapat.
"Nah, kalau sudah masukkan ke botol ini." Ucap Leona menyodorkan botol kaca itu.
Vionika memasukkan kertasnya, dan sekarang giliran Leona yang menulis keinginannya lalu memasukkan nya juga ke dalam botol kaca itu.
"Nah, kalau sudah di masukkan semua kertasnya, sekarang kita tanam botol ini dalam-dalam di bawah tanah." Leona melangkah menuju pohon besar itu dan menggali lubang dalam di sana.
"Kok di tanam kak?" Tanya Vionika.
"Iya Vion, ini namanya kapsul waktu, suatu hari nanti kakak akan mengajak kamu datang ke tempat ini lagi, dan membaca kembali isi kertas yang kita tulis tadi." Jelas Leona.
"Sekarang ayo kita pulang." Leona menggandeng tangan Vionika menuju sepedanya, mereka berdua pulang sore itu, dan bernyanyi bersama sepanjang perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
~(Key)~
hmm apa ya keinginan leona dan vionika...jadi penasaran
2024-01-23
1