"Sera? Wow! Sebuah kebetulan yang menyenangkan bisa berjumpa denganmu di sini!"
Sang empunya nama menengok, mendapati seorang lelaki dengan setelan jaket kulit serta denim hitam menawan menyapa dengan senyuman lebar yang manis.
Seraphina ingat siapa lelaki ceria yang baru saja menyapanya dengan akrab barusan, tak lain dan tak bukan adalah Rayden.
Sebegini luasnya ibukota, bagaimana bisa mereka berjumpa secara kebetulan sebanyak dua kali ini?
"Hai, Rayden. Sudah lama tidak melihatmu, bagaimana kabarmu?" Seraphina terpaksa berbasa basi sebentar semata-mata untuk menghargai Rayden yang ramah padanya.
Jaman sekarang orang yang ramah dan murah senyum semakin berkurang jumlahnya, Seraphina suka dengan orang yang tak ragu mengekspresikan dirinya secara terbuka seperti Rayden. Dengan sifat ceria itu, Seraphina merasa dirinya bisa lebih akrab lagi dengan Rayden.
Tanpa ragu Rayden berjalan menghampiri Seraphina yang duduk seorang diri di pinggir kolam air mancur. Entah dengan siapa perempuan itu datang, Rayden tak akan menyia-nyiakan kesempatan emasnya berbincang dengan si cantik Seraphina.
"Aku baik! Apalagi setelah bertemu denganmu! Aku bertanya-tanya, bagaimana aku bisa menjangkaumu lagi setelah obrolan kita di kafe waktu itu. Bodőhnya aku lupa meminta kontakmu. Bisakah kamu membaginya denganku??" Sorot mata Rayden tampak antusias.
Rayden sungguh merutuki kebodőhannya yang lupa meminta alamat email ataupun nomor telfon milik Seraphina yang bisa dihubungi, hingga membuatnya kalang kabut mencari sendiri.
Seraphina tak masalah berbagi nomor telfon pribadinya, jika saja posisinya hampir berpisah seperti kemarin. Tapi saat ini, sepertinya bukan waktu yang tepat, terlebih lagi dirinya dapat merasakan tatapan menusuk dari balik punggungnya, seolah ada seseorang yang menatapnya dengan tajam.
"Itu...maaf, aku bukannya pelit atau apa, tapi aku tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman di kemudian hari." Seraphina berusaha menolak secara halus.
Penolakan Seraphina jelas mematahkan semangat Rayden.
"Kenapa?? Siapa yang akan salah paham dengan itu?"
"AKU."
Suara seseorang menyela percakapan Rayden dan Seraphina.
Theodore di sana. Berdiri tepat di belakang Rayden dengan ekspresi datar yang sedikit menyeramkan (bagi Seraphina).
Sontak kehadiran Theodore mengejutkan Rayden yang terkesiap kaget. "Astaga! Siapa anda?! Bisa-bisanya berdiri di belakangku tanpa suara!" pekiknya, seraya mengusap dâdá.
Bukannya menjawab, Theodore justru melipat kedua tangan didepan dâdä, sambil memandangi Seraphina dan lelaki tak dikenal itu secara bergantian.
"Siapa dia?" Theodore bertanya dengan nada bicara datar.
Walau tak diketahui secara langsung pertanyaan itu ditujukan untuk siapa, Seraphina merasa dia harus menjelaskan situasi di antara mereka.
Seraphina pun bangkit dari duduknya, ini waktunya memperkenalkan kedua lelaki itu, "Theodore, perkenalkan, dia adalah Rayden Ford, teman sekelasku sewaktu SMA. Dan Rayden, ini Theodore...dia....dia suamiku..."
Perkenalan singkat dari Seraphina sukses meruntuhkan dunia Rayden.
Bak kejatuhan meteor di siang bolong, Rayden merasa ada yang baru saja melubangi hatinya begitu dalam hingga membuat otaknya sulit mencerna situasi yang ada dengan jelas.
"Su-suami?"
Nyaris saja roh Rayden melayang dari tempatnya. Setelah sekian tahun menyimpan benih cinta yang tak dapat diungkapkan, realita justru menampar dirinya dengan begitu kejam.
"Suami....kamu tidak sedang bercanda 'kan?" Rayden menatap Seraphina dengan ekspresi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Tapi inilah kenyataan yang ada di depan mata. Bahwa Seraphina adalah istri dari seorang Theodore Callisto.
"Sepertinya aku lupa memberitahumu waktu itu. Ya, aku tak berbohong, aku memang istri dari lelaki ini."
Seraphina sudah bersuami!
Ingin rasanya Rayden menenggelamkan diri ke laut dan tenggelam sedalam mungkin menghindari daratan!
Rupanya dia sudah sangat terlambat.
"Se-sejak kapan?"
Theodore tidak suka ini. Reaksi lelaki bernama Rayden itu jelas menggambarkan patah hati secara tak langsung, ditambah lagi lelaki itu hanya terfokus sepenuhnya pada istrinya.
'Dasar tidak sopan! Sudah tahu suaminya ada di sini tapi fokusmu hanya tertuju pada Seraphina saja. Harus kuapakan orang seperti dia?' Theodore merasakan satu ancaman yang berasal dari lelaki bermarga Ford itu.
Entahlah, tapi hatinya mengatakan bahwa lelaki itu bisa menjadi ancaman diantara dirinya dan Seraphina, Theodore harus mengawasi lelaki itu guna menghindari hal yang tak diinginkan.
"Eum, hampir dua tahun ini. Maaf, aku benar-benar lupa memberitahumu...mungkin karena aku tak ingin merusak suasana waktu itu.." Tak tahu mengapa, Seraphina merasa bersalah atas kelalaiannya.
"Sungguh...kau sukses mengejutkanku, Sera.." Lalu Rayden mengatupkan bibirnya. Hatinya terasa pedih, tapi tak mungkin dia perlihatkan di depan orang yang bersangkutan.
Lalu pandangan Rayden beralih pada Theodore yang memasang raut wajah tidak bersahabat. Hanya dengan melihat dari ekspresi Theodore saja Rayden dapat merasakan ketidaksukaan yang besar kepada dirinya.
'Theodore? Nama dan wajahnya tidak asing, tapi siapa ya? Apa kita pernah bertemu?' Kalau diperhatikan lebih seksama, wajah Theodore terlihat familiar tapi Rayden masih belum bisa mengingatnya.
"Topik kali ini benar-benar membuatku campur aduk. Lebih baik obrolan kita berhenti sampai di sini dulu, terima kasih telah memberitahuku, Sera." Sampai menit terakhir, Rayden masih berusaha mempertahankan senyumannya.
Dia harus tegar menghadapi kenyataan yang menyakitkan ini.
'Rupanya aku sudah terlambat...andai saja dulu aku berani menyatakan cintaku, apa sekarang yang berdiri di sisimu adalah aku?'
Rayden hanya sanggup tersenyum pahit ketika berpisah dengan Seraphina. Rayden kira dirinya masih mempunyai kesempatan emas untuk mendekati Seraphina lagi. Nyatanya ekspektasinya benar-benar diluar jangkauan.
'Jika memang lelaki itu yang terbaik untukmu, aku akan belajar mengikhlaskanmu, Sera. Tapi jika sebaliknya, maka aku tak akan tinggal diam. Aku sudah berubah sejauh ini, semua karena kamu. Hanya untukmu aku ingin berubah menjadi lebih baik. Aku mendoakan kebahagiaanmu, Sera...'
...******...
Atmosfir diantara Seraphina dan Theodore berubah canggung setelah mereka berhasil memisahkan diri dari Rayden.
"Kapan kamu bertemu dengannya?"
Theodore penasaran, apakah Seraphina bertemu dengan lelaki itu secara diam-diam atau secara kebetulan juga.
"Sudah agak lama, sebelum kamu pergi untuk perjalanan bisnis. Kami tak sengaja bertemu di kafe tempat aku dan Irene makan."
Memang betul 'kan? Waktu itu harusnya ada Irene, tapi berhubung Irene pulang duluan, jadi hanya Seraphina yang ngobrol dengan Rayden.
Seraphina menjawab secara tegas, Theodore tak menemukan keraguan dari intonasi bicara Seraphina, yang kemudian membuatnya berasumsi bahwa memang begitu kronologi perjumpaan Seraphina dengan Rayden.
Theodore sedikit bernafas lega. Bukan berarti Seraphina sengaja mengatur waktu hanya untuk berjumpa dengan lelaki lain.
"Aku tidak bisa mengusirnya begitu saja, karena di masa lalu, kami memang cukup akrab..." ujar Seraphina, 'Yah...walau tidak sedekat itu juga karena sikap Rayden waktu itu cukup menyeramkan,' batinnya, yang tak dapat diungkapkan lewat kata.
Seraphina tak ingin Theodore memandang buruk Rayden yang memiliki masa lalu kurang baik.
"Aku hanya sedikit tidak suka meihatmu akrab dengan lelaki lain...Itu membuat perasaanku sedikit tidak tenang," ungkap Theo tiba-tiba.
Apakah ini yang dinamakan perasaan cemburu?
Jika iya, Theodore tidak begitu menyukainya.
'Mulai sekarang, aku harus mengawasi setiap lelaki yang ada di dekat Seraphina. Seraphina mungkin tidak begitu menyadarinya, tapi banyak yang tertarik padanya. Sera hanyalah milikku, tak akan kubiarkan 'ancaman' datang diantara kami.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments