"Selamat malam Tuan Theodore, saya ingin melaporkan beberapa hal kepada anda."
Theodore baru saja tiba di studio apartemennya yang berada di London, selepas menghadiri acara makan malam bersama beberapa investor dan mulai mendengarkan secara seksama laporan yang diberikan oleh kepala bodyguard kepercayaannya yang berjaga di sekitar Seraphina.
Theodore memang selalu memerintahkan seluruh anak buahnya untuk menjaga, mengawasi serta mendampingi Seraphina dimanapun dan kapanpun istrinya berada.
"Ya, ada apa?"
Dinilai dari nada bicara kepala bodyguardnya kali ini, tersirat nada keraguan untuk mengatakan sesuatu kepadanya atau tidak.
"Itu...perihal Nyonya Seraphina...belakangan ini lebih sering menghabiskan waktunya bersama Nona Irene. Nyonya Seraphina juga menolak untuk kembali ke penthouse, justru beliau menyuruh anak buah saya untuk pulang dan berjaga di studio saja. Saya sendiri sudah beberapa kali ini mendapati Nyonya Seraphina membawa sebuah map yang sedikit mencurigakan. Setiap kali saya mencoba untuk memeriksa isi dari map tersebut, Nyonya Seraphina selalu menolaknya dengan tegas. Apa anda ingin saya mencuri map itu secara diam-diam untuk melihat isinya, Tuan?"
Kepala Bodyguard melaporkan semua yang dia ketahui tanpa ada yang disembunyikan kepada sang atasan.
Pasalnya, gerak-gerik Seraphina terlihat sedikit mencurigakan dari waktu ke waktu. Lantas hal ini membuat rasa penasaran beberapa bodyguard yang sempat mengawal Seraphina semakin mencuat.
Tetapi dasarnya Theodore itu masih cukup cuek dan tak pernah berprasangka buruk terhadap Seraphina, jelas dirinya tak mencurigai adanya hal yang janggal dari gelagat Seraphina meski dia tinggal jauh seperti saat ini.
"Mungkin itu urusan pekerjaannya. Seraphina bilang dia ingin mendirikan butik baju sendiri bersama Irene. Biarin saja untuk sementara waktu. Namun tetap awasi dia dari kejauhan," titah Theodore pada bawahannya.
"Baik, tuan. Perintah tercopy!"
Pip
Sambungan telfon terputus. Theodore mengusak anakan rambutnya ke belakang. Tubuhnya terasa lelah, tetapi laporan yang dia terima barusan semakin menambah beban pikirannya. Padahal biasanya Theodore cuek dan tak ingin ambil pusing pada apapun yang Seraphina lakukan. Namun entah mengapa, laporan kali ini membuat hatinya sedikit resah.
Belum lagi melakukan perjalanan bisnis seperti sekarang bukan sesuatu yang menyenangkan bagi Theodore. Pembangunan gedung perusahaan cabang di London akan segera rampung, jadi mau tak mau Theodore harus mengecek kondisi gedung secara langsung, ditambah lagi masih harus melakukan banyak meeting bersama para investor beserta jajaran anggota dewan perusahaan mengenai rencana bisnis untuk ke depannya nanti.
"Aku harap bisa pulang lebih cepat..."
Di London sedikit terasa sepi, lantaran tak ada teman dekat yang Theodore punya di sana. Meskipun masih ada saudara atau rekan kerja yang juga berada di kota yang sama dengannya, Theodore tak memiliki niat menghabiskan waktu luangnya mengunjungi mereka.
Rasanya aneh dan sepi kala matanya tak menemukan sosok Seraphina yang biasanya berseliweran di sekitarnya.
Theodore mendengus panjang sambil menyandarkan punggung lelahnya pada kursi putar yang tengah dia duduki.
Bayangan Seraphina akhir-akhir sering melintas di pikirannya sampai membuat konsentrasinya sedikit terpecahkan. Hal ini sungguh membingungkan Theodore, dia sendiri tak mengerti mengapa dirinya bersikap demikian terhadap sosok wanita yang berstatus 'istri'nya saat ini. Terkadang Theodore ingin mendekatkan diri dengan Seraphina, tetapi rasa takut dan trauma semasa kecilnya selalu membuatnya urung melakukan itu.
Walau sikapnya yang pengecut ini menjauhkannya dari Seraphina, wanita itu selalu mengusahakan yang terbaik untuknya. Theodore jadi malu pada dirinya sendiri karena belum bisa terlepas dari perasaan takutnya yang begitu besar. Theodore tidak ingin suatu saat nanti dia menyakiti Seraphina seperti apa yang dilakukan ayahnya di masa lalu.
Maka dari itu, Theodore hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya. Apa yang sedang dilakukan Seraphina, apa yang sedang dipikirkan wanita itu. Theodore hanya berani memikirkan Seraphina dalam benaknya.
Seperti sekarang misalnya, diam-diam Theodore penasaran dengan perkembangan dari rencana Seraphina yang ingin mendirikan sebuah butik pakaian bersama Irene.
'Apa Sera mengalami kesulitan di tengah usahanya ya?'
Theodore tidak berani mengulik secara detail tentang informasi mengenai bisnis yang hendak dibangun oleh Seraphina dan Irene. Belum lagi setelah mendengar laporan dari bodyguard yang bekerja mengawasi Seraphina, fokus Theodore jadi bercabang.
'Padahal kalau dia mengalami kesulitan finansial, dia bisa meminta bantuanku secara langsung, entah memintaku jadi investor mereka atau apa, aku tidak akan keberatan jika itu akan meringankan beban pikirannya..'
Jika dipikir-pikir lagi, Seraphina sama sekali tidak pernah meminta apa pun darinya, padahal Theodore akan mengabulkan semua yang istrinya minta jika memang itu yang Seraphina inginkan.
'Aku yakin map yang dibawa Seraphina itu isinya tentang butik yang tengah dia garap sekarang. Kalau bukan soal itu, lalu apa lagi? Tak ada yang mencurigakan darinya sebelum aku tinggal..' Theodore jadi sedikit kepikiran.
'Sejauh ini Seraphina tidak memiliki teman dekat laki-laki yang lebih dari batas wajar, jadi aku yakin Seraphina tidak mungkin berselingkuh dibelakangku secara diam-diam. Lalu apa? Apa ada yang dia sembunyikan dariku?'
Dahi Theodore mengerut dalam. Memikirkan wanita itu jadi membuatnya pusing bukan main karena tak memiliki petunjuk apapun.
'Apa aku hubungi saja, sekedar berbasa-basi menanyakan kabar?' Theodore sangat malu hendak menghubungi sang istri.
Gengsinya yang besar selalu menahan Theodore untuk tidak menghubungi Seraphina terlebih dulu.
"Kurasa tidak ada salahnya menghubunginya sebentar. Entah mengapa perasaanku sedikit risau.." Pada akhirnya gengsinya sedikit diturunkan, berbekal nekat dan menahan malu, Theodore menekan tombol telfon pada kontak milik sang istri.
Sambungan telfon mulai berdering, menanti si penerima telfon untuk segera mengangkat panggilan Theodore di tengah malam.
Semenit, dua menit, yang terdengar hanya nada berdering yang entah sejak kapan terdengar memuakkan di telinga Theodore. Seraphina sama sekali tak mengangkat panggilan itu. Kegelisahan sedikit merambati hati Theodore.
'Apa dia sudah tidur?'
Mungkin Seraphina sudah terlelap, tapi ini sedikit tidak biasa. Theodore tahu kalau Seraphina biasa tidur di atas jam 1 dini hari.
Tut
Panggilan ditolak.
Seraphina mematikan panggilan telfon dari Theodore tanpa sedikitpun memberi alasan.
'Kenapa dengannya? Tumben sekali menolak panggilan dariku?' Dahi Theodore kembali mengerut, namun kali ini karena bingung dengan sikap Seraphina.
Biasanya sekalipun Theodore hanya mengabari sebentar pun, Seraphina pasti akan mengangkat telfon ataupun membalas pesan darinya.
Ini seperti Seraphina tengah merajuk akan sesuatu.
Theodore yang tak berpengalaman menangani wanita dan tak peka terhadap situasi pun hanya bisa menghela nafas pasrah.
'Kalau begitu ya sudah. Mungkin dia sedang beristirahat, aku tak mau mengganggunya lagi.'
Theodore meletakkan ponsel mahalnya di atas meja sembari menyamankan punggungnya pada kursi kerja miliknya.
'Sebenarnya aku ini kenapa? Kenapa aku jadi sering memikirkan wanita itu dengan hal-hal yang tak kupahami...' Theodore tak berniat membuka hatinya untuk Seraphina, namun sekarang, segalanya terasa membingungkan.
'Mau dia ngapain, seharusnya itu bukan menjadi urusanku. Aku harus berhenti memikirkannya..'
Theodore mengalami dilema. Satu sisi dirinya mulai peduli terhadap Seraphina, namun di sisi lain lagi, Theodore tak ingin berurusan lebih banyak dengan istrinya itu.
Pergulatan batin mulai menghantui Theodore. Dirinya tak menyadari bahwa sosok istri yang selama ini setia mencintai dan memperhatikannya telah berhasil menguasai separuh dari hatinya.
Atau mungkin, Theodore sendiri yang enggan mengakui perasaannya itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Milo28
elu biang keroknya
2024-04-09
0
Milo28
hubungi dong banggg, pengecut amat dah
2024-04-09
0