"Sayang, aku sudah buatkan sarapan untuk kita! Ayo, kita makan bersama selagi masih hangat!"
Seraphina menyambut Theodore yang baru keluar dari kamar. Untuk sementara waktu ini, mereka tinggal di penthouse milik Theodore sembari menunggu rumah mereka selesai dibangun. Itu adalah rumah yang diberikan oleh ayah Theodore sebagai hadiah atas pernikahan mereka.
Dan meskipun penthouse milik Theodore itu luas dan mewah, ternyata tidak memiliki banyak kamar di dalamnya. Hanya ada dua kamar saja yang tersedia, yaitu kamar utama yang ditempati Theodore dan satu lagi kamar tamu, yang sayangnya digunakan sebagai gudang darurat oleh sang pemilik.
Alhasil Seraphina terpaksa harus tidur satu ranjang dengan Theodore. Walaupun Theodore awalnya menolak dan berencana menginap di studio apartement lain agar tidak seranjang dengan istrinya, Seraphina dengan cepat mencegah niatan suaminya dan menahan lelaki itu untuk tetep tinggal dengannya.
Seraphina merasa sikap penolakan Theodore makin lama makin parah dari pada sebelumnya, lebih lagi sejak mereka mulai tinggal bersama. Theodore seolah-olah jijik harus berdekatan dan melihat dirinya setiap hari. Hal ini tentu membuat Seraphina sedih dan kecewa.
Tapi apapun reaksi dan sikap Theodore, Seraphina sudah bertekad akan terus memperjuangkan cintanya agar disadari oleh Theodore.
Seperti pagi ini misalnya, Seraphina sudah berkutat di dapur sejak pukul 5 pagi, hanya demi memasakkan sesuatu untuk suaminya. Entah Theodore mau memakannya atau tidak, setidaknya Theodore tahu bahwa dirinya bisa memberi lelaki itu makan makanan yang sehat.
"Eum...aku membuatnya spesial untukmu. Maukah kamu mencobanya?"
Theodore hanya terdiam di anakan tangga terakhir, dengan ekspresi datarnya yang khas.
"..."
Hening seketika menyelimuti keduanya. Tak ada respon berarti dari Theodore dan itu cukup membuat nyali Seraphina menciut.
Theodore menghela nafas panjang, seraya membenarkan kancing di ujung lengan kemejanya. Dia sudah bersiap hendak pergi ke kantor sesegera mungkin, sebelum jalanan semakin macet dan dipadati kendaraan.
"Aku tidak punya waktu lagi. Aku harus segera berangkat."
Seraphina meremas ujung apron yang masih menempel di tubuhnya. Tak sadar bila dirinya masih mengenakan baju itu di depan Theodore.
"O-oh, begitu ya...baiklah, apa mau aku masukkan ke dalam kotak bekal saja?"
Lirikan tajam Theodore berikan pada Seraphina yang terus mengoceh. Sebelum perempuan itu datang ke penthousenya, tak ada yang pernah seberisik ini dan ini cukup mengganggunya.
"Tidak usah. Lebih baik kau habiskan semua itu. Lain kali kalau aku tidak memintanya, tidak usah dibuatkan."
Niat baiknya tak disambut dengan tangan terbuka, jujur, ini cukup mengecewakan Seraphina. Senyumnya yang merekah perlahan sirna, tergantikan ulasan kecut kala harus menahan rasa sesak di d@dá.
"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan."
"Hm."
Hanya itu obrolan singkat yang berakhir dingin.
Seraphina menatap nanar pintu yang baru saja Theodore lewati, lalu beralih pada meja makan yang diatasnya berjejer beberapa menu makanan enak khusus untuk sang suami.
'Harus aku apakan makanan sebanyak ini? Aku tidak sanggup kalau harus menghabiskannya sendirian..'
Seraphina menghela nafas panjang sambil melepas apron berwarna merah muda miliknya. Padahal dia sudah memasakkan semua itu dengan semangat dan penuh cinta, sayang sekali Theodore tidak mau mencicipi masakannya barang secuil.
'Aku juga tidak tahu pasti kapan Theo pulang, apa lebih baik aku bagikan masakanku ini ke orang yang membutuhkan?'
Setelah bergulat dengan pikirannya, pada akhirnya Seraphina memilih membungkus semua makanannya ke dalam plastik dan sterofoam untuk dibagikan pada tunawisma di pinggir-pinggir jalan.
Dengan berat hati, Seraphina membereskan semua peralatan makan di meja makan. Harapan untuk makan bersama suaminya harus pupus lantaran pekerjaan yang tidak bisa diulur.
'Ini masih hari pertama, Sera! Kau harus kuat!' Seraphina menyemangati dirinya sendiri agar tidak terlalu sedih.
'Sekarang aku bisa melihatnya lebih lama, bahkan bisa tidur seranjang dengannya. Aku yakin, lambat laun Theo pasti akan menerimaku sepenuh hati...'
'...ya....aku yakin itu.'
...⚘️...
"Kau tidak tahu kalau aku alergi udang?!"
Senyum Seraphina luntur seketika, setelah mendapat gertakan keras dari Theodore.
"Ma-maaf! A-aku tidak tahu kalau kamu alergi udang!" Buru-buru Seraphina mengambil sepiring udang goreng yang dia sajikan di atas meja makan.
Seraphina sama sekali tidak tahu kalau suaminya ternyata memiliki alergi terhadap udang.
'Kenapa aku tidak pernah menanyainya?! Ah, kau bodoh sekali, Sera!' Ini murni kelalaian Seraphina, dia nyaris saja mencelakai suaminya sendiri. Kalau sampai alergi Theodore cukup parah, Seraphina bisa kehilangan suaminya dalam sekejap mata.
"Maaf...sungguh...aku lupa bertanya soal alergimu...la-lain kali aku akan mencari tahu lebih dulu!" Seraphina meminta maaf dengan ekspresi wajah yang begitu melas.
Theodore membuang nafas kasar. Untung dia belum menyantap udang goreng itu, kalau terlanjur ya bisa berdampak cukup fatal kepadanya.
"Lain kali bertanyalah dulu sebelum bertindak. Kau bisa membahayakan nyawa seseorang karena kesalahan kecil."
Seraphina mengangguk patuh. Benar-benar menyesal karena tidak berkomunikasi dulu dengan Theodore.
"Bi-bisakah kamu menuliskan apa yang dapat kamu makan dan tidak? Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya." Bertanya pada orang yang bersangkutan lebih baik ketimbang mengetahuinya dari orang lain.
Lagipula Nyonya Lily juga tak begitu dekat dengan Theodore, Seraphina tak yakin beliau mengetahui banyak hal tentang suaminya. Jadi, jalan satu-satunya ya mendapat informasi langsung dari Theodore.
Theodore memijit pangkal hidungnya guna meredakan pening yang tiba-tiba menghantam kepalanya. Kerjaannya masih banyak dan waktu yang tersisa tinggal sedikit, tetapi Seraphina, istrinya itu, justru semakin mengulur-ulur waktu berharganya.
"Kau benar-benar tidak berguna," desis Theodore pelan. Tapi tangannya dengan cepat menuliskan daftar makanan, buah, serta minuman yang bisa dia konsumsi untuk Seraphina.
"Maafkan aku..." Dikatai tidak berguna oleh orang yang paling dicinta ternyata cukup menyakitkan. Kepercayaan diri Seraphina jadi menurun drastis hingga nyaris hilang hanya karena ini.
"Ini," Theodore menyodorkan secarik kertas bertuliskan daftar penting yang harus Seraphina ketahui.
Setidaknya itu berguna untuk menyelamatkan dirinya sendiri juga. Theodore tidak mau mati konyol hanya karena alergi yang dia idap.
"Jangan sampai ada kesalahan untuk kedua kalinya."
Peringatan keras disertai ekspresi serius yang menakutkan. Seraphina tak berani membantah, hanya mengangguk mengiyakan sebelum suaminya pergi dengan membawa jas beserta tas kerjanya.
Sarapan bersama kali ini pun gagal lagi.
Seraphina menatap hambar udang goreng beserta sayur mayur yang sudah dia masak sepenuh hati.
'Lagi-lagi dia tidak mau memakannya..'
Seraphina tahu nafsu makan Theodore jadi hilang setelah melihat udang goreng di atas meja, tapi kan Seraphina bisa memasakannya yang lain sebagai ganti udang goreng itu, jika Theodore meminta.
'Semangat, Sera! Masih ada hari esok! Jangan sampai salah memasak lagi! Ayo, kita harus bisa menarik perhatian Theo!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Uthie
menarik 👍👍👍
2024-06-19
0