"Kalian tidak mau jalani program kehamilan?"
Theodore nyaris tersedak makanan yang baru saja dia telan, begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh ayahnya.
Seraphina lantas menyodorkan segelas air putih untuk suaminya yang terkejut atas pertanyaan random yang diajukan oleh sang mertua.
Sejujurnya itu termasuk pertanyaan biasa sih, tidak berkonteks memaksa maupun menyudutkan, tapi karena Seraphina dan Theodore belum pernah membahas soal itu sebelumnya, alhasil keduanya jadi sedikit canggung dan bingung harus merespon bagaimana.
'Bagaimana caranya bisa punya anak kalau Theo bahkan enggan menyentuhku..' Hal ini sebenarnya cukup membuat harga diri serta kepercayaan diri Seraphina berada di titik terbawahnya.
Sering kali Seraphina berpikir bahwa dirinya tidaklah menarik di mata suaminya, sehingga gairah untuk melakukan hubungan suami-istri tidak bisa terlaksana dengan semestinya.
Perasaan insecure itu seringkali Seraphina tepis sambil memperhatikan wajah, sampai seluruh tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki yang terbilang masih 'oke' dan layak dipandang.
Lantas apa yang membuat Theodore enggan mengajaknya melakukan 'itu'?
Mungkin hanya Seraphina seorang yang terlalu berharap banyak dan ketinggian tentang hubungan pernikahan ini, berharap semua effort yang telah dia kerahkan sedikitnya mampu menarik minat Theodore terhadap dirinya.
Tapi apa yang Seraphina dapatkan?
Tidak ada.
Bahkan uang bulanan dengan nominal besar pun tak sanggup membangkitkan semangat dan harapan Seraphina lagi.
Tanpa sadar Seraphina menghela nafas panjang lalu meletakkan sendok serta garpu makannya secara rapi di atas piring, pertanda dirinya sudah selesai makan.
Theodore yang duduk disebelah sang istri sedikit mengernyit heran, tak biasanya Seraphina hanya makan sedikit apalagi ekspresinya tampak tidak berselera begitu.
"Kamu sakit?" Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Theodore.
Kini seluruh mata memandang penuh ke arah Seraphina.
Seraphina merespon dengan senyuman tipis yang tidak berenergik. "Tidak. Aku sedang tidak nafsu makan saja. Tolong, silahkan lanjutkan makan kalian, aku mau permisi dulu." Lalu dia bangkit dari duduknya, kemudian pergi dari meja makan tanpa menghiraukan tatapan penuh tanya dari ketiga orang di sana.
"Apa?" Merasa diintimidasi dengan tatapan tajam kedua orang tuanya, Theodore jadi tidak enak hati mau melanjutkan makannya.
Nyonya Lily menghela nafas kasar, "Pasti karena kamu nih! Kali ini apa lagi yang kamu lakuin sampai Sera tidak bersemangat gitu?" Tuduhan itu pun otomatis mengarah pada Theodore.
Tuan Arthur memilih tidak berkomentar, cekcok sedikit itu adalah hal wajar dalam rumah tangga.
"Anda salah. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa. Mungkin memang dia sedang tidak nafsu makan saja, soalnya tadi pagi dia makan lebih banyak dari biasanya," sanggah Theo, yang tidak mau disalahkan dalam hal ini.
Ini adalah fakta, tadi pagi ketika mereka makan bersama, porsi sarapan Seraphina memang lebih banyak dari biasanya. Tapi Theodore tidak mungkin berkata kalau gelagat istrinya memang sedikit aneh belakangan ini.
'Apa gara-gara pertanyaan tadi ya?'
Theodore akui dirinya sengaja menghindari kontak fisik dengan Seraphina agar tidak muncul hasutan-hasutan sesat yang bisa membangkitkan singa tidur dalam dirinya. Kalau ditanya soal anak, Theodore juga belum siap akan hal itu.
Masih ada banyak hal yang harus dibenahi, baik dari dirinya sendiri maupun sekitarnya, maka dari itu sebisa mungkin Theodore menghindari hal-hal berbau *****@l agar tidak salah melangkah.
Tapi sepertinya Seraphina salah paham atas keterdiamannya selama ini, Theodore jadi sedikit bersalah karena sudah membuat istrinya berpikiran negatif.
Theodore yang tak ingin membuang waktu, lantas menyudahi acara makannya hendak menyusul Seraphina yang sepertinya pergi ke halaman depan.
"Kalau begitu kami pamit dulu, maaf tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus segera terbang ke Hongkong nanti sore." Theodore berpamitan dulu kepada ayah dan ibu sambungnya.
Tuan Arthur dan Nyonya Lily yang peka dengan suasana dingin antara Theodore dan Seraphina langsung mempersilahkan Theodore pulang lebih dulu. Seperti ada banyak hal yang harus dibicarakan satu sama lain agar tidak berakhir buruk.
.......
Di sepanjang perjalanan Seraphina cenderung lebih banyak diam dan melamun. Suasana di dalam mobil semakin terasa canggung dan sepi, karena tak ada suara berisik dari Seraphina yang biasanya mengoceh panjang lebar tentang segala hal yang dia ketahui.
"Sudah, tidak usah terlalu dipikirkan pertanyaan ayah tadi. Dia hanya iseng, tapi tidak bermaksud memaksa kita untuk segera punya momongan."
Theodore ingin meluruskan maksud dari pertanyaan sang ayah. Takutnya Seraphina semakin terbebani dan berpikir harus segera memiliki momongan sebelum kena amuk mertuanya.
"Tapi...apa kamu tidak didesak untuk segera punya anak? Biasanya kan seperti itu.." Kalau di novel atau komik yang sering Seraphina baca sih, orang dengan jabatan penting seperti Theodore sudah harus memiliki penerus sendiri.
Bohong kalau ayahnya tidak pernah menasehatinya soal penerus, Theodore hanya tidak ingin tergesa dan gegabah dalam mengambil keputusan ini. Ini bukan hanya akan menyangkut soal dirinya saja, tetapi juga nyawa Seraphina selaku orang yang mengandung.
"Aku masih sehat dan kuat untuk memimpin perusahaan, kamu tidak usah khawatir. Aku juga yakin kita sama-sama belum siap soal ini. Tidak perlu tergesa."
'Bukan kita yang belum siap, tapi itu kamu.' Seraphina tersenyum kecut.
Baru kali ini Theodore menyertakan dirinya dalam sebuah rencana. Biasanya dirinya hanya akan berada di luar rencana karena memang tidak pernah berguna dan hanya menjadi pajangan semata.
"Terserah saja. Aku 'kan cuma bisa mengikuti apa katamu." Jawaban sarkas Seraphina membuat Theodore terdiam.
'Apa itu sarkas untukku?' Baru kali ini Seraphina menjawab dengan nada dingin dan datar kepadanya, Theodore jadi keheranan dengan sikap tak biasa yang ditunjukkan Seraphina padanya, tapi dia tidak berada dalam posisi yang pantas untuk protes.
Alhasil, di sepanjang sisa perjalanan menuju apartement keduanya hanya saling terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing tentang masa depan yang semakin buram.
Seraphina benar-benar frustasi akan hal ini. Dirinya merasa Theodore benar-benar tidak tertarik padanya secara keseluruhan.
Apa yang kurang dari dirinya?
Apa yang harus diperbaiki agar Theodore tertarik padanya?
Apa yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan rumah tangga mereka?
Ahhh....otak Seraphina rasanya nyaris mau pecah!
Berhubung Theodore masih ada di dekatnya, Seraphina berusaha menyembunyikan genangan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk. Begitu sampai di penthouse dan menunggu sampai Theodore berangkat lagi, Seraphina akan menumpahkan seluruh emosinya sekeras-kerasnya.
Tak peduli orang akan menyebutnya cengeng atau pecundang, Seraphina sudah lelah dengan yang terjadj dalam hidupnya.
'Hanya sekali.....aku hanya ingin kau memelukku dan mengatakan padaku bahwa kita akan baik-baik saja meski tanpa anak di tengah-tengah kita. Kenapa kau tidak bisa melakukan itu? Kenapa kau begitu kejam kepadaku, Theo...?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Milo28
abang Theo ga peka sama sekali
2024-02-24
0
Milo28
Sera....:(
2024-02-24
0