Membawa Ken Bertemu Paman dan Bibi

Sebulan sudah aku di kota. Dan tentunya sudah mendapatkan gaji pertamaku bekerja. Senang rasanya bisa menghasilkan uang sendiri. Gaji 4 juta menurut ku sudah lumayan untuk memenuhi kebutuhanku yang masih lajang,menabung pun masih bisa. Rencananya 2 juta ku gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan buat bayar kost. 1 juta untuk ditabung dan sejutanya lagi mau ku berikan pada Paman dan Bibi.

Awal bulan aku izin sehari untuk libur. Aku ingin menjenguk Paman dan Bibi sekalian mengajak Ken. Menurut ku ini saat yang tepat memperkenalkan Ken pada Paman dan Bibi.

Ku beritahu Ken akan keinginanku untuk mengajaknya bertemu Paman dan Bibi. Di luar dugaan ku selama ini,Ken ternyata sangat antusias untuk bertemu. Katanya ia sangat ingin mengenal semua keluarga ku.

Tak berbeda denganku Ken sangat gugup. Sampai pakaian yang digunakannya masih di tanyakan padaku apakah pantas atau berlebihan.

"Yang,coba lihat pakaian ini,"Ken bertanya padaku sambil menunjuk pada baju yang ia gunakan.

"Aku takut nanti malah berlebihan atau ngga pantas. Inikan pertama kali aku bertemu Paman dan Bibi, jadi harus membuat kesan yang baik,"tambahnya lagi.

Aku tersenyum menatap Ken sambil meneliti penampilannya.

"Penampilanmu sangat bagus Yang,bersih dan rapih,"pujiku.

"Ngga usah terlalu dipikirkan,keluargaku tak terlalu mempermasalahkan penampilan,yang penting kamu baik dan jadi laki-laki yang bertanggung jawab,terlebih sopan.Itu saja sudah cukup."

"Ayok berangkat sekarang Yang,biar sore langsung balik,soalnya besok aku kerja."

"Iya,ayo yang. Biar ngga kemalaman juga nanti baliknya. Lagian nanti aku juga harus pulang cepat untuk menghidupkan pemanas ruangan untuk ayam kecil.

Aku dan Ken pun segera berangkat menggunakan motor. Aku dibonceng Ken menggunakan motornya. Selama perjalanan Ken terus saja mengajakku bicara. Terkadang di selingi sedikit candaan. Tak terasa hampir tiba di rumah Paman dan Bibi. Terselip sedikit rasa gugup kala Aku dan Ken memasuki halaman rumah sederhana,tempat aku tinggal bersama Paman dan Bibi.

Ternyata di halaman depan terlihat Paman sedang memotong rumput . Sedangkan Bibi tak terlihat. Mungkin lagi di dalam rumah. Ku arahkan Ken untuk memarkir motornya di samping rumah,segera setelahnya aku turun.

Paman langsung memandang ke arahku dengan mimik wajah terkejut,namun tetap tersenyum menyambut aku dan Ken yang datang menghampiri.

"Halo Paman,saya Ken," Ken terlebih dahulu maju memperkenalkan dirinya pada Paman.

"Iya Nak,Kinly sudah banyak bercerita tentang kamu Nak," kata Paman sambil tersenyum menyambut uluran tangan Ken yang mengajak bersalaman.

Ya,sebelumnya aku pernah bercerita pada Paman dan Bibi bahwa aku sudah mempunyai pacar,dan akan segera ku kenalkan pada Paman dan Bibi. Bahkan foto Ken sudah pernah ku perlihatkan pada Paman dan Bibi.

"Ayok Nak ke dalam,ada Bibimu,kebetulan lagi masak enak hari ini. Pas sekali kalian datang."

sambil berkata Paman mengajak kami masuk ke dalam rumah.

Ken terlihat sangat senang. Mungkin karena melihat Paman menyambutnya dengan ramah sejak tiba tadi. Terlihat Ken tersenyum puas melirik ku. Hilang sudah kegugupannya tadi . Saat ini hanya terlihat rasa percaya diri yang kuat terpancar dari dirinya. Dengan penuh semangat ia mengikuti Paman masuk ke dalam rumah tanpa rasa sungkan seperti sudah terbiasa.

Inilah hal yang ku sukah dari Ken. Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan namun tidak membuat Ken memandang aneh rumahku yang sangat sederhana.

Melewati ruang tamu yang kecil,kami masuk ke ruang tengah tempat biasanya ku bersantai bersama sepupu anak dari Paman dan Bibi. Di sini kami sudah bisa melihat Bibi datang dari arah dapur menghampiri kami dengan senyum ramahnya ia menatap Ken dan menyapanya,

"Nak Ken, kapan tibanya ? Kin,tolong buatkan minum untuk Nak Ken sekalian untuk Paman ya,"

"Baru saja Bi,"jawab Ken tersenyum sopan pada Bibi.

"Iya Bi,kataku sambil melangkah ke dapur."

"Kin,"Panggil Ken tiba-tiba membuatku menghentikan langkah.

"Buat ku air putih hangat aja,maaf Paman,Bibi saya punya riwayat sakit gigi ,jadi ngga bisa minum yang manis-manis,"ucap Ken sambil tersenyum sungkan pada Paman dan Bibi.

"Oiya gapapa Nak,"jawab Bibi.

Paman hanya terlihat tersenyum sambil mengangguk pada Ken.

Sejenak terlihat Paman mencuri pandang sedang meneliti penampilan Ken. Berbeda dengan Bibi terlihat biasa saja sambil mengajak ngobrol ringan pada Ken. Seperti biasa orang tua akan bertanya asalnya dari mana,siapa orang tuanya dan hal-hal lain mengenai keluarga terdekat Ken.

Dari arah dapur bisa ku dengar pembicaraan antara Ken dengan Paman dan Bibi. Aku bisa menarik kesimpulan bahwa Paman dan Bibi menyambut baik kedatangan Ken. Sepertinya mereka sangat menyukai pembawaan Ken yang tak malu-malu saat diajak ngobrol. Apalagi Ken bisa diajak ngobrol dalam hal apa saja.

Pergaulannya yang luas membuat Ken memiliki banyak pengetahuan. Jadi ketika bertemu dengan orang dari kalangan manapun ia akan langsung nyambung diajak bercerita.

Satu kopi pahit manis dan satu air putih hangat sudah ku buat. Segera ku antar ke ruang tengah tempat Paman,Bibi serta Ken bercerita. Ku Letakkan kedua minuman tersebut dan mempersilahkan Paman dan Ken untuk minum.

Sementara itu,Bibi mengajakku ke dapur.

"Kin,bantu Bibi memasak gulai ya? Makanan lain sudah siap,hanya kali ini Paman ingin makan gulai jadi tinggal gulai yang belum bibi masak"

"Iya Bi," jawabku sambil mengikuti Bibi ke dapur.

Sementara itu hp Ken berdering,terdengar Ken meminta izin mengangkat telpon pada Paman. Sepertinya itu sangat penting sehingga Ken terpaksa harus mengangkatnya di depan Paman.

Beberapa menit kemudian Ken terlihat menghampiriku ke dapur.

"Bi maaf,izin pinjam Kin sebentar," izin Ken pada Bibi.

"Iya Nak," kata Bibi sambil tersenyum

Terlihat wajah Ken sangat serius memberi kode padaku untuk mengikutinya menjauh dari Bibi. Kami akhirnya ke ruang tamu.

Di ruang tamu Ken berbicara pelan.

"Kin aku ingin balik duluan sekarang."

"Loh,kenapa Ken? Itu Bibi udah siapkan makanan untuk kita."kataku memberitahu Ken agar membatalkan niatnya untuk pulang.

"Barusan Ibu nelpon Kin, katanya zifa kecelakaan, rumah peternakan ngga ada yang kontrol Dodi dan Dino lagi bantuin ibu ke rumah sakit ."

"Zifa kecelakaan ? Gimana keadaannya kata ibu ? Baik-baik aja kan ? tanyaku pada Ken.

"Ngga tau Kin,ibu juga tadi dalam perjalanan ke rumah sakit,zifa di bawa sama orang lain yang kebetulan ada di tempat kejadian."

"Mudah-mudahan ngga kenapa-napa ya?" ujar Ken namun terlihat panik. Terlihat keringat halus membanjiri keningnya.

"Tenang Yang,kamu jangan terlalu panik,zifa pasti baik-baik ajah."kata ku mencoba menenangkan Ken yang terlihat panik.

"Dan juga kamu tau kan Kin,sebentar lagi pemanas ruangan untuk ayam-ayam kecil sudah harus dihidupkan. Kalo ngga,bakalan mati semua ayamnya. Setelah itu aku harus ke rumah sakit juga."

Ken terlihat dilema. Satu sisi ia sangat menghargai Paman dan Bibi. Sungguh tak Sopan jika tak mencicipi hidangan yang sudah disiapkan oleh Bibi. Namun di sisi lain saudara kandungnya kecelakaan,dan usahanya tak ada yang mengontrol,bisa bangkrut jika tak di kontrol. Apalagi perjalanan balik ke kota memakan waktu 2 jam.

Mendengar itu,aku pun bingung. Akhirnya kuserahkan keputusan pada Ken. Padahal sebenarnya aku mendukung Ken untuk balik,karena pikirku masih bisa nanti atau kapan kita makan bersama. Namun di sisi lain aku sangat tau bahwa Paman dan Bibi sangat mudah tersinggung.

Satu hal yang ku sadari, Ken belumlah menjadi suamiku. Belum ada hak bagiku untuk menahan Ken di rumahku entah untuk sekedar makan atau apapun itu.

jadi kuserahkan semua keputusan pada Ken

Akhirnya Ken memutuskan untuk pulang. Aku hanya Mengangguk mengiyakan. Kami akhirnya kembali ke dapur. Sampai di sana Ken menemui Paman. Terlihat Ken semakin panik.

"Paman,saya benar-benar minta maaf tidak bisa ikut makan, Ibu tadi nelpon katanya adik saya kecelakaan,ditambah lagi di rumah peternakan ngga ada orangnya,sedangkan sebentar lagi pemanas ruangan untuk ayam sudah harus dihidupkan Paman."

"Oiya gapapa Nak,"kata Paman pada Ken,namun bisa kulihat bahwa Paman sangat kecewa.

Tanpa banyak basa basi lagi Ken pamit pulang,ia terlihat sangat panik. Salah satu sifat Ken ya ini. Sangat mudah untuk panik.

segera ku antar Ken ke depan. Sampai sudah tidak terlihat dari rumah barulah aku masuk ke dalam.

Sampai di dalam,aku langsung di sambut oleh kata kata Paman yang menyiratkan bahwa ia sangat kecewa.

"Apa salahnya untuk makan sebentar saja Kin,lagian memangnya Ken ngga punya teman di sana buat gantiin dia hidupin pemanas ruangan ayam ?"

"kasihan Bibimu itu sudah capek-capek masak buat kalian tapi tak dihargai.'

Deg!

Mendengar itu aku merasa bahwa ini adalah pertanda buruk. Ku jelaskan pada Paman.

"Tadi katanya adiknya kecelakaan Paman,dan juga ngga ada yang menghidupkan pemanas ruangan ayam,apalagi ayamnya masih kecil semua,benar-benar masih butuh pemanas."

"Kan bisa makan sebentar,baru pulang. Masa makan aja ngga mau."Gerutu Paman.

"Emang mungkin karena dari keluarga kaya makanya kita ngga dihargai. Seenaknya aja sama orang lain,"

Ugh,kata-kata Paman kali ini membuatku ingin marah dan membela Ken,namun ku tahan demi meredam pertengkaran.

Aku berpikir bahwa Paman sangat tidak mengenal Ken, namun sudah menyimpulkan tanpa mencoba untuk mengerti.

Daripada terpancing amarah mendengar kata-kata Paman,lebih baik ku temui Bibi demi meminta maaf untuk Ken yang tadi terburu-buru sehingga tak sempat pamitan pada Bibi.

"Bi,tadi Ken ngga sempat pamitan,tapi katanya sampaikan kata permintaan maaf pada Bibi,mungkin lain waktu baru bisa lama".

"Oiya ngga papa," jawab Bibi.Namun wajahnya terlihat tidak senang.

Dalam hati aku merasa pasti setelah ini Bibi akan menghasut Paman. Tinggal menunggu apa yang akan terjadi ke depannya. Seperti biasa Bibi akan mengadu pada Paman setiap ia merasa sesuatu hal tidak sesuai keinginannya. Dan bodohnya Pamanku mudah terhasut tanpa mau berpikir terlebih dahulu.

"Kin," Terdengar Paman memanggilku dari ruang tamu.

"Ya Paman,"

"Ke sini,"

"Baik Paman," jawabku. Segera ku hampiri Paman di ruang tamu.

"Paman ngga setuju kamu sama Ken." kata-kata Paman terucap begitu saja tanpa memikirkan perasaanku.

Bersambung .....

Terpopuler

Comments

Carrick Cleverly Lim

Carrick Cleverly Lim

Aku tunggu update selanjutnya dengan gesekan bersih ke ponselku thor!

2023-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Bertengkar Dengan Paman
2 Bertemu Calon Mertua
3 Pembicaraan Serius Dengan Calon Mertua
4 Membawa Ken Bertemu Paman dan Bibi
5 Memilih Ken
6 Ken Selingkuh
7 Kejujuran Ken
8 Apakah Itu Tania ?
9 Perjuangan Ken Memperbaiki Hubungan
10 Ke Pantai Bersama Ken
11 POV KEN 1
12 POV KEN 2
13 POV TANIA
14 Niat Yang Tak Direstui
15 Ke Rumah Paman dan Bibi Bersama Ken
16 TANIA
17 Tak Ingin Menyesal
18 Kecurigaan Kak Finly
19 Kebahagiaan Ken
20 POV KEN
21 POV KEN
22 Satu Masalah Terselesaikan
23 Berkata Jujur Pada Paman dan Bibi
24 Menanti Hari Pernikahan
25 Pernikahan
26 POV Paman
27 Di Rumah Mertua
28 Delsi Hamil
29 Delsi dan Ridwan
30 Delsi dan Ridwan 2
31 Berbelanja Bersama Mertua
32 Kehidupan Delsi yang Baru
33 Kehidupan Delsi di Rumah Mertua
34 Berbelanja
35 Di Rumah Sakit
36 Putri Yang Cantik
37 Delsi dan Tekadnya
38 Ayah Mertua Delsi Yang Baik
39 Delsi Ingin Pulang
40 Pulang ke Rumah Orang tua
41 Kinly Kembali ke Rumah
42 Riana
43 Dirga Dwijaya
44 Bertemu Tania Lagi
45 Pak Darmawan Mencurigai Ridwan Berselingkuh
46 Hasil Penyeledikan Mata-mata
47 Kemarahan Pak Darmawan
48 Tindakan Tegas Pak Darmawan
49 Ridwan Melamar Pekerjaan
50 Pak Darmawan Menemui Riana
51 Ridwan dan Riana Putus
52 Ridwan Menyesal
53 Ridwan Ingin Bertemu Delsi
54 Ridwan Menemui Delsi
55 Ridwan Mencari Cara Meluluhkan Delsi
56 POV Kinly
57 Pengumuman .......
58 Permintaan Maaf Mama Mertua Delsi
59 Ide Ridwan
60 Dukungan Mertua Untuk Ridwan
61 Delsi Memaafkan Ridwan
62 Ridwan dan Delsi Berbaikan
63 TAMAT
Episodes

Updated 63 Episodes

1
BAB 1 Bertengkar Dengan Paman
2
Bertemu Calon Mertua
3
Pembicaraan Serius Dengan Calon Mertua
4
Membawa Ken Bertemu Paman dan Bibi
5
Memilih Ken
6
Ken Selingkuh
7
Kejujuran Ken
8
Apakah Itu Tania ?
9
Perjuangan Ken Memperbaiki Hubungan
10
Ke Pantai Bersama Ken
11
POV KEN 1
12
POV KEN 2
13
POV TANIA
14
Niat Yang Tak Direstui
15
Ke Rumah Paman dan Bibi Bersama Ken
16
TANIA
17
Tak Ingin Menyesal
18
Kecurigaan Kak Finly
19
Kebahagiaan Ken
20
POV KEN
21
POV KEN
22
Satu Masalah Terselesaikan
23
Berkata Jujur Pada Paman dan Bibi
24
Menanti Hari Pernikahan
25
Pernikahan
26
POV Paman
27
Di Rumah Mertua
28
Delsi Hamil
29
Delsi dan Ridwan
30
Delsi dan Ridwan 2
31
Berbelanja Bersama Mertua
32
Kehidupan Delsi yang Baru
33
Kehidupan Delsi di Rumah Mertua
34
Berbelanja
35
Di Rumah Sakit
36
Putri Yang Cantik
37
Delsi dan Tekadnya
38
Ayah Mertua Delsi Yang Baik
39
Delsi Ingin Pulang
40
Pulang ke Rumah Orang tua
41
Kinly Kembali ke Rumah
42
Riana
43
Dirga Dwijaya
44
Bertemu Tania Lagi
45
Pak Darmawan Mencurigai Ridwan Berselingkuh
46
Hasil Penyeledikan Mata-mata
47
Kemarahan Pak Darmawan
48
Tindakan Tegas Pak Darmawan
49
Ridwan Melamar Pekerjaan
50
Pak Darmawan Menemui Riana
51
Ridwan dan Riana Putus
52
Ridwan Menyesal
53
Ridwan Ingin Bertemu Delsi
54
Ridwan Menemui Delsi
55
Ridwan Mencari Cara Meluluhkan Delsi
56
POV Kinly
57
Pengumuman .......
58
Permintaan Maaf Mama Mertua Delsi
59
Ide Ridwan
60
Dukungan Mertua Untuk Ridwan
61
Delsi Memaafkan Ridwan
62
Ridwan dan Delsi Berbaikan
63
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!