"Kin,Paman ngga setuju kamu sama Ken," kata kata Paman begitu lantang terdengar ditelingaku tanpa memikirkan perasaanku.
Aku terdiam sejenak memandang Paman,hatiku sakit mendengar perkataan Paman. secara tak langsung Paman menyuruhku untuk memutuskan hubungan yang ku jalani bersama Ken.
"Baru pertama kali bertemu saja sudah berani tak menghargai Paman dan Bibi. Paman rasa nanti kalo kamu berumah tangga dengannya,ia tak akan menghargai kamu. Apalagi dia berasal dari keluarga kaya.
Lebih baik kamu cari saja lelaki biasa,biar ngga kaya tapi bisa menghargai kamu Kin."
Paman terus saja berbicara tanpa merasa kasihan padaku yang sudah diam dan terduduk lemas di kursi.
Susah payah ku tahan air mata yang sudah hampir tumpah. Aku harus meluruskan cara pandang Pamanku yang salah. Dengan sekuat tenaga kucoba untuk tetap tenang.
"Ken tidak seperti itu Paman,tidak pernah dia memandang rendah pada orang lain, Kin sudah lama mengenalnya. Enam tahun kami berpacaran bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal."
suaraku sedikit bergetar menahan tangis.sungguh ini sangat menyakitkan buatku. Baru kali ini ku perkenalkan laki-laki pada Paman,bahkan disaat sudah yakin pada pilihanku,tapi hanya Krena kesalahan kecil Paman menolaknya. Aku tak setuju.
"Tidak Kin,Paman tidak ingin suatu saat kamu dipermainkan. Lihat saja tetangga kita,suami isteri kerja bagus,bersama sama mereka membangun rumah. Pada akhirnya juga mereka berpisah. Paman tidak mau kamu mengalami nasib seperti itu. Apalagi Ken berasal dari keluarga berada. Lebih baik kamu mencari pasangan yang biasa-biasa saja. hati-hatilah dalam memilih pasangan." Seperti ingin menangis Paman berbicara padaku.
Astaga,ternyata Paman punya trauma terhadap rumah tangga orang lain tapi aku yang jadi tumbalnya. Sungguh tak masuk akal menurutku.
Aku bisa memahami apa yang dipikirkan Paman akan masa depanku. Namun caranya salah,terlalu mengendalikan dan mengekang ku. Aku tak di beri ruang kebebasan untuk menunjukkan bahwa pilihanku adalah yang terbaik bagiku.
Umurku sudah 28 tahun. umur bagi seorang wanita yang pemikirannya sudah matang,sudah sangat siap berumah tangga.
Ku kira dengan umur yang sudah sangat dewasa,Paman akan setuju saja ketika ku kenalkan Ken padanya. Dan tak akan mempermasalahkan masalah yang menurutku masih bisa diperbaiki. Lagian apa yang dilakukan Ken bukanlah sebuah kesalahan. Keadaan yang memaksanya untuk mengambil keputusan seperti itu.
Sejenak aku dan Paman sama-sama diam larut dalam pikiran mading-masing. sampai akhirnya Paman bicara.
"Tinggalkan pekerjaanmu di sana Kin,pulanglah di sini,biar Paman dan Bibi memberimu modal untuk memulai usaha apapun yang kamu mau."
"Iya Paman,biar ku selesaikan saja dulu pekerjaanku di sana." jawabku.sengaja aku iyakan saja dulu keinginan Paman,sambil nanti ku pikirkan bagaimana langkah yang harus aku lakukan.
"Baiklah Kin,pikirkan lagi semua,jika kamu mengingat Paman dan Bibi,maka tinggalkan pekerjaanmu di sana dan pulanglah ke sini. Jika tidak,maka terserah kamu,Paman tak mau perduli lagi dengan kehidupanmu di sana." setelah berkata seperti itu,Paman bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar
Aku masih duduk terdiam sambil merenungkan kata-kata Paman. Di pikir berulang kali aku tetap tak setuju dengan keinginan Paman. Aku berpikir jika terus patuh dengan keinginan Paman,bisa-bisa aku tak maju. Apalagi memikirkan jodoh. Jika saat ini Ken ku tinggalkan maka aku harus memulai hubungan yang baru lagi,aku capek memulai hubungan yang baru dengan yang lain.
Apalagi jika aku tinggal bersama Paman dan Bibi, siap-siap saja tidak diizinkan keluar rumah. kalau sudah seperti ini alhasil aku susah bertemu jodoh. Nasibku bisa sama seperti Tante Idi tetangga rumah kami yang sampai sekarang belum menikah.
Tante Idi sangat jarang keluar rumah. Mungkin inilah yang menyebabkan sampai sekarang Tante Idi tidak menikah.
Membayangkan kehidupan Tante Idi membuatku bergidik ngeri. Sungguh aku tak ingin hidup sendiri. Itu sangat menyeramkan untuk ku.
Puas dengan pikiranku sendiri, segera aku beranjak ke kamar. Sambil merebahkan tubuh di tempat tidur, kuambil hp dan ku hubungi atasanku. Aku ingin,izin sehari lagi. Setelah mendapat izin,ku hubungi Ken.
Aku ingin besok Ken menjemput ku,akan tetapi bukan di rumah Paman. Besok aku akan berpura-pura ingin mengambil sesuatu di rumah kakak dan biarlah Ken menjemput ku di sana. Untuk sementara mengenai Paman yang tak setuju aku dan Ken,sengaja tak ku beritahu Ken. Biarlah diam-diam aku memikirkan keputusan apa yang harus aku ambil.
Malam hari saat semua penghuni rumah telah tertidur,aku masih terjaga. Masih teringat akan perkataan Paman tadi siang yang menyuruhku meninggalkan Ken. Sungguh tak terbayangkan akan jadi seperti ini. Sangat sulit bagiku untuk menerima dan mengikuti keinginan Paman. Semakin aku memikirkan ini semua,semakin membuatku sulit tidur malam ini. Entah apa yang harus ku katakan pada Ken nantinya.
Keluarganya menerima ku tanpa melihat kekuranganku,namun tidak dengan keluarga ku terhadap Ken.
Lelah dengan pikiranku sendiri,akhirnya aku tertidur. Pagi harinya aku terbangun lebih awal. Susah tidur tak membuatku telat untuk bangun pagi ini. Aku akan merasa sangat malu bila di rumah Paman aku terlambat bangun. Sudah menjadi kebiasaan ku untuk bangun pagi-pagi dan membereskan pekerjaan rumah.
Selesai dengan pekerjaan rumah,bergegas aku mandi. Aku ingin segera keluar dari rumah Paman yang membuatku kalut memikirkan hubunganku dengan Ken.
Setelah rapih berpakaian aku pamit pada Paman dan Bibi. Kebetulan Paman dan Bibi sedang duduk sarapan.
"Paman,aku pamit ke rumah kakak,ada baju yang ingin aku pinjam buat di pakai kerja."sengaja aku membuat alasan seperti itu agar Paman tak curiga jika nanti Ken yang menjemput ku
"Nanti kamu balik ke kota pakai apa Kin?"kali ini Bibi yang bertanya.
"Nanti pakai travel aja dari rumah kakak Bi," kataku sambil berusaha menyembunyikan rasa gugup Karena berbohong. Sebenarnya aku tak terbiasa untuk berbohong,namun kali ini terpaksa aku harus melakukan sebuah kebohongan agar semua baik-baik sja.
"Baiklah,hati-hati di jalan.Ingat apa yang Paman pesanKan kemarin. Pikirkanlah baik-baik Kin." sambil berucap Paman enggan menatapku.
"Iya Paman,"jawabku cepat.
"aku berangkat sekarang."Pamit Ku pada Paman dan Bibi yang hanya dibalas anggukan kepala.
Dengan berjalan kaki aku ke rumah kakak. Kebetulan rumah kakak tidak begitu jauh,dan beruntungnya ada jalan pintas yang bisa ku tempuh agar cepat sampai.
Lima belas menit dengan berjalan kaki akhirnya aku tiba di rumah kakak. Kak Finly nama kakakku. Kak Finly adalah saudara kandungku sudah menikah dan sudah memiliki dua orang anak. Ia yang sulung. Kami tiga bersaudara. Sedangkan aku anak ke dua, dan adikku yang bungsu seorang laki-laki sedang berkuliah di kota sebelah.
Aku di sambut dengan kegembiraan oleh anak-anak kak Finly. Mereka sangat senang akan kedatanganku. Begitu juga dengan kak Finly,terlihat ia juga merindukanku.
Aku senang berada diantara mereka dan aku nyaman. Namun bukan kak Finly namanya jika ia tak tahu saat aku punya masalah.
"kenapa wajahmu kusut begitu Kin? kamu di apakan sama Paman dan Bibi?bertengkar? Dimarahin Paman karena bibi menghasut?" kak Finly langsung mencecar ku dengan pertanyaan mengenai Paman dan Bibi yang selalu ku keluhkan padanya lewat telpon saat kami berjauhan.
"Paman menyuruhku meninggalkan Ken,kak."
"Astaga, kenapa bisa seperti itu Kin?"kak Finly menatapku meminta jawaban
kak Finly benar-benar terkejut dengan perkataan ku. Segera ku ceritakan semua apapun yang aku bicarakan bersama Paman kemarin.
kak Finly sangat marah. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Paman dan Bibi. Katanya Paman dan Bibi terlalu egois,terlalu membesar besarkan masalah.
"Aku sarankan,tetaplah bertahan dengan Ken.Jangan dengarkan mereka. Kamu berhak menentukan masa depanmu sendiri. Jangan sampai suatu saat kamu menyesal karena mengikuti keegoisan Paman dan Bibi kamu meninggalkan Ken." Dengan penuh emosi kak Finly memberikan pendapatnya Pada ku .
"iya kak,aku juga sependapat dengan kakak,aku lebih mengenal Ken daripada Paman,aku akan tetap mempertahankan Ken."
Kini aku yakin dengan keputusanku untuk tetap bersama Ken dan tetap bekerja di kota. Masalah Paman dan Bibi biarkan mereka marah saat ini,nanti juga bakalan mengalah.
aku tak ingin menyesal,menurutku aku sudah beruntung Ken ingin serius apalagi orang tua Ken sangat mendukung hubunganku bersama Ken. Biarkan kali ini aku menentang Paman lagi.
Siang hari akhirnya Ken tiba. Aku bahagia menyambutnya di depan rumah kak Finly. Ken juga sangat senang jika bertemu kak Finly. Pembawaan kak Finly yang ramah membuat Ken nyaman berada di rumah kak Finly.
Sore hari aku dan Ken Pamit pulang. Kak Finly mengantar kami sampai halaman depan rumahnya. Seperti tak rela kami pulang.
"Ada waktu kapan-kapan ke sini lagi ya Ken," kata kak Finly.
"Iya kak,aku sama Kinly pasti ke sini saat libur."janji Ken pada kak Finly.
"Baiklah,hati-hati ya di jalan.jangan ngebut-ngebut."pesan kak Finly pada kami.
"iya kak,kami berangkat dulu."sahut Aku dan Ken bersamaan.
Kamipun berangkat ke kota meninggalkan kak Finly. Matahari hampir terbenam kamipun tiba di kost. Ku biarkan Ken istirahat sejenak.
Setelahnya ada yang ingin aku tanyakan pada Ken. Aku rasa saat ini harus ku selesaikan semua apa yang mengganjal dalam hati.
Namun sebelum itu,ku biarkan Ken istirahat sejenak melepas Penat.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
La Otaku Llorona <33
Wah, seru banget nih ceritanya, THOR! Lanjutkan semangatmu!
2023-11-12
0