Minggu ini aku mendapatkan jatah dua hari libur dikarenakan Minggu kemarin sengaja tak ku ambil. Aku dan Ken berencana akan menyewa vila dan menginap di sana. Untuk pertama kalinya kami berdua berani menyewa sebuah penginapan.
Aku awalnya sangat takut karena belum terbiasa akan hal seperti ini tapi diyakinkan oleh Ken dengan alasan bahwa kita telah dewasa dan berhak menentukan jalan hidup sendiri. Setelah ku pikir-pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Ken. Tanpa berpikir banyak aku mempersiapkan kebutuhanku selama di sana.
Jam 8.00 pagi aku dan Ken berangkat. Kami menggunakan mobil yang telah di rental oleh Ken sebelumnya. Sepanjang perjalanan kami di suguhkan oleh pemandangan sawah-sawah yang hijau menyejukkan mata. Sejenak hatiku terasa damai.
Melihat sawah mengingatkanku akan Paman dan Bibi di rumah. Dulu saat masih SMP hingga SMA ketika tiba musim menanam padi aku akan selalu membantu mereka. Apalagi sebelum Bibi diangkat menjadi PNS di sebuah Sekolah Dasar sawah adalah sebagai mata pencaharian kami satu-satunya. Dari hasil panen Setiap tahunlah yang kami gunakan hingga mengantarkan Bibi bisa menjadi PNS saat ini.
Larut dalam kenangan saat dulu,aku jadi rindu pada Paman dan Bibi. Meskipun tak pernah sejalan dengan pemikiran mereka,jauh di lubuk hati aku sangat menyayangi mereka seperti ke dua orang tuaku. Semenjak kunjungan ku bersama Ken ke rumah,Bibi dan Paman seperti semakin jauh dari ku. Setiap ku telfon mereka akan beralasan sedang sibuk. Sepertinya Paman dan Bibi benar-benar tak ingin merestui hubungan ku bersama Ken.
Ku hela nafas berat mengingat masalahku. Entah harus dengan cara apa aku meyakinkan Paman dan Bibi. Ken sejenak melirik kuatir padaku.
"Yang,kamu kenapa? Bosan ? Sabar ya,bentar lagi kita nyampe ." Ken menggenggam tanganku hangat sekedar menenangkan ku.
"Gapapa Yang, aku hanya teringat Paman dan Bibi,jujur aku rindu mereka."
"Ngga usah terlalu dipikirin Yang,libur berikutnya kita jenguk mereka." Lagi Ken membujuk ku tanpa memperdulikan perlakukan Paman dan Bibi terhadapnya selama ini.
Aku mengangguk dan tersenyum ke arah Ken. Tak ingin merusak suasana liburanku bersama Ken saat ini, aku kembali fokus melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Jalan yang kami lalui saat ini baru pertama kali ku lewati sehingga tak membuat ku bosan untuk melihat-lihat.
Akhirnya tak terasa kamipun tiba di vila. Karena letaknya tak begitu jauh dari pusat kota membuat kami cepat sampai. Kami di suguhkan dengan pemandangan indah di depan mata saat pertama kali masuk. Taman bunga yang lumayan luas dan di tumbuhi beragam bunga yang indah. Aku sebagai penyuka bunga di buat takjub oleh pemandangan saat ini.
Ken tersenyum melihatku menatap penuh kagum pada taman di depan mata.
"Ken,nanti ketika memiliki rumah sendiri aku akan menyulap taman rumah ku sama seperti vila ini yang memiliki banyak bunga." sambil berkata mataku berbinar memandang bunga-bunga di taman.
"Dan aku akan menyediakan rumah dan taman bunga yang luas untukmu. Kamu bebas untuk menanam berbagai jenis bunga yang kamu sukai Yang." Ken segera menghampiriku dan menarik ku untuk segera masuk ke dalam.
Aku mengikuti Ken dengan perasaan bahagia dan malu. Mungkin saja saat ini pipiku terlihat memerah. Bisa kurasakan wajahku terasa hangat ketika mendengar kata-kata Ken tadi.
Setelah selesai melakukan check in aku dan Ken segera menuju ke kamar. Namun aku merasa aneh karena hanya ada satu kunci kamar.
"Ken, kenapa kunci kamarnya hanya satu? Aku nanti tidur di mana ?" tanyaku pada Ken sambil mensejajarkan langkahnya yang kurasa lebih cepat.
"kamu ikut dulu ke kamar ku Yang,sampai di dalam aku jelaskan."
"Ken,aku takut di grebek,kita kan belum menikah." aku mulai ragu mengikuti Ken.
"Yang, percaya sama aku,gapapa. Aku sudah menyelidiki villa ini sebelumnya. Di sini aman jadi ngga usah kuatir." Ken segera menarik tanganku lembut agar mengikutinya.
Kamar yang kami tuju akhirnya sudah di depan mata. Ken segera memutar kunci dan pintu terbuka. Aku masih berdiam diri tak ingin masuk. Ken kembali menoleh pada ku dan menarik ku untuk ikut masuk ke dalam. Dengan rasa takut aku ikut masuk. Ken segera mengunci pintu membuatku semakin takut.
Ken membiarkan ku berdiri memandangnya. Ia segera merapikan pakaiannya di lemari yang di sediakan. Terlihat sangat santai tak seperti ku yang sangat ketakutan saat ini. ku pandangi keadaan seluruh kamar sangat bersih dan rapi. Tempat tidur yang lumayan besar hanya tersedia satu,membuatku bertanya dalam hati nanti bagaiman caranya aku dan Ken berbagi tempat tidur.
"Yang,ayok sini. Ngapain bengong di situ ?" suara Ken membuyarkan lamunanku.
"Ah iya, tempat tidurnya hanya satu Ken,nanti gimana caranya kita tidur?" kali ini aku langsung bertanya akan kekuatiran ku. Dan sambil menunggu jawaban Ken aku merapikan baju-baju ku di lemari.
"Kemarilah,akan aku jelaskan,ku mohon setelah aku jujur kamu jangan marah Yang." Ken segera menarikku untuk duduk bersama di sofa.
Merasa sedikit aneh dengan semua hal saat ini,namun aku tetap ingin mendengarkan apa yang dikatakan Ken. Aku tak ingin terlalu berpikiran jauh pada Ken. Selama ini ia tak pernah berbuat hal yang senonoh padaku.
"Yang,aku ingin menikah denganmu. Namun sampai sekarang kita berdua belum mendapatkan restu dari Paman dan Bibi. Kamu ingat kan Yang, sebelumnya aku pernah bilang sesuatu yang menurutku adalah hal gila yang harus kita lakukan ?" Ken menatap ku dan berharap aku mulai mengerti arah pembicaraannya.
Wajahku memerah dan tertunduk tak berani menatap Ken. Aku saat ini mengerti arah pembicaraan Ken. Jujur aku sangat mencintai Ken dan sedikit setuju akan idenya meskipun terselip rasa takut.
"Yang,aku ingin memiliki anak darimu. Dan aku yakin,ketika kamu hamil,Paman dan Bibi akan merestui hubungan kita."
"Maafkan aku jika permintaanku kali ini membuatmu tersinggung. Tapi sungguh aku ingin menikahi mu. Umur kita sudah sangat matang,aku takut karena terlalu berumur kita tak memiliki keturunan."
Mendengar Ken mengatakan umur dan keturunan aku jadi ingat akan umur ku saat ini yang beberapa bulan lagi akan menginjak usia 29 tahun. Sejenak aku ingin langsung menyetujui permintaan Ken. Namun di sisi lain aku ketakutan dan di lema.
Aku terdiam tanpa ingin menanggapi perkataan Ken. Saat ini aku benar-benar dilanda ketakutan kebingungan. Namun tanpa ku sadari tiba-tiba Ken meraihku dalam pelukan. Memeluk ku hangat dan menenangkan ku. Tubuhku yang awalnya bergetar takut perlahan-lahan rileks.
Ku pikir setelah memeluk ku Ken akan melepaskan pelukannya. Akan tetapi Ken meraih wajahku dan membuat ku menatap nya. Saat ini aku benar-benar malu dan rasanya ingin menyembunyikan diri dari Ken. Dan perlahan-lahan Ken mendekatkan wajahnya hingga hidung kami bersentuhan,aku menutup mata,detik berikutnya aku merasakan Ken menggulung bibirku dengan penuh kehangatan.
Untuk pertama kali aku merasakan sentuhan yang begitu intim dari Ken. Tanpa bisa ku elak kan aku terbuai akan perlakuan Ken yang sangat lembut. Bisa ku rasakan Ken memperlakukan Ku penuh cinta.
Hati kecil ku menolak akan perlakuan Ken. Namun tidak dengan tubuhku yang sepertinya menginginkan hal yang lebih. Hingga pada akhirnya aku dan Ken benar-benar melakukan hal yang sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang telah berstatus suami istri.
Tanpa ku sadari aku melakukan hal terlarang bersama Ken. Terbersit rasa menyesal namun aku bahagia. Ken mengecup kening ku dan meraih ku dalam pelukan.
"Jangan pikirkan hal lain yang belum tentu terjadi,aku menginginkan kamu hamil dan akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depannya." Ken menenangkan ku sambil mengelus rambutku penuh sayang.
"Ken,aku Takut pada ayah dan ibumu jika aku benar-benar hamil." untuk pertama kalinya aku berani berbicara pada Ken.
"Ayah dan ibu malah senang jika kamu hamil Yang,mereka sudah lama menginginkan cucu,jadi tidak perlu merasa takut. Orang tua ku biarlah menjadi urusanku. Kamu fokus istirahat yang cukup dan jangan banyak pikiran. Aku benar-benar ingin kamu hamil.
Aku merasa sangat lega mendengar kata-kata Ken. beruntung orang tua Ken tak seperti Paman dan Bibi. Memikirkan hal ini aku tak menyesal melakukan hubungan terlarang saat ini. Mungkin harus dengan cara ini hubungan ku bersama Ken akan di restui.
Dalam hati aku berjanji,apapun yang terjadi ke depannya,jika aku hamil,aku akan mempertahankan janinku. Tak perduli jika Ken hanya berpura-pura dan suatu saat nanti tak ingin bertanggung jawab.
Aku tak ingin menyesal dengan langkah yang aku ambil sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments