Dendam Gadis Teraniaya
.
.
.
Hai, hai, hai. Ketemu lagi dengan aku author abal abal. Aku membuat karya baru. Kali ini bertema wanita kuat, bully dan balas dendam.
Penasaran baca yuk! Langsung aja, ya.
.
.
.
Dipagi hari yang cerah, seorang gadis sedang mengayuh sepedanya. Dengan riangnya ia mengantar kue untuk dititipkan di warung-warung milik tetangganya.
Mentari nama gadis itu, seorang gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal beberapa tahun lalu.
"Hari ini bikin kue apa, Tari?" tanya Bu Aminah.
"Kue brownies coklat Bu, hari ini tidak sempat buat banyak," jawab Mentari.
"Gak apa-apa, besok-besok bisa buat lebih," ucap Bu Aminah. Wanita paruh baya yang sudah menganggap Mentari sebagai anaknya sendiri.
"Tari berangkat sekolah dulu ya, Bu," pamit Mentari.
"Hati-hati ya, Nak," pesan Bu Aminah.
"Terimakasih Bu," ucap Mentari. Kemudian Mentari pun mengayuh sepedanya menuju sekolah.
Mentari Magdalena Perwira, gadis berusia 18 tahun. Yang kini bersekolah di sekolah swasta. Ia terpaksa pindah sekolah karena sering di-bully oleh teman sekolahnya. Merasa tidak tahan iapun pindah kesekolah yang baru. Berharap di sekolah ini nanti tidak akan ada pembullyan lagi.
Dengan semangat Mentari mengayuh sepedanya agar tidak terlambat. Karena ini adalah hari pertamanya masuk sekolah.
"Ah. Akhirnya sampai juga," monolog Mentari.
Mentari segera menyimpan sepedanya didekat parkiran khusus motor.
SMA xxxx adalah sekolah swasta untuk orang-orang kaya. Mentari harus bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah ini.
"Selamat pagi, dimana ruang Kepala sekolah?" tanya Mentari. Tapi yang ditanya malah ketus dan tidak menjawab.
Mentari hanya mengedikan bahunya, lalu melanjutkan langkahnya mencari ruangan Kepala sekolah.
"Kenapa siswa siswi disini tidak ada yang ramah?" gumam Mentari. Akhirnya iapun menemukan ruang Kepala sekolah.
Tok ... Tok. Mentari mengetuk ruangan tersebut.
"Masuk!" perintah suara dari dalam. Perlahan Mentari memutar handle pintu dan mendongakkan kepalanya.
"Selamat pagi, Pak," sapa Mentari.
"Selamat pagi," jawab Pak Kepala sekolah yang bernama Farid.
"Perkenalkan nama saya, Mentari Magdalena Perwira. Pindahan dari SMA negeri 1.
"Hmmm." jawab Pak Farid.
"Sekarang saya akan membawamu ke kelas 12 IPA A," kata Pak Farid.
Mentari pun mengikuti Pak Farid membawanya. Bel sekolah baru saja berbunyi menandakan bahwa siswa siswi segera masuk ke kelas mereka masing-masing.
"Selamat pagi, Bu Fitri," sapa Pak Farid.
"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bu Fitri.
"Saya membawa siswi baru, pindahan dari SMA negeri 1," jawab Pak Farid.
"Suruh dia masuk, Pak," kata Bu Fitri.
Mentari pun disuruh masuk oleh Pak Farid. Mentari hanya tertunduk tanpa berani menatap mereka. Setelah itu Pak Farid pun pergi.
"Anak-anak. Perkenalkan dia adalah siswi baru, perkenalkan nama kamu," ucap Bu Fitri.
"Hai teman teman, perkenalkan nama saya Mentari Magdalena Perwira. Saya pindahan dari SMA negeri 1," ucap Mentari memperkenalkan diri.
"Saya harap kalian semua bisa menerima saya sebagai teman," ucapnya lagi.
"Sekarang silahkan duduk," ucap Bu Fitri.
Mentari pun menuju kursi kosong. Meskipun merasa canggung, ia tetap memberanikan diri. Para siswa siswi memandang sinis kearah dirinya. Karena pakaian yang ia kenakan berbeda jauh dari siswi yang ada disini.
"Orang miskin bisa-bisanya sekolah disini," cibir Siska.
"Kita lihat saja, sampai dimana ia bisa bertahan," Priscilla menimpali.
"Kita akan buat dia menyesal sudah masuk ke sekolah ini," ucap Aprilia.
"Sekarang kita mulai pelajaran," ucap Bu Fitri.
Pelajaran pertama pun dimulai. Para siswa siswi pun belajar, ada juga yang bermain-main. Mereka semua anak orang kaya, hanya Mentari lah yang berbeda.
Satu setengah jam pelajaran pertama pun usai. Jam istirahat pertama pun dimulai. Semua keluar dari kelas menuju kantin.
Hanya Mentari yang pergi ke taman sekolah. Dengan bekal yang ia bawa, ia ingin makan disana.
"sepertinya disini para siswa siswi nya kurang bersahabat. Tidak beda jauh dengan sekolah ku yang dulu," batin Mentari.
"Tapi aku harus bertahan agar bisa lulus dengan baik," batinnya lagi. Kemudian iapun mulai makan.
Bel sekolah kembali berbunyi pertanda waktu istirahat sudah habis. Mentari sudah berada didalam kelas, karena ia tidak ingin memberikan kesan buruk dihari pertamanya masuk sekolah.
"Selamat siang anak-anak," sapa Pak Bakri.
"Selamat siang, Pak," jawab mereka serempak.
Pak Bakri pun memulai belajar mengajarnya. Para siswa siswi tidak ada yang berani dengan guru yang satu ini. Selain tegas ia juga terlihat sangar.
Mereka pun memulai pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Mentari termasuk murid yang pintar, jadi ia tidak kesulitan untuk mengerjakan tugas tersebut.
"Kalau sudah selesai, segera dikumpulkan," ucap Pak Bakri. Mentari yang lebih dulu bangkit, karena tugasnya sudah selesai.
"Boleh juga tuh anak," batin Ferdinan. Siswa paling tampan di sekolah ini.
Setelah meletakkan tugasnya diatas meja guru, Mentari kembali ke bangkunya.
Tidak berapa lama bel sekolah berbunyi kembali menandakan pelajaran selesai. Dan para siswa siswi pun segera mengumpulkan tugas mereka, meskipun ada yang belum selesai.
"Hai...." sapa Ferdinan. Mentari menoleh.
"Kamu memanggilku?" tanya Mentari.
"Hmmm. Boleh pulang bareng?" tanya Ferdinan basa-basi.
"Aku pakai sepeda," jawab Mentari tanpa ada yang ditutup-tutupi.
"Oh ... gua pake motor, gak apa-apa gua bareng loe," kata Ferdinan.
"Ada juga yang mau negur aku," batin Mentari.
Dari kejauhan ada sepasang mata sedang memperhatikan mereka. Ia pun mengepalkan tangannya.
"S*al. Sama gue, loe bersikap dingin. Sama anak baru loe bersikap hangat," batin gadis itu, siapa lagi kalau bukan Siska.
Siska adalah anak pemilik sekolah ini, tidak ada yang berani kepadanya. Kecuali Ferdinan yang selalu menolak ajakannya.
"Awas saja loe anak baru," gumam Siska sambil mengepalkan tangannya. Kemudian iapun pergi dari tempat itu.
"Ini sepedamu?" tanya Ferdinan saat mereka sudah tiba diparkiran.
Secara kebetulan, sepeda milik Mentari letaknya berdampingan dengan motor milik Ferdinan.
"Oh ya. Kita dari tadi belum kenalan," kata Ferdinan.
"Perkenalkan, namaku Ferdinan Putra Prianggoro," ucap Ferdinan memperkenalkan dirinya.
"Kamu sudah tau, kan. Siapa namaku?" tanya Mentari.
"Hmmm, aku tau," jawab Ferdinan tanpa ia sadari panggilannya berubah menjadi aku kamu.
"Namamu Mentari, nama yang bagus seperti orangnya," kata Ferdinan.
"Biasa aja, yuk jalan," ajak Mentari.
Sebenarnya Mentari mudah akrab dengan seseorang. Hanya saja mereka tidak ada yang ingin berteman dengannya. Hanya karena ia miskin.
Mentari pun mengayuh sepedanya dan disampingnya Ferdinan membawa motor dengan sangat pelan.
"Kenapa kau mengikuti ku?" tanya Mentari.
"Suka-suka aku lah," jawab Ferdinan.
"Terserah kamu deh," ucap Mentari pada akhirnya.
.
Baru permulaan ya readers semua. Jadi belum seru. Kalau suka dukung ya. Terimakasih.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Araaa
b
2024-11-22
1
Anonymous
keren
2024-11-21
1
Lies Atikah
hadir thor
2024-11-15
1