.
.
.
Setelah selesai semua, Mentari pun memasak untuknya makan siang yang sudah lewat. Kali ini ia hanya masak mie instan, karena itu yang praktis. Sementara dirinya sudah sangat kelaparan.
"Aku harus mencari Bu Aminah. Bagaimana kabarnya sekarang?" batin Mentari.
Mentari akan mencaritahu keberadaan Aminah yang sudah ia anggap sebagai ibunya.
"Ferdinan, nanti kita pasti akan bertemu. Maafkan aku bila pergi tanpa pamit. Aku tidak mau kamu susah karena aku," batin Mentari.
Hari sudah sore ketika ini, Mentari pun berniat ingin keluar. Ia ingin mencari tempat buka usaha. Dan ia akan membuka salon kecantikan. Berbekal pengalaman selama ia berada di negara China, maka ia akan kembangkan di negara ini.
Dengan keahliannya dalam ilmu kedokteran kuno, Mentari juga akan mempraktekkan nya.
Saat ini ia sedang berada didalam perjalanan. Mentari sempat melihat di internet kalau ada rumah yang akan dijual.
"Selamat sore," sapa Mentari pada seorang wanita paruh baya.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu.
"Apa benar rumah ini mau dijual?" tanya Mentari balik.
"Benar, Nona mau beli rumah ini?" tanyanya lagi.
"Kalau cocok dengan harganya, saya mau," jawab Mentari.
"Mari Nona, lihat dulu rumahnya," ajak wanita itu.
Mentari pun mengikuti wanita itu. Wanita itu memperlihatkan bagian luar depan dan belakang rumah tersebut. Kemudian bagian dalam hingga dapur.
"Bagaimana Nona? Apa cocok?" tanya wanita itu.
"Cocok nyonya, saya rasa tempat ini sangat sesuai untuk buka salon kecantikan," jawab Mentari.
"Maaf Nona, perabotannya Nona harus beli sendiri," ucap wanita itu.
"Tidak masalah, nyonya. Soal itu bisa saya atur," kata Mentari.
Setelah menemukan rumah, dan urusan surat menyurat serta sertifikat rumah tersebut. Mentari pun membayar dengan kontan.
Sebenarnya Mentari juga ada salon kecantikan di negara China. Tapi sahabatnya yang ada di negara itu yang mengurusnya.
"Terimakasih Nona, dan ini kuncinya," ucap wanita itu.
"Sama-sama nyonya, kalau begitu saya permisi," jawab Mentari.
Mentari akhirnya pun pulang dengan mengendarai mobil sport miliknya. Didalam perjalanan, Mentari melihat sebuah mobil sedang dihadang. Mentari memperlambat laju mobilnya.
Merasa akan ada bahaya, Mentari pun menepikan mobilnya dipinggir jalan. Mentari keluar dari mobil saat melihat seorang pria sedang dikeroyok oleh beberapa orang berbadan besar.
Pria itu sempat melawan, tapi ia kalah jumlah.
"Berhenti...!" teriak Mentari.
Mereka semua menghentikan kegiatan nya memukuli pria tersebut.
"Mentari?" batin pria itu.
Ya pria itu adalah Ferdinan. Tadi ia mendapat telepon dari asistennya, bahwa perusahaan mereka ada masalah. Mendengar hal itu Ferdinan pun panik. Jadi iapun bergegas keluar.
Tapi siapa sangka, saat dalam perjalanan ia dihadang oleh beberapa orang penjahat.
Ferdinan pun bangkit, karena tadi ia sudah terbaring diaspal saat dipukul oleh penjahat.
"Beraninya cuma main keroyokan," ucap Mentari.
Ferdinan pun menghampiri Mentari dan langsung memeluknya. Ferdinan tanpa sadar menangis.
"Aku mencarimu, aku merindukanmu, kamu kemana saja?" tanya Ferdinan.
Mentari tidak menjawab, ia hanya membalas pelukan Ferdinan. Sejujurnya ia juga merindukan sosok pria itu.
"Sudahlah, sekarang bukan saatnya untuk saling peluk-pelukan," ucap Mentari.
Ferdinan melepaskan pelukannya, dan menatap wajah gadis itu.
"Kenapa?" tanya Mentari. Ferdinan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu bisa berkelahi?" tanya Mentari.
"Bisa. Tapi aku kalah jumlah dari mereka," jawab Ferdinan.
"Kita hadapi sama-sama," kata Mentari. Ferdinan menatap lama wajah Mentari.
"Jangan tatap seperti itu, nanti kamu jatuh cinta," ucap Mentari.
"Aku memang sudah sejak lama jatuh cinta padamu," batin Ferdinan.
"Heh... Sempat-sempatnya kalian berpacaran," kata penjahat itu sambil teriak.
"Hajar saja bos, ceweknya kita bawa kabur," ucap penjahat 2.
Mentari memiringkan kepalanya ke kiri ke kanan. Sehingga lehernya berbunyi.
"Kamu yakin melawan mereka?" tanya Ferdinan.
"Kalau belum coba belum tau," jawab Mentari.
Mentari maju dengan langkah tanpa gentar. Melihat hal itu Ferdinan juga maju. Mentari langsung menendang perut bos penjahat tersebut. Bos penjahat itu mundur beberapa langkah sebelum terjungkal ke tanah.
Beberapa anak buahnya pun melongo melihat bos mereka ditendang oleh seorang gadis. Ferdinan juga tidak berkedip melihat perubahan Mentari yang sekarang.
"Aku tidak menyangka, sekarang Mentari menjadi gadis tangguh," batin Ferdinan.
"Kok bengong?" tanya Mentari saat melihat Ferdinan tidak bergerak.
"Ah iya, iya," jawab Ferdinan.
Ferdinan pun maju menyerang salah satu dari mereka, begitu juga dengan Mentari.
Akhirnya keduanya pun melawan penjahat tersebut. Mentari dengan lihainya menghajar satu persatu para penjahat.
"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Mentari.
"Tidak ada," jawab bos penjahat.
Buugh... Satu pukulan mendarat di wajah bos penjahat itu.
"Katakan...!" bentak Mentari.
"Tidak ada," jawab pria itu.
"Aaaaaakkh...!" jerit pria itu saat Mentari memelintir tangan pria itu.
"Katakan...!" ulang Mentari.
"Bo-bos Satrio Kuncoro," jawab pria itu.
Buugh.... Sekali lagi Mentari meninju wajah pria itu, hingga pria itu pingsan ditempat.
"Aku sudah menduga kalau dia dalang dari semuanya," ucap Ferdinan.
"Hmmm," jawab Mentari.
"Boleh kita bicara?" tanya Ferdinan. Mentari mengangguk.
Keduanya pun masuk kedalam mobil masing-masing, mereka mencari tempat yang sekiranya aman untuk mereka berbicara.
Mentari mengikuti mobil Ferdinan dari belakang. Tiba disebuah restoran keduanya pun memarkirkan mobilnya.
Ferdinan menyewa ruangan VIP agar bisa leluasa berbicara tanpa takut ada yang mendengarnya.
"Silahkan Tuan, Nona," ucap pelayan restoran tersebut. Mereka dibawa keruang private oleh pelayan restoran tersebut.
"Mau pesan apa Tuan, Nona," ucap pelayan itu.
Mereka pun menyebutkan pesanan masing-masing. Pelayan pun mencatat pesanan mereka pada buku kecil yang selalu dibawanya.
"Silahkan menunggu sebentar," ucap pelayan itu.
"Kamu belum jawab pertanyaan ku," kata Ferdinan.
"Sejak kejadian itu, aku pergi keluar negeri," kata Mentari.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ferdinan.
"Aku disekap, dan dianiaya oleh Siska dan teman temannya," jawab Mentari.
Ferdinan tentu terkejut mendengarnya. Kemudian Mentari pun menceritakan kejadiannya 5 tahun yang lalu.
Ferdinan mengepalkan tangannya kuat, dia benar-benar marah, apalagi saat Kepala sekolah hendak melecehkan Mentari.
"Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Ferdinan geram.
"Aku sudah punya rencana untuk membalas mereka," kata Mentari.
"Aku akan membantumu," ucap Ferdinan.
"Tidak perlu, masalah ini biar aku selesaikan sendiri," kata Mentari.
Percakapan keduanya terhenti saat pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Setelah itu pelayan pun pergi.
Baru saja Ferdinan menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Tiba-tiba ponselnya berdering pertanda panggilan masuk. Segera Ferdinan menjawab nya.
"Ya, ada apa?" tanya Ferdinan to the point.
"Tuan, perusahaan kita di bobol," kata Jerry panik.
"Baik, aku akan segera kesana," kata Ferdinan.
"Ada apa?" tanya Mentari.
"Perusahaanku di bobol," jawab Ferdinan.
"Bisa aku bantu?" tanya Mentari. Ferdinan mengangguk.
Ferdinan pun segera bangkit untuk membayar makanan mereka, padahal baru disentuh sedikit.
"Mari!" ajak Ferdinan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
LENY
THOR MENTARI JD KAYA BENER BISA BELI RUMAH MOBIL MEWAH MEMANG DI CHINA USAHA APA YA THOR MENTARI TAHU2 SDH TAJIR AJA😊. KL BELA DIRI MEMANG DARI AWAL DIA LGSG BELAJAR YA🙏
2024-12-02
1
Katarina Istinganah
kenapa pertemuan mereka mulus mulus aja tanpa ada kerikil2 nya
2024-11-29
1
Lies Atikah
haha jadi kebalik perdinan memang anak mama h banget ga pa 2 deh mentari kan udah jadi hebat jagoan walau pun cew e yang penting perdy wajib setia dan bucin
2024-11-15
1