.
.
.
Mentari kini sudah berada di apartemen miliknya. Ia bersikap seperti biasa seolah olah tidak terjadi apa-apa.
"Rencanaku ternyata berubah dari rencana awal," gumam Mentari. Saat ini ia sedang berada didalam kamar mandi. Ia menguyur tubuhnya dengan air dingin dibawah pancuran shower.
"Target selanjutnya ada Farid. Karena kau juga ikut andil dalam hal ini," batin Mentari.
Setelah selesai mandi, Mentari masuk keruang ganti dan berpakaian lengkap.
Mentari merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Sebelum ia membalas dendam, maka ia tidak akan tenang.
Mentari mengambil laptop miliknya dan mencari tahu kegiatan Farid selama ini. Ternyata apa yang dia dapatkan sangat mengejutkan.
Ternyata Farid selama ini adalah kaki tangan Satrio. Mentari tersenyum sinis saat mengetahui semuanya.
"Pantas saja dia begitu marah saat aku mau melaporkan Siska. Ternyata ini alasannya," batin Mentari.
"Oke, tunggu permainanku untukmu, Farid," gumam Mentari.
Setelah mencari tahu tentang Farid, Mentari pun memasak untuk makan malam. Karena ia cuma tinggal sendiri jadi Mentari hanya masak yang simple saja.
Setelah selesai masak dan makan, Mentari kembali ke kamarnya. Baru saja ia membaringkan tubuhnya, ponselnya pun berdering.
Mentari dengan cepat menjawab panggilan tersebut. Tapi sebelum itu ia melihat dulu nama pemanggil tersebut dan kemudian tersenyum.
"Halo," sapa Mentari melambaikan tangan.
Karena saat ini mereka melakukan panggilan video call. Wajah Ferdinan terpampang jelas sepertinya baru selesai mandi.
"Sedang apa?" tanya Ferdinan to the point.
"Mikirin kamu," jawab Mentari berlagak genit seperti wanita penggoda.
"Jangan menggodaku sayang, kau bisa membangunkan nya," kata Ferdinan.
Mentari mendelik. Meskipun ia belum pernah mengalami hal seperti itu, tapi ia tau maksud perkataan Ferdinan.
"Tenang, aku ada cara untuk menjinakkan nya kalau dia bangun," ucap Mentari.
"Benarkah? Kalau begitu aku kesana sekarang," tanya Ferdinan.
Mentari gelagapan, padahal ia cuma ingin menggoda Ferdinan. Gak taunya dia sendiri yang terjebak.
"Hahaha...." Ferdinan tertawa terbahak bahak. Ferdinan sendiri hanya mengikuti godaan Mentari saja. Mana mungkin ia melakukan hal seperti itu kalau belum menikah.
"Padahal aku cuma bercanda," ucap Mentari.
"Tenang saja, aku tidak akan kasar-kasar kok," jawab Ferdinan.
"Sudah dulu ya, aku mau tidur lebih awal karena besok pagi aku ada urusan," ucap Mentari lalu menutup panggilan tersebut.
Ferdinan hanya bisa tertawa melihat wajah imut Mentari saat digoda balik.
Wajah Mentari memerah karena tersipu-sipu saat membayangkan kalau Ferdinan benar-benar melakukannya.
"Aish, mengapa aku bisa berpikir seperti itu?" batin Mentari. Kemudian ia menutup wajahnya dengan selimut. Seolah-olah Ferdinan ada didekat nya.
Akhirnya Mentari pun tertidur padahal baru jam 9 malam.
Pagi hari...
Mentari terbangun seperti biasa, menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya sendiri. Dan membuat kue seperti kebiasaannya dulu. Tiba-tiba ia teringat dengan wanita yang sudah ia anggap ibunya sendiri.
"Bu Aminah, aku akan mencari Bu Aminah," batin Mentari.
Setelah selesai sarapan, Mentari menyempatkan diri untuk mencari informasi tentang Bu Aminah. Dan alamat terakhir adalah di desa xxxx.
"Aku akan menemui ibu nanti," gumam Mentari.
Saat ini Mentari sedang bersiap-siap untuk balas dendam selanjutnya. Dengan berpakaian s*ksi dan sedikit polesan make-up diwajahnya sudah membuat ia semakin cantik.
"Saatnya beraksi," gumam Mentari didepan cermin.
Mentari turun keluar dari apartemennya dan berjalan menuju lift. Mentari masuk dan menekan angka menuju lantai dasar. Saat dilantai 15 lift berhenti ternyata ada Brandon masuk kedalam lift.
Matanya terpana melihat kecantikan Mentari yang berkali-kali lipat dari biasanya. Biasanya Mentari tidak memakai polesan make-up. Tapi sekarang Mentari ber-make up meskipun tipis tapi aura kecantikannya sangat kentara.
"Cantiknya," ucap Brandon dengan mulut terbuka.
Mentari hanya cuek saja, tidak peduli dengan tatapan Brandon yang memuja. Tapi lama-lama Mentari pun merasa risih.
Akhirnya Mentari tiba dilantai bawah. Dengan cepat ia keluar dari lift, karena sudah tidak tahan berlama-lama dalam satu ruangan bersama playboy cap gayung.
"Tunggu! Boleh kenalan?" tanya Brandon.
Tapi Mentari tetap meneruskan langkahnya. Tanpa mempedulikan Brandon. Merasa diabaikan Brandon pun mengejar Mentari dan memeluknya dari belakang.
Mentari menghentikan langkahnya dan berbalik. Mentari tersenyum kearah Brandon, membuat Brandon merasa diatas angin.
"Dilantai berapa apartemen mu?" tanya Mentari sambil mengelus pipi Brandon.
"Li-lima belas," jawab Brandon gugup. Selama ini ia tidak pernah segugup ini menghadapi wanita.
"Kita bermain di apartemen milikmu saja, kebetulan aku juga pengen," ucap Mentari dengan nada sensual.
"Bo-boleh, boleh," jawab Brandon.
Brandon membawa Mentari kelantai 15. Saat tiba disana Brandon membawa Mentari masuk kedalam kamar.
"Apa disini lebih enak," ucap Mentari.
"Tentu, tenang saja aku akan membuatmu terbang melayang," ucap Brandon. Mentari tersenyum.
"Benarkah? Coba buktikan?" tanya Mentari.
Mentari mendekat, tanpa Brandon sadari Mentari menancapkan jarum ke leher Brandon. Sehingga pria itu pingsan. Kemudian Mentari mencabut jarum tersebut. Mentari mencari tali dan mengikat tangan dan kaki Brandon disisi ranjang. Setelah itu Mentari pun pergi. Seperti biasa, Mentari dengan cekatan menghilangkan jejak agar pekerjaan bersih dan tidak meninggalkan bukti sedikitpun.
Mentari pun keluar dari apartemen tersebut. Dengan senyuman manisnya seperti tidak terjadi apa-apa.
Sampai diparkiran, Mentari masuk kedalam mobilnya. Tujuannya kali ini adalah sekolah tempat ia di aniaya dulu.
Mentari mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sehingga ia dengan cepat tiba di sekolah. Mentari menemui penjaga gerbang sekolah dan meminta izin untuk masuk. Tentu saja Mentari dibukakan pintu gerbang.
Mentari masuk dan langsung menuju ruang Kepala sekolah. Tadi sebelum ia keluar dari mobil. Mentari memakai masker dan kacamata hitam. Saat di depan pintu gerbang Mentari membuka masker nya tapi tidak dengan kacamata nya.
"Ternyata tidak ada perubahan sama sekali," batin Mentari. Saat ini para siswa siswi sedang belajar, jadi Mentari tidak bertemu dengan siapapun saat ia berjalan menuju ruang Kepala sekolah.
Tok ... Tok. Mentari mengetuk pintu.
"Masuk!" Terdengar suara dari dalam mempersilahkan masuk.
Perlahan Mentari membuka pintu dan melihat Farid sedang sibuk dengan ponselnya.
"Selamat pagi Pak," sapa Mentari.
Merasa mengenal suara itu, Farid segera mendongak. Dan matanya melotot melihat Mentari yang sudah membuka masker dan kacamata nya.
"Cantik." Satu kata lolos dari mulut Farid.
"Pak!" panggil Mentari. Farid pun tersadar.
Mentari mendekati Farid dan duduk dipangkuannya. Jantung Farid terasa mau lompat dari tempatnya.
"Saya merindukan Bapak, dan ingin bermain-main dengan Bapak," ucap Mentari sambil mengelus pipi Farid. Pria paruh baya itu tidak bisa berkata apa-apa, hanya terdiam seperti patung.
"Temui saya di gudang dekat sekolah ini, saya tunggu satu jam dari sekarang," ucap Mentari. Kemudian ia bangkit dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Tapi sebelum itu Mentari memberi kode dengan menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Jangan telat, saya sudah tidak sabar," ucap Mentari lalu keluar dari ruangan itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Katarina Istinganah
mentari terlalu percaya diri
2024-11-29
1
I Love you,
wah....wah...takut aku/Panic//Panic/
2024-09-04
1
Morna Simanungkalit
hajar mungkin sudah banyak murid yang Farik rusaki ,patahkan kakinya biar ngak bisa jalan.
2024-08-21
3