.
.
"Yang Mulia akan berangkat sekarang?" tanya Ronn.
"Mmm... Lebih cepat lebih baik!" jawab Max seraya mengambil pedangnya untuk dia bawa bersamanya.
"Liola, jika sudah selesai dengan pekerjaan mu, pergi temui kakek Cahir. Dengan ilmu sihir mu yang berhubungan dengan tumbuhan, aku yakin akan membuat Lithera lebih cepat pulih." Liola kembali menganggukkan kepalanya dengan patuh.
"Dan untuk Ronn, seperti yang sudah kamu ketahui, segera selidiki semuanya tentang Irish dan Benn Lexion, dan hubungan mereka dengan Ashley dan Vion. Lakukan secepatnya tanpa masalah! Aku juga harus mengabari kakek Cahir tentang itu." Ronn juga segera menganggukkan kepalanya patuh.
Max bersiap untuk pergi, sampai Cyril menghentikannya.
"Lalu, bagaimana dengan ku?" Tanya Cyril begitu Ronn dan Liola mendapatkan tugas mereka, namun dia justru tidak mendapatkan tugas apapun.
"Kamu?! Tugas yang aku berikan padamu sama sekali tidak kamu lakukan dengan baik, bagaimana aku akan memberikan tugas lagi padamu?!"
Max melotot.
"Tugas mana lagi? Aku sudah menyelesaikan semuanya!"
"Aku memberimu perintah untuk membuat Kay dan Eric Larkend tetap hidup! Tapi kamu justru membiarkan mereka mati! Dan lagi, aku memberikan kamu perintah untuk tetap membiarkan hidup Lyod pemimpin dari penyerang Duke Cahir. Namun dia justru mati saat ini! Kakek tidak akan memaafkan ku untuk itu! Bagaimana kalau dia berfikir aku yang merencanakan semua ini hanya agar aku bisa mendapatkan dukungan darinya?!"
"Itu bukan salahku! Kay dan Eric wakil dan pemimpin dari asosiasi pembunuh itu mati di tangan Duke Cahir Neutswand. Dan untuk Lyod si aura pedang yang melawan Duke Cahir Neutswand itu mati di tangan Rayton Evan! Bukan di tangan ku!" Protes Cyril keras.
"Itu artinya adalah kesalahan mu, karena kamu tidak menjalankan perintah dari ku! Beruntung aku tidak membunuh mu saat ini! Kamu sudah gagal!"
"Ayolah! Aku tidak bisa di sebut gagal dalam misi ku ini! Karena itu di luar kendali ku!"
"Kalau begitu temukan buktinya. Dan kamu akan kembali mendapatkan kepercayaan dariku! Jika tidak, aku akan memberikan mu pada kakek Cahir. Biar dia sendiri yang akan memutuskan hukuman apa yang pantas untukmu!" Mendengar perintah Max tadi, Cyril hanya menghela nafasnya.
"Ini gara-gara si Rayton brengsek itu! Bagaimana bisa dia muncul tiba-tiba dan membunuhnya! Merepotkan saja!"
Pletaaakkk!
Liola memukul kepala Cyril dengan keras.
"Bukankah sudah jelas kalau dia ingin melindungi keluarganya! Bodoh!!!" Ujar Liola kesal.
Max hanya menatapnya jengah, setelah itu dia berjalan pergi meninggalkan para anak buahnya.
"Aku tidak melakukan kesalahan, seharusnya aku tidak perlu mendapatkan hukuman, kan?"
"Lakukan apa yang di perintahkan! Jika tidak, aku yakin kepalamu yang kali ini melayang karena kemarahan Yang Mulia Duke Cahir Neutswand. Terlebih lagi jika nona Lithera mengatakan padanya tentang betapa kasarnya sikapmu padanya saat itu..." Liola tersenyum menyeringai melihat Cyril yang terlihat pucat seketika.
"Kamu akan benar-benar mati di tangannya!" Lanjutnya dengan senyuman puas di wajahnya.
Melihat bagaimana Cyril ketakutan membuat Liola merasa jauh lebih baik
"Bukankah kamu juga menyerangnya dengan sihirmu?!" Cyril mencoba untuk membela diri.
"Aku hanya mencoba untuk melindungi Yang Mulia putra mahkota. Sedangkan kamu... Kamu terus menghinanya tanpa sebab."
"Itu..." Cyril tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Saat ini dia jelas sangat ketakutan.
"Aku pergi dulu!" Liola tersenyum lebar seraya melangkahkan kakinya keluar dari sana. Di ikuti oleh Ronn yang hanya membiarkan Cyril terlihat frustasi.
.
.
Di tempat lain, di mana Lithera masih terbaring di atas tempat tidurnya dan belum sadarkan diri.
Cahir Neutswand masih duduk di kursi di sebelah tempat tidurnya. Menjaganya jika sewaktu-waktu Lithera membuka matanya.
"Syukurlah dia sudah tidak lagi pucat seperti sebelumnya." Ucapnya lega. Terlebih melihat bagaimana Lithera yang terlihat damai dalam tidurnya.
Lithera masih memejamkan matanya, walaupun begitu dia bisa mendengar apa yang orang-orang katakan di sekitarnya.
Seperti apa yang Duke Cahir Neutswand dan Max katakan. Juga apa yang dokter bicarakan mengenai siapa dirinya yang sebenarnya.
Lithera juga bermimpi melihat banyak hal. Terutama tentang bagaimana kehidupan Lithera saat dia masih kecil. Tentang bagaimana kedua orang tuanya yang sangat menyayanginya. Sampai di saat di mana dia di culik oleh seseorang saat dia sedang berjalan-jalan bersama dengan ibunya saat itu.
Tidak hanya sampai di sana, Lithera juga melihat banyak hal, terlebih saat dia melihat bagaimana Lithera kecil yang di kurung dan di siksa habis-habisan oleh seseorang. Dia di pukul, di siram dengan air, di lempar dengan batu, bahkan dia merasa akan mati saat dia di tusuk dengan belati. Bukan hanya itu, dia juga tidak pernah mendapatkan makanan sedikitpun.
Entah berapa lama dia harus merasakan kehidupan neraka itu. Sampai akhirnya dia berhasil melarikan diri. Walaupun itu tidak mudah. Dia berhasil melarikan diri dengan masuk ke hutan pinus. Dengan kaki kecilnya yang penuh luka dan penuh darah, dia terus masuk ke dalam hutan pinus yang tidak pernah akan di masuki oleh siapapun. Namun di sanalah dia bisa hidup tanpa harus mendapatkan siksaan dari orang-orang yang mengejarnya.
Rasa ketakutannya masih terus ada. Terlebih dia harus selalu waspada dengan kehidupan barunya di dalam hutan itu. Karena musuhnya saat ini bukanlah manusia yang akan menyiksanya, namun hewan buas yang akan memakannya hidup-hidup jika dia tidak selalu waspada.
Tidak pernah ada rasa damai di dalam hatinya. Dia selalu hidup dengan ketakutan dan kewaspadaan yang harus selalu ada di dalam dirinya.
Bukan hanya itu, rasa kerinduannya terhadap keluarganya juga terus menggerogotinya. Terlebih saat malam yang dingin dan hujan yang terus turun mengguyurnya. Di mana dia sama sekali tidak memiliki tempat hangat untuk berteduh selain pohon rindang yang selalu kuat menahan air hujan untuknya.
Setiap hari dia menunggu seseorang yang mungkin akan mencarinya. Namun hari berganti hari, tanpa ada seorangpun yang datang mencarinya.
Dan di saat itulah, dia mulai membenci keluarganya yang dia pikir sudah membuangnya. Rasa ingin membuat mereka merasakan apa yang dia rasakan, dan rasa ingin membalas semuanya yang telah dia rasakan.
Semuanya berkecamuk di dalam hatinya. Membuatnya menahan diri untuk tidak ingin mengingat apapun lagi tentang mereka yang melupakannya ataupun mereka yang ingin membunuhnya. Karena baginya mereka semua adalah sama!
Lithera merasakan sakit di dadanya melihat bagaimana gadis kecil itu harus merasakan semua penderitaan itu, tanpa dia tahu alasannya.
"Aku pasti akan membalaskan rasa sakit mu ini, Lithera! Aku akan memastikan semua orang itu merasakan hal yang sama, dan bahkan lebih buruk dari apa yang kamu alami! Aku bersumpah!" Lithera tersenyum pahit, dengan air matanya yang membasahi pipinya.
"Aku pasti akan membalas mereka semua!"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments