.
.
Keesokan harinya.
Pagi-pagi buta, Max bertemu dengan Duke Cahir Neutswand di kediamannya.
"Salam Yang Mulia putra mahkota." Ucap Cahir Neutswand.
Pria berusia sekitar 40 tahunan yang masih saja terlihat begitu berkharisma dan penuh wibawa. Rambut keemasannya masih berkilauan, walaupun matahari masih belum muncul. Dan iris matanya yang berwarna merah terlihat seperti kilauan berlian.
"Sepertinya ada sesuatu yang memang sangat penting sampai-sampai Yang Mulia ingin bertemu dengan ku." Ucapnya tegas.
"Itu benar. Aku tidak memiliki banyak waktu, jadi aku akan menjelaskannya secepat mungkin." Jawab Max.
Duke Cahir Neutswand mengerutkan keningnya, "masalah apa yang membuatmu begitu ingin menemui ku? Jika ini tentang bagaimana kamu meminta dukungan dariku, aku dengan sangat tegas akan menolaknya! Aku sangat tidak ingin berada di sisi Yang Mulia ataupun sisi ibu suri. Karena selama ini keluarga kami selalu netral! Dan untuk hubungan mu dengan Lily, itu bukan tanggung jawab kami!"
"Tunggu dulu, Duke Cahir." Max segera menghentikan ucapan Cahir, "sepertinya ada kesalahpahaman di sini."
"Kesalah pahaman?"
Max menganggukkan kepalanya.
"Aku hanya ingin mengatakan kalau sepertinya aku telah menemukan putrimu yang hilang sepuluh tahun lalu." Mendengar itu ekspresi Cahir Neutswand berubah.
"Yang Mulia! Jangan memancing ku dengan itu agar aku mendukungmu! Itu tidak akan pernah berhasil!" Cahir Neutswand terlihat marah, "jangan pernah membawa-bawa putriku yang sudah tiada dalam hal ini!"
"Siapa bilang putrimu sudah tiada?" Cahir Neutswand menatap Max penuh harap, walaupun dia tidak mengatakannya.
"Aku sudah mencarinya ke seluruh penjuru selama sepuluh tahun terakhir. Tapi tidak menemukannya..." Max melihat jelas, bagaimana Cahir Neutswand yang terlihat begitu sedih. Namun kharismanya tidak memperbolehkan dirinya terlihat menyedihkan.
"Aku juga tidak yakin jika yang aku temui adalah putrimu. Tapi, mengingat bagaimana Duke mencarinya selama ini, setidaknya mencoba untuk melihatnya dengan mata kepala mu sendiri adalah sesuatu yang pantas untuk di coba, kan?"
"Bagaimana Yang Mulia begitu yakin kalau dia adalah putriku?"
"Rambutnya, dan matanya..." Jawab Max
Cahir Neutswand nampak terkejut.
"Aku tidak akan meminta apapun darimu. Aku hanya ingin mencoba untuk membantu mu. Karena aku tidak sengaja bertemu dengannya saat aku di serang di hutan pinus beberapa hari yang lalu. Aku juga tidak ingin memberi harapan palsu padamu. Jadi, jangan terlalu berharap."
"Hutan pinus?"
Max mengangguk.
"Pedalaman hutan pinus tepatnya... Tepatnya!"
Cahir Neutswand terbelalak.
"Hutan pinus hanyalah sebuah nama, di sana tidak ada satupun pohon pinus yang tumbuh. Yang ada adalah tumbuhan liar dan hewan-hewan buas dan liar! Tidak pernah ada manusia yang hidup di tempat seperti itu! Yang Mulia ingin membunuh ku di sana dengan memancing ku ke tempat semacam itu?!" Cahir terlihat murka, "Yang Mulia tidak ingin di jodohkan dengan keponakan ku, itu sebabnya kamu begitu ingin membunuh ku agar perjodohanmu tidak pernah terjadi?!"
"Jika aku ingin membunuh mu, untuk apa repot-repot membawa mu kesana? Dan jika aku ingin membatalkan perjodohan ini, kenapa aku tidak langsung membunuh Lily Evan atau Darek Evan? Aku bukan tipe orang yang melakukan sesuatu yang tidak berguna!" Jawab Max sembari menyesap teh hangatnya.
Cahir Neutswand tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memperhatikan gerak-gerik Max yang sama sekali tidak mencurigakan. Melainkan dia terlihat begitu santai dan nyaman.
"Kakek..." Max memanggil Cahir dengan senyuman di bibirnya.
"Duke Cahir Neutswand, anda adalah putra ke tiga belas , atau putra bungsu dari raja terdahulu. Dan ayahanda adalah cucu pertama dari raja terdahulu. Atau merupakan anak pertama dari kakak tertua mu. Ayahanda menjadi raja di usia muda karena ayahnya, atau kakek ku meninggal saat. Kamu menolak menjadi raja, walaupun kakek buyut meminta mu."
"Itu hal yang tidak perlu di bicarakan. Karena yang harus menjadi raja adalah keturunan pertama, bukan anak bungsu seperti ku. Lagi pula aku tidak tertarik untuk itu." Jawab Cahir masih dengan menjaga jaraknya. Walaupun Max sudah membawa-bawa masalah kekeluargaan.
"Jadi, memang sudah seharusnya aku memanggil mu kakek kan? Mengingat bagaimana rantai hubungan keluarga pada umumnya. Di mana kakek terlahir dari satu garis lurus yang sama dengan kakekku. Atau sama-sama anak dari kakek buyutku."
Cahir menghembuskan nafasnya. Namun dia terlihat lebih santai saat ini.
"Jika di lihat dari rantai hubungan keluarga kita, aku memang seharusnya bisa di sebut sebagai kakek mu, mengingat bagaimana aku adalah adik dari kakekmu, atau paman dari ayahmu." Jawab Cahir Neutswand, "tapi usiaku dan ayahmu sama! Dan itu usia yang masih belum memperbolehkan ku untuk di panggil kakek oleh siapapun!"
Max tertawa geli.
"Tetap saja, kamu adalah kakek ku. Jadi, aku bisa memanggil mu seperti itu saat kita sedang sendirian."
"Di tempat ini, tidak ada keluarga ataupun kolega. Semuanya menjadi musuh begitu mereka masuk ke istana ini." Jawab Cahir, "dan aku sama sekali tidak peduli dengan perebutan kekuasaan yang terjadi di sini, terlebih antara dirimu dengan ibu suri!"
"Bukankah kamu bilang tadi, kalau hanya anak yang terlahir sebagai putra pertama yang akan menjadi raja berikutnya, lalu kenapa sepertinya kamu justru tidak peduli jika ibu suri ingin menjadikan putranya Rezef Retum sebagai raja?"
Cahir tidak mengatakan apa-apa. Dia sama sekali tidak tertarik dengan perebutan kekuasaan yang terjadi di istana. Dia hanya ingin putrinya kembali. Mengingat bagaimana kondisi istrinya yang menjadi sangat lemah begitu kehilangannya.
"Kakek, mencoba sesuatu yang baru itu di perlukan, jika memang kamu ingin mendapatkan sesuatu."
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" Cahir menatap Max tajam.
"Kakek, ikuti saranku kali ini. Aku benar-benar tidak menginginkan apapun darimu. Tetaplah bersikap netral seperti itu jika memang kamu tidak menginginkannya. Tapi, tidak ada salahnya mencobanya, kan?"
"Kamu sepertinya sangat yakin jika dia adalah putriku?"
"Entahlah. Aku juga tidak yakin. Lagi pula bagaimana bisa putrimu yang baru berusia sekitar 20 tahunan bisa memiliki dua anak yang berusia sekitar 6 atau 7 tahunan? Itu artinya dia hamil saat usianya baru 12 atau 13 tahun?" Jawab Max seraya memegangi dagunya, "oh! mereka kembar!" Tambahnya.
Bangg!!!
Max terkejut saat tiba-tiba Cahir menggebrak meja di depannya.
"Jangan main-main, Yang Mulia!!!" Ucapnya dengan marah.
"Aku tidak main-main... Karena itulah kamu perlu melihatnya sendiri, kakek!" Jawab Max masih dengan sikap santainya.
"Kamu akan tahu kalau aku main-main atau tidak... Dan aku sudah mengatakannya padamu, jika aku sendiri tidak yakin kalau dia itu putrimu atau bukan. Tapi tidak ada salahnya jika kamu coba untuk menemuinya, kan?" Cahir mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Bawa Ronn bersamamu. Dia akan menunjukkan jalannya." Tambahnya.
Cahir melemparkan tatapan matanya yang tajam ke arah Ronn yang sedang berdiri di dekat pintu, "berangkat sekarang juga! Jika hanya membuang waktuku, aku akan membunuhmu di sana!" Ucapnya penuh dengan ancaman.
"Baik, Yang Mulia!" Jawabnya seraya membungkukkan badannya.
Setelah itu Cahir Neutswand beranjak dari tempat duduknya.
"Oh iya kakek. Usahakan tidak ada siapapun yang mengetahui tentang ini. Aku tidak yakin jika orang-orang itu adalah orang-orang yang akan membantumu. Mungkin saja orang-orang itu justru ingin agar kamu tidak pernah bisa menemukannya. Siapapun itu! Jangan pernah membiarkan mereka tahu apa yang baru saja kita bicarakan! Bahkan jika itu istrimu."
"Apa maksudmu?!"
"Hanya untuk jaga-jaga saja..." Max mengangkat kedua bahunya dengan santai, "akan lebih baik jika tidak ada siapapun yang tahu, kan. Terlebih jika dia mungkin saja memang bukan putri mu!"
Cahir terlihat berfikir sejenak. Namun setelah itu dia berjalan keluar dari ruangan itu.
"Ah..." Max membaringkan tubuhnya di sofa tempatnya duduk.
"Berbicara dengannya selalu menghabiskan seluruh energi ku. Kenapa dia tidak mau menjadi raja, jika dia memiliki sikap yang seperti itu! Kerajaan ini akan jauh lebih baik jika ada di tangannya, bukan ayahku!" Max mengepalkan tangannya dengan kuat.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments