.
.
Dengan kesempatan itu, Ronn melarikan diri dari pedang Lithera, kemudian mengambil pedang itu dari tangannya.
Lithera semakin tidak mengerti. Dia hanya bisa mematung tanpa tahu harus mengatakan apa.
Lithera melihat Ronn yang hanya berdiri melihatnya.
Cahir melepaskan pelukannya. Dia menatap Lithera dengan senyuman hangatnya.
"Akhirnya aku bisa menemukanmu..."
"Memangnya siapa kamu?"
Cahir kembali tersenyum hangat, "seseorang yang sangat merindukanmu..."
Lithera menatap Cahir Neutswand dalam. Dia memikirkan banyak hal.
'siapa orang ini? Apa dia kekasih Lithera? Tapi sepertinya tidak mungkin... Dia terlalu tua untuknya, dia lebih seperti ayah baginya, kan?'
Lithera kembali melihat ke arah Ronn, berharap dia menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Namun Ronn hanya membuang wajahnya ke arah lain.
"Anda... Kenapa menangis?" Lithera semakin kebingungan.
"Ini air mata bahagia..."
Lithera tersenyum kaku. Dia tidak tahu harus bagaimana.
Perlahan-lahan Lithera menggerakkan tangannya, mengusap air mata di pipi Cahir. Dia juga mengusap cipratan darah yang ada di sana.
"Baguslah kalau itu air mata kebahagiaan." Gumam Lithera seraya terus membersihkan darah yang masih ada di wajah Cahir.
"Tapi... Siapa anda? Apa anda mengenalku? Aku..." Lithera sedikit ragu untuk mengatakan kalau dia sama sekali tidak ingat apapun, "ingatanku tidak cukup bagus..."
"Tidak apa-apa. Itu tidak penting... Yang terpenting adalah kita bertemu lagi." Lithera sangat tidak tahu situasi macam apa yang sedang terjadi saat ini. Dia juga sama sekali tidak memiliki ingatan apapun tentang pria di hadapannya itu.
"Mama..." Lithera sangat senang saat melihat Vion dan Ashley yang baru saja bangun dari tidur siang mereka.
Lithera dengan cepat berjalan mendekati mereka. Dia merasa sangat tidak nyaman untuk berhadapan dengan Cahir Neutswand.
"Kalian pasti terganggu karena kami..." Lithera mengusap lembut pipi Vion.
Ashley menggeleng, "kami memang sudah ingin bangun... Hoaaamss" Jawabnya seraya mengusap.
"Oh... Paman yang kemarin." Vion menunjuk pada Ronn.
"Itu benar. Selamat siang, tuan muda." Ronn tersenyum lebar seraya mengusap lembut puncak kepala Vion.
"Dimana paman rambut jeruk?"
"Cyril? Dia sedang sangat sibuk.
"Lalu, di mana paman tampan?"
"Kalau Yang mu..." Ronn segera menghentikan kalimatnya, "kalau Max juga sedang sangat sibuk. Dia yang paling sibuk di antara kami semua." Ronn memaksakan senyumnya. Dia juga menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
'Menghadapi anak kecil jauh lebih melelahkan daripada harus bertarung dengan musuh.'
"Lalu, siapa dia?" Ashley menunjuk pada Cahir.
"Dia..." Lithera juga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu siapa orang yang ada di hadapannya itu.
"Kalian bisa memanggil ku, kakek." Cahir menundukkan kepalanya agar bisa sejajar dengan Vion dan Ashley.
"Tapi kamu tidak tua seperti kakek-kakek..." Ujar Ashley seraya terus bersembunyi di belakang tubuh Lithera.
Cahir memang belum terlihat tua, karena memang usianya baru menginjak 42 tahunan.
"Kalau begitu kalian bisa memanggilku paman... Sama seperti kalian memanggilnya!" Cahir melemparkan tatapan matanya ke arah Ronn.
'menakutkan!'
Ronn hanya membungkuk mengiyakannya saja.
"Lalu, siapa nama paman?"
"Cahir... Cahir Neutswand."
"Cahir?" Lithera mengulangi kembali nama yang Cahir katakan tadi, "sepertinya aku... Ughhh!" Lithera merasakan sakit kepala yang luar biasa.
"Arghh..."
Lithera terus memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut menyakitkan.
Vion dan Ashley: "Mama!"
Cahir : "Lithera!"
Ronn. : "Nona Lithera!"
Semuanya sangat terkejut. Terlebih Lithera terus mengerang kesakitan.
"Sakiiiit..." Lithera memejamkan matanya dengan kuat menahan rasa sakit yang teramat di kepalanya.
"Lithera..." Cahir mengangkat tubuh Lithera, dan dengan langkah kaki panjangnya berjalan dengan cepat keluar dari rumah Lithera.
"Ronn!!! Bawa mereka segera! Kita harus menemui dokter!"
"Baik, Yang Mulia!"
"Mama..." Ashley dan Vion terus menangis.
"Anak-anak, ayo kita juga harus segera pergi!"
.
.
.
Lithera terus mengerang kesakitan selama perjalanan mereka menuju kediaman dokter terdekat.
Cahir Neutswand menaiki kudanya dengan kecepatan tinggi. Membiarkan kudanya melesat dengan sangat cepat. Dia memeluk erat Lithera di depannya agar tidak terjatuh dari kuda dengan kecepatannya saat ini.
"Bertahanlah! Aku mohon!" Ucapnya dengan suara bergetar.
Dia mengeratkan lengannya menahan Lithera yang terlihat pucat.
"Sebentar lagi kita akan sampai di desa terdekat. Aku mohon bertahanlah putriku, Lithera." Cahir tidak peduli dengan air matanya yang terus membasahi pipinya. Dia hanya ingin segera sampai di rumah salah satu dokter yang dia kenal.
Memerlukan waktu yang cukup lama, untuk bisa sampai ke desa terdekat dari hutan pinus tempat Lithera tinggal. Itu sebabnya sangat tidak mudah untuk bisa mendapatkan dokter atau apapun di tempat yang sepanjang perjalanan hanya di penuhi oleh pepohonan besar.
"Lithera..." Cahir semakin khawatir karena Lithera sepertinya kehilangan kesadarannya.
"Hya!!!" Cahir mempercepat laju kudanya. Tangannya bahkan gemetaran saat melihat bagaimana wajah Lithera yang semakin pucat.
Swoooshhh!
Cahir menghindari anak panah yang tiba-tiba saja muncul menyerangnya.
"Siapa yang berani menyerang ku?!" Teriak Cahir marah.
Dia terpaksa menarik tali kelana kudanya untuk menghentikan lajunya.
Cahir terlihat sangat marah, begitu melihat beberapa orang yang bergerak mengepungnya.
"Ronn!!!" Teriak Cahir. Namun sepertinya Ronn jauh tertinggal di belakangnya.
"Sial!" Cahir melihat wajah Lithera yang terlihat semakin pucat. Tubuhnya juga mulai terasa dingin.
"Aku akan membunuh kalian semua dengan rasa sakit yang paling mengerikan!" Ancam Cahir Neutswand, "sepertinya kalian tidak tahu siapa lawan kalian ini karena kalian begitu ingin mati di tangan ku!"
"Kami tidak ingin berurusan dengan Duke dari Utara, tapi kami hanya ingin menyelesaikan urusan kami dengan gadis di tangan mu itu, Yang Mulia."
"Heh!" Cahir menyeringai, "kalau begitu matilah!!!" Cahir menarik pedangnya dari tangannya, dan dengan cepat menahan anak panah yang lagi-lagi mengarah ke arahnya.
"Bertahanlah sebentar lagi, Lithera." Bisiknya sebelum dia menggerakkan tangannya untuk menciptakan pedang aura yang merupakan kekuatan utamanya. Kekuatan yang akan membunuh apapun yang mengenainya.
Swoooshhh...
Clankkk!
Salah satu dari mereka bisa menahan serangan dari Cahir.
"Sepertinya kali ini mereka mengirim seseorang yang cukup mampu untuk melawan ku! Sayangnya aku tidak punya waktu untuk itu!" Cahir kembali menyerangnya dan kali ini dia mengerahkan seluruh tenaganya. Hingga orang-orang yang mencoba mendekatinya terpental jauh dan mati seketika. Hanya satu orang yang bertahan hidup dari serangan itu. Namun Cahir kembali menarik tali kudanya untuk segera pergi dengan cepat meninggalkan tempat itu. Namun anak panah terus menerus menghujaninya.
Dan lagi-lagi dia harus di hadang oleh beberapa orang yang sangat ingin membunuhnya.
"Siapa sebenarnya yang begitu ingin membunuh ku dan putriku?" Gumamnya setelah dia kembali harus menghadapi orang-orang yang terus saja datang menyerangnya.
Lithera masih tidak sadarkan diri dalam dekapannya. Namun kondisinya semakin memburuk.
"Argh!" Sebuah anak panah mengenai lengan Cahir.
"Yang Mulia, menyerahlah!" Cahir kembali menyeringai seraya kembali mengarahkan pedangnya.
"Kamu cukup kuat. Karena masih hidup menahan serangan ku. Tapi tidak kali ini!"
"Sayangnya hamba tidak akan mati hanya karena itu, Yang Mulia."
"Baguslah! Tapi sayangnya aku tidak punya waktu untuk itu sekarang ini!" Jawab Cahir, "lihat!" Cahir menunjuk ke arah segerombolan orang berkuda yang datang dengan membawa senjata mereka dan sebuah bendera Kerajaan.
Di depan sendiri terlihat Max memimpin mereka semua
"Hadapi mereka! Aku sama sekali tidak punya waktu untuk kalian!" Cahir kembali menarik tali kudanya agar melesat dengan cepat pergi dari sana
"Jangan membunuhnya! Aku sendiri yang akan melakukannya!" Ucapnya pada Max saat mereka berpapasan.
Max hanya tersenyum simpul, setelah itu kembali memberikan tatapan matanya yang tajam dan penuh amarah.
"Bunuh mereka semua! Kecuali dia!" Max menunjuk pada pria yang Cahir maksud tadi.
"Siap laksanakan, Yang Mulia!!!" Teriak prajurit kerajaan dengan begitu berapi-api.
"Tapi apa yang terjadi pada gadis aneh itu?"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments