.
.
Ucapan Lithera sepertinya membuat ketiga orang di depannya semakin marah.
"Bodoh?! Kamu bilang kita bodoh?! Sepertinya kamu sudah bosan hidup!" Teriak pria berambut orange dengan marah.
"waah.. Kenapa situasinya selalu saja seperti ini?! Berurusan dengan harimau! Dan sekarang berurusan dengan orang-orang aneh!" Lithera merasa frustasi dan kesal pada dirinya sendiri, "kenapa hidupku selalu begini! Menyebalkan!" desisnya kesal.
"Ada apa dengannya?! Wanita ini benar-benar gila! Sayang sekali, padahal dia cantik..." ucap pria berambut orange pada kedua orang yang berada di sebelahnya.
"Setidaknya kamu tahu kalau aku cantik." jawab Lithera dengan senyuman lebarnya. Dia tidak peduli lagi dengan keadaan yang di hadapinya nantinya. Saat ini dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan orang-orang aneh itu.
"Jadi, siapa kalian?" Tanya Lithera mencoba bersikap ramah, walaupun dia sama sekali tidak ingin melakukannya.
"Kamu yakin tidak tahu siapa kami?! Beraninya masih berpura-pura tidak tahu siapa kami jika kamu datang kemari untuk membunuh kapten kami!" pria berambut orange masih saja terus bersikap menyebalkan di mata Lithera.
"Sepertinya pembicaraan mu sama sekali tidak bisa aku mengerti... Mungkin karena kita berbeda. Aku manusia dan kamu anjing." Lithera tersenyum miring ke arah mereka semua, "bagaimana aku mengerti pembicaraan ini, saat hanya gonggongan yang bisa aku dengar dari ucapannya..." tambahnya. Dia sangat ingin membuat si rambut orange hilang kesabarannya. Dia juga sangat ingin balas dendam padanya.
"Dasar wanita gila! Beraninya dia!" si rambut orange kembali mengarahkan pedangnya pada Lithera namun Lithera justru tersenyum lebar.
"kalian tiba-tiba datang kesini dan menyerang ku! Tapi kalian justru mengatakan pada ku apapun yang kalian inginkan. Bukankah seharusnya aku yang marah dan ingin membunuh kalian?!" Lithera dengan geram menancapkan pedang panjangnya ke tanah lembab di depannya.
Melihat itu pria berambut cokelat mendekatinya dengan waspada, "apa Yang Mulia Ratu tidak memberi tahumu sebelum menyuruh mu kemari?!"
"Ratu? Ratu siapa dia? Apa dia kaya? Atau dia pemilik hutan ini" Tanya Lithera dengan polosnya, "apa dia semacam ibu negara? Ini seperti sebuah kerajaan..." gumam Lithera. Dia benar-benar berfikir keras.
"Jangan banyak tanya dan mati saja!" Jawab pria berambut orange yang kembali mengarahkan pedangnya padanya.
"Hei! Rambut jeruk!!! Bukankah ini keterlaluan! Aku bahkan tidak tahu siapa kalian dan sekarang kalian tiba-tiba ingin membunuh ku seperti ini. Bisakah kalian sedikit 'sehat' saat ini?" Lagi-lagi Lithera menghela nafasnya dengan kasar.
Dengan kebisingan yang ada di depannya, pria berambut merah yang terluka itu hanya duduk diam tanpa mengatakan apapun, seolah-olah tidak akan terjadi apapun padanya selama ada orang-orang aneh itu bersamanya.
Kini wanita berambut hijau yang sejak tadi berdiri di belakang berjalan ke arah Lithera. Di menatapnya dengan lekat seraya menyentuh rambut Lithera, dengan reaksi yang cepat Lithera segera mencabut pedangnya dari tanah dan mengarahkannya ke arah wanita itu, namun tumbuhan menjalar yang kuat menangkap tangannya hingga membuat Lithera tidak bisa menggerakkannya.
"Ugh!"
"Ha ha ha! Apa dia bodoh?!" Tawa pria berambut orange, "Liola adalah mage terkuat di kerajaan ini! Sepertinya kamu mencoba untuk menyerahkan nyawamu padanya dengan mudah, heh!" Ucapnya sarkis.
"Mage? Makanan apa itu?" Tanya Lithera dengan polosnya. Dia mencoba mengingat-ingat sesuatu saat mendengar kata 'mage' dari pria berambut cokelat tadi.
"Penyihir?" Gumamnya
"Jadi, kamu penyihir?" Dia menarik tangannya keras untuk melepaskan diri dari tumbuhan menjalar kuat yang menahan tangannya.
Krashhh...
Tangan Lithera bisa melepaskan diri dari tumbuhan menjalar dengan cepat. Semuanya terkejut melihat itu. Bahkan Lithera sendiri juga terkejut melihatnya, "oh... Bukankah ini mudah? Sepertinya kamu 'toge' yang kurang kuat di kerajaan ini...." Lithera tersenyum sarkis seraya menatap ke arah wanita berambut hijau dengan remeh.
"Tauge?!" Pria berambut orange terlihat begitu geram, "beraninya mengatakan hal itu dengan mulut kotor mu!" Teriaknya keras.
"Waaah!! Hei rambut jeruk Mandarin!!! Sepertinya menggonggong adalah keahlian mu!!" Lithera geram mendengar ucapan pria itu, namun dia tidak ingin kehilangan harga diri nya di depan mereka semua. Terlebih lagi jika dia harus kalah hanya karena ucapan pria yang sama sekali belum dia ketahui namanya itu.
"Cyril! Bisakah kamu tenang?!" Geram pria berambut cokelat seraya menarik bagian belakang pakaian pria berambut orange yang di panggilnya dengan nama Cyril tadi.
"Aku tidak bisa diam saja, Ronn! Dia mungkin pembunuh bayaran ibu suri Elish! Kamu tidak lihat bagaimana keadaan kapten kita!" Jawab Cyril.
"Lagi-lagi dia menyebut Ratu atau semacamnya..." Lithera menghela nafasnya pasrah, "kupikir kalian orang-orang yang berpendidikan... Tapi sepertinya aku salah." Lithera menatap Cyril dengan tatapan penuh ejekan.
"Lihat! Wanita ini sangat menyebalkan!" Desis Cyril kesal.
"Menyebalkan?! Hei! Pernahkah kamu bercermin untuk melihat dirimu sendiri seperti apa?!" Lithera kembali mengarahkan pedangnya ke arah Cyril.
Keduanya sudah bersiap untuk saling mengarahkan pedang mereka, namun tumbuhan menjalar kembali merambat ke tubuh Lithera, dan menariknya mendekat ke arah Liola.
Lithera mengernyitkan keningnya saat melihat tatapan Liola yang aneh padanya.
"Tadi nama mu Liola? Atau biola?" Tanya Lithera seraya mendekatkan wajahnya ke arah mage atau penyihir bernama Liola, "apa yang sedang kamu lakukan padaku?"
"Rambut keemasan... Mata merah yang indah." ucapnya seraya mengarahkan pedangnya ke pria berambut merah yang masih terduduk lemah, "tidak semua orang bisa memiliki mata berwarna ruby seperti ini."
Semuanya terlihat terkejut. Mereka segera melihat ke arah Lithera yang masih terbelenggu oleh tumbuhan menjalar di tubuhnya.
"Benar! Dia memiliki mata merah dan rambut pirang keemasan..." Ucap Ronn. Pria itu melihat ke arah pria berambut merah yang sedang melihat ke arahnya, "benar-benar iris mata merah, kapten." Ucapnya lagi.
Cyril juga bergerak dengan cepat untuk melihat apa yang terjadi, dia terlihat sangat terkejut saat dirinya menyadari kalau Lithera memang memiliki rambut pirang keemasan dan iris mata yang berwarna merah, "Bagaimana bisa wanita seperti ini memiliki iris mata berwarna merah?!"ucapnya tidak percaya
Lithera mendesis, dia menatap geram ke arah Cyril yang masih menatapnya dengan tidak percaya.
"Apa maksudmu dengan ucapan 'wanita seperti ini'? Dasar brengsek!" Ucapnya, "bukankah sudah melihatnya saat kalian datang ke sini?!" Lithera menggerakkan tangannya dengan sekuat tenaganya untuk melepaskan diri dari belenggu tumbuhan menjalar di tubuhnya. Dan dengan lagi-lagi dia bisa melarikan diri tanpa perlu berusaha lebih keras dari itu.
"Ciiih! Sepertinya mata kalian hanya untuk pajangan!" Tambahnya seraya menatap remeh pada mereka berempat, terutama pada Cyril yang sangat mudah terpancing emosi.
"Lihat sikapnya! Dia sangat menyebalkan, bukan?!" Geram Cyril yang sudah kembali akan mengarahkan pedangnya pada Lithera.
"Berhenti Cyril!" Perintah pria berambut merah yang selalu di sebut sebagai 'kapten' oleh Cyril dan yang lainnya.
Kini pria berambut merah yang terluka beranjak dari posisinya, dia berjalan mendekati Lithera.
Tatapan matanya yang tajam dan dingin seakan-akan bisa menembus apapun yang di tatapnya. Di tambah bau darah yang pekat, membuatnya seperti dewa kematian yang akan mencabut nyawa siapapun yang menghalanginya.
Dia memegangi kepala Lithera untuk bisa melihat dengan jelas iris mata Lithera yang memang berwarna merah seperti warna matanya.
"Siapa kamu sebenarnya?"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ddyat37 Del*
wahhh adiknya kah ??????
2024-01-25
0