.
.
"Siapa aku?" Lithera memegangi dagunya seraya berfikir keras. Sementara orang-orang di hadapannya menatapnya dengan tatapan serius.
"Oh... Aku Lithera. Aku adalah seorang janda dengan dua anak. Aku hidup miskin tanpa sepeserpun uang yang aku miliki. Aku tinggal di ata sana..." Lithera menunjukkan jalan yang menuju ke arah rumahnya.
"Jangan bercanda! Aku tidak memiliki kesabaran seperti mereka!" pria berambut merah terlihat marah. Dia bahkan sampai mencengkeram kerah baju Lithera dengan kuat.
Dengan kuat Lithera menepis tangan kekar pria itu. Dia mendengus sebal padanya, "brengsek! Kamu pikir kamu siapa?!" kesalnya, "aku sudah menjawab pertanyaan darimu dengan benar! tapi kamu justru bersikap seperti ini?!" Lithera merapikan kembali pakaiannya dengan kesal. Dia juga menatap marah pada Cyril, Ronn dan Liola.
"Jaga bicaramu, nona! Kamu tidak tahu siapa orang yang kamu ajak bicara saat ini." geram Cyril.
Lithera mendesis seraya tersenyum miring, "siapa peduli dengan itu? Aku bahkan sama sekali tidak ingin tahu siapa kalian! Kalian datang kemari begitu saja, dan tiba-tiba menyerangku. Bukan hanya itu, kalian bahkan terus melakukan sesuatu yang membuat ku sangat kesal..." Lithera mengembuskan nafasnya dengan kasar, "pergilah! Selagi aku masih bersikap baik. Jika tidak..." Lithera menatap tajam pada mereka semua seraya mengangkat kembali pedangnya ke arah mereka, "aku tidak yakin jika aku tidak akan melukai kalian semua!" ancamannya.
"Waah! Wanita ini!" Cyril sudah bersiap untuk menyerang Lithera, namun dengan cepat pria berambut merah segera menghentikannya.
Lithera terkejut saat tiba-tiba melihat pria angkuh itu membungkukkan badannya padanya.
"Kapten!" teriak Cyril yang terlihat sangat terkejut. Bahkan Cyril terlihat lebih terkejut dari Lithera.
"Diam Cyril!" suara penuh kharisma pria berambut merah itu kembali menghentikan Cyril.
Melihat apa yang di lakukan pemimpin mereka, Ronn dan Liola segera mengikutinya tanpa mengatakan apapun lagi. Begitu juga dengan Cyril yang mau tidak mau harus menurutinya.
"Maafkan kami, nona." ucap pria berambut merah dengan sopan, "saya adalah kapten dari sebuah grup bernama 'Black Lion' kami menerima jasa apa saja yang di inginkan oleh pelanggan kami. Nama saya adalah Max..." walaupun mengatakan semuanya itu, ekspresi pria bernama Max itu sama sekali tidak berubah. Masih saja terlihat dingin dan seolah-olah sangat tidak bisa di dekati oleh siapapun, "mereka ini adalah anak buah saya, yang ini Cyril, dia Ronn, dan wanita itu bernama Liola." sambungannya seraya menunjuk pada ketiga orang yang ada di belakangnya.
"Jujur saja aku tidak peduli dengan kalian." jawab Lithera tanpa ekspresi.
"lihat bagaimana sikapnya yang menjengkelkan itu!" geram Cyril yang masih saja meledak-ledak emosinya.
"melihat wajahmu jauh lebih menjengkelkan!" jawab Lithera masih dengan ekspresi yang begitu datar.
"Diamlah Cyril!" kali ini Ronn yang menghentikannya, Ronn mendekati Cyril dan membisikkan sesuatu di telinganya. "jika kamu terus bersikap seperti ini, aku yakin kapten akan benar-benar membuangmu nantinya!"
Mendengar itu Cyril hanya bisa menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya patuh. Walaupun tangannya mengepal kuat karena merasa sangat tidak adil baginya.
"Kami tidak bermaksud untuk membuat marah atau kesal ataupun tidak nyaman, kami hanya tersesat saat menjalankan pekerjaan kami. Dan seperti yang kamu lihat, aku terluka. Itulah kenapa teman-teman ku bersikap seperti itu. Mereka khawatir padaku, dan berfikir jika kamu adalah orang yang melakukannya, jadi..."
"Bukan hanya mereka! Kamu juga menyerang ku tadi. Bahkan kami yang lebih dulu melakukan itu!" desis Lithera. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, dengan tatapan matanya yang masih sama sekali tidak ingin memberikan kesempatan pada mereka untuk mendekatinya.
Max menggaruk kepalanya kebingungan. Dia memang melakukan semuanya itu tadi.
"Untuk itulah aku meminta maaf. Aku benar-benar menyangka kalau kamu adalah bagian dari orang yang menyerangku tadi." jawab Max meyakinkan.
"Terserah lah! Aku tidak peduli." Lithera kembali memasukkan pedangnya ke sarungnya, setelah itu berjalan pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"tunggu nona!" dengan cepat Max menahan tangan Lithera, "ah maaf." Max segera melepaskan lengan Lithera dengan cepat.
"Ada apa lagi?!" tanya Lithera dengan ketus.
"Begini... Seperti yang kamu tahu... Aku terluka..." Max memperlihatkan betapa serius lukanya.
"Lalu?" Lithera menatapnya dengan acuh.
"Nona... Bisakah nona membantu kami..." pinta Ronn dengan sopan, dia bahkan membungkukkan badannya, "seperti yang kamu lihat, nona. Kapten kami terluka parah. Kami juga terluka ." Lithera melihat beberapa luka sayatan di tubuh mereka. Sepertinya mereka memang telah mendapati sesuatu yang sulit.
"Kami juga tidak melihat ada pemukiman di dekat sini. Akan sangat berbahaya jika ada binatang buas yang tiba-tiba datang menyerang kami. Dengan kondisi kami yang seperti ini, kami takut kalau kami tidak akan bisa menanganinya..." jelasnya.
"Kenapa aku harus menolong kalian, orang-orang yang jelas-jelas akan membunuh ku kapan saja?" Lithera sama sekali tidak ingin terlibat dengan mereka lagi.
"Itu hanya kesalah pahaman. Kami hanya ingin melindungi diri kami sendiri." jawab Ronn yang masih dengan sangat sopan.
"Aku bahkan tidak peduli jika kalian mati atau tidak..." jawab Lithera dengan malas. Dia melihat ke arah Cyril yang masih terlihat menahan dirinya untuk tidak mengatakan apapun atau berbuat apapun.
"terlebih lagi dia..." tunjuk Lithera ke arah Cyril, "kalian mengatakan jika kalian dari black lion... tapi kalian menyedihkan seperti ini... Ck ck ck..." Lithera sama sekali tidak membuang kesempatan untuk mencemooh mereka. Walaupun sebenarnya dia ingin membantu mereka. Bukan karena dia ingin melakukannya, dia hanya ingin mengetahui apa yang ingin dia ketahui.
"Nona Lithera, bukankah kamu terlalu pendendam..." ucap Liola yang sejak tadi hanya diam melihat apa yang ada di depannya.
"Memangnya kalian tidak?" tanya Lithera balik, "kalian bahkan lebih buruk dariku!"
"Tapi bukankah kamu mengatakan kalau kamu memiliki anak tadi..." Lithera menatap Liola dengan tajam, "apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?! Kamu ingin menggunakan anak-anak ku untuk memerasku?!" Lithera bersiap untuk kembali menarik pedangnya.
brukk!
Lithera terkejut saat tiba-tiba Cyril berlutut di depannya. Tangannya juga berhenti, dan tidak lagi menarik pedangnya.
"Maafkan saya nona. Saya benar-benar bersalah. Saya tidak berfikir dengan baik saat itu." ucapnya seraya menundukkan kepalanya.
"Itu karena kamu memang tidak memiliki otak , itu sebabnya kamu tidak bisa berfikir!" Lithera menghembuskan nafasnya dengan kasar, "bangunlah! Aku benar-benar tidak tahan dengan ini!" Lithera berjalan pergi dari sana, "ikutlah. Jangan sampai tertinggal." ucapnya seraya terus melenggang dengan cepat.
"Ada sangat banyak harimau di sini. Dengan kondisi kalian yang seperti itu. Mungkin kalian bisa menjadi makan malam mereka..." tambahnya seraya terus berjalan tanpa menunggu Max dan yang lainnya.
Mendengar ucapan Lithera, Max dan lainnya menghela nafasnya lega.
"Yang mulia, kenapa harus melakukan ini? Berikan aku alasan yang tepat, Yang mulia. Agar aku bisa menerimanya!" Cyril tampak serius. Dia bahkan tidak memanggil Max dengan sebutan 'kapten' seperti sebelumnya.
"Kamu memang sepertinya tidak punya otak, seperti yang di katakan Lithera tadi." jawab Ronn sengit.
Cyril hanya bisa menahan diri untuk tidak mengarahkan tinjunya pada pria di sebelahnya itu. Dia kembali fokus pada pertanyaannya yang belum di jawab oleh Max.
"Mata merah hanya di miliki oleh anggota kerajaan, atau para bangsawan yang masih memiliki ikatan darah dengan anggota kerajaan. Seperti ku, mata ku berwarna merah. Dan aku memiliki rambut berwarna merah karena ayahanda memiliki rambut berwarna merah seperti darah. Dan Lithera... Rambutnya berwarna keemasan. Seperti Duke Cahir Neutswand. Pria yang kehilangan putri satu-satunya sepuluh tahun yang lalu... menurut mu bagaimana?" Max menepuk pundak Cyril seraya berlalu pergi mengikuti arah kemana Lithera pergi.
"Tidak mungkin!" Cyril tampak sangat tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"gadis bar-bar itu..." Cyril menutupi mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya.
"itu masih kemungkinan. Yang mulia masih ingin mengetahui segalanya. Akan sangat membantu jika Lithera benar-benar putri Duke Cahir Neutswand. Karena dengan dukungan Duke Cahir Neutswand, yang mulia akan sangat mudah untuk bisa naik tahta nantinya..." Ronn juga menepuk pundak Cyril sebelum dia pergi mengikuti langkah kaki Max yang sudah jauh di depannya.
Kali ini Liola yang menepuk pundak Cyril.
"Bersikap baiklah pada wanita itu, dan jangan pernah mengatakan sesuatu yang membuat nya menyadari kalau Yang Mulia bukanlah seorang yang bekerja sebagai pegawai rendahan yang menjual jasanya demi uang. Melainkan putra mahkota dari kerajaan Hassis Retum, Maximilian Hassis Retum. Paham?"
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Welda Arsy❤
ohhhh ada maksud tertentu dia nya.
2024-02-27
0